Kematian Mbah Kusno

Tok tok tok bunyi nyaring itu terdengar di sekeliling kampung. Para warga masih mencari keberadaan tiga teman Rega yang hilang.

Sementara itu Pak Arman, Rega, Indra dan Tika menghampiri rumah mbah Kusno.

Mbah Kusno terlihat tenang menerima tamu-tamunya itu, sepertinya beliau sudah tahu apa yang ingin mereka katakan.

"Mbah, ketiga mahasiswa itu menghilang. Apa mbah bisa membantu mencarikan ketika mahasiswa itu?" tanya Pak Arman.

" Iya, sepertinya mereka di bawa ke alam gaib oleh seseorang," kata Mbah Kusno.

"Dibawa ke alam gaib mbah?"

"Iya, mereka di bawa ke alam gaib dan satu-satunya cara agar mereka bisa kembali adalah menyusul mereka."

"Menyusul mereka?" tanya Tika, Rega dan Indra.

"Iya menyusul mereka. salah satu dari kalian harus bersedia menyusul mereka."

lagi-lagi Rega, Tika dan Indra saling berpandangan.

"Kalau begitu biar saya saja Mbah yang menyusul mereka, saya kepala desa di sini dan saya harus bertanggung jawab terhadap ketiga mahasiswa itu," kata Pak Arman.

"Baiklah, kalau begitu saya akan membuka jalur gaib, kamu dengarkan suara saya yang akan menuntun kamu," kata Mbah Kusno kepada Pak Arman.

"Dan Kalian bertiga harus berjaga-jaga, jangan sampai saat Saya dan Pak Arman pergi ke alam gaib ada orang yang menggangu ritual kami."

"Kami berdua bisa terbunuh jika saat Raga kami berada di alam gaib, sementara tubuh kami tidak di jaga."

"Iya Mbah." Ketiga mahasiswa itu pun menyanggupi. mereka harus menjaga tubuh Mbah Kusno dan Pak Arman yang sedang bertapa.

Pak Arman dan Mbak Kusno duduk bersila dengan posisi sejajar. Kemudian mbah Kusno melafalkan sebuah mantra.

Keduanya pun mulai memejamkan mata.

Beberapa saat kemudian keadaan mulai sunyi dan sepi.

Rega, Tika, dan Indra masih saling memandang.

"Trus apa yang akan kita lakukan?" tanya Indra sambil berbisik pada Rega.

"Gak tau juga yang jelas, Mbah Kusno meminta kita untuk menjaga jasad mereka."

***

Waktu berlalu semakin terasa lambat

 Suasana alam begitu sunyi dan sepi. Bulan purnama yang biasanya bersinar terang, kali ini tertutup oleh awan gelap yang menggantung di langit. Angin malam berhembus perlahan, menggetarkan daun-daun pohon. Sesaat, terdengar desiran daun kering yang terombang-ambing oleh angin.

Rega melirik arlojinya.

"Lama sekali ya, perasaan gue mulai p gak enak."

Baru setengah jam mereka berada di rumah mbah Kusno. Namun sudah terasa berjam-jam.

Maklum saja di rumah mbah Kusno terdapat benda-benda bernuansa mistis yang melihatnya saja membuat bulu kuduk merinding.

Belum lagi suara jendela yang seperti diketuk oleh terpaan angin kencang.

Sesekali terdengar bisikan di telinga mereka. Tika merapat tubuhnya semakin dekat dengan Indra, matanya selalu mengawasi area sekitar rumah.

***

Karena tak berhasil menemukan tiga mahasiswa itu, para warga pun pulang ke rumah masing-masing.

Mereka berencana untuk kembali mencari ke tiga pemuda itu pada keesokan harinya.

Suasana alam semakin mencekam. Beberapa kali sudah Tika menguap. Tika yang tak kuat menahan kantuk akhirnya bersandar pada pundak Indra dan tertidur.

Rega dan Indra masih mengawasi keadaan sekeliling.

'Sayang, kamu tertidur ya?" tanya Indra.

Tika hanya diam. Dengan hati-hati Indra merebahkan tubuh Tika agar berbaring dengan posisi yang benar.

Kepala Tika ia letakkan ke pahanya.

Kepulan asap rokok menemani dua pemuda itu, tanpa secangkir kopi, membuat mereka semakin mengantuk.

Sunyi dan Sepi, tinggal mereka berdua, semenjak Tika sudah terbuai ke alam mimpi.

Uhukk...Uhuk... tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk.

Mereka langsung menoleh ke arah Mbah Kusno.

Pria tua itu terus batuk-batuk, dan beberapa saat kemudian Mbah Kusno tersedak. Uhuk uhuk uwek.

Mbah Kusno tersedak darah dan menyemburkan darah itu ke baju pak Arman yang masih duduk di sampingnya.

"Ndra! mbah Kusno kenapa Ndra?" tanya Rega.

"Gak tahu. Mungkin di alam Ghaib mbak Kusno sedang bertarung dengan mahluk yang menculik teman-teman kita," kata Indra.

"Terus apa yang harus kita lakukan?" tanya Rega.

"Biar kan saja kali ya, kita juga tidak tahu apa yang harus kita lakukan."

Rega dan Indra terus mengamati wajah mbah Kusno. Wajah itu terlihat begitu tegang dan sepertinya sedang menahan kesakitan.

Karena tak tahu harus melakukan apa, Rega dan Indra pun hanya diam. Mereka tetap berjaga-jaga dan waspada hingga berjam-jam lamanya.

***

Aduh pinggang gue pegel banget nahan kepala Tika," keluh Indra ketika melihat matahari mulai keluar dari ufuk timur.

"Iya si Tika tidur, seperti ngak sadarkan diri," dengus Rega.

"Yang, bangun Yang, sudah pagi Yang." Indra menepuk-nepuk pipi Tika untuk membuatnya tersadar.

Namun setelah beberapa kali menepuk-nepuk pipi Tika, Tika juga tak sadar.

Indra semakin panik. "Ga, Tika gak bangun juga Ga!"

"Coba lu raba pergelangan tangannya."

Indra pun meraba pergelangan tangan Tika.

"Denyut nadinya masih terasa normal, tapi Tika kenapa ya?" Indra pun mulai panik.

"Ka, Tika bangun Ka!"Indra kembali menepuk-nepuk pipi Tika untuk membuatnya tersadar.

Karena melihat hari sudah pagi, Rega pun memberanikan diri ke dapur Mbah Kusno untuk mengambil air.

Rega membawa satu gayung air kemudian menghampiri Tika dan memercik-mercikkan air itu ke wajahnya.

Beberapa saat kemudian Tika tersadar dan mulai menerjab-nerjabkan matanya

Berbarengan dengan suara gedebuk... yang ternyata tubuh Mbah Kusno tersungkur di depan tubuh Pak Arman.

Rega langsung menghampiri Mbah Kusno.

Bola mata Mbak Kusno terbelalak.

"Mbah bangun Mbah! Mbah sadar Mbah!"Rega menepuk-nepuk pipi Mbah Kusno untuk membuatnya tersadar.

Namun tak juga Mbah Kusno sadar. melihat bola mata Mbak Kusno yang terbelalak, Rega memberanikan diri memeriksa denyut nadi Mbah Kusno.

Rega hampir tak percaya, jarena denyut nadi di tubuh Mbah Kusno sudah berhenti. Kemudian Rega menekan bagian dada Mbah Kusno untuk merasakan detak jantungnya, lagi-lagi Mbak Kusno tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Innalillahi wa innalillahi roji'un Mbah Kusno meninggal Ndra," kata Rega.

Mendengar ucapan Rega itu Tika langsung bangkit dan duduk. Sementara Indra mengibas-ngibas kakinya yang terasa kesemutan karena hampir semalaman menahan kepala Tika.

"Seriusan? Mbah Kusno meninggal?" tanya Indra.

"Iya beliau sudah meninggal."

Tok tok tok tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu yang mengagetkan mereka.

Rega pun bergegas membuka pintu.

"Bara! Agus! Alhamdulillah kalian sudah selamat."

Rega bisa bernafas lega setelah melihat kedatangan kedua temannya.

"Iya kami dibawa Mario kesuatu tempat. Beruntung ada Tika yang menunjukkan arah pada kami, hingga kami bisa pulang dengan selamat," kata Bara.

"Mario? bearti Mario lah yang merencanakan ini semua. Dia sengaja membawa kita ketempat ini," kata Rega dengan panik.

"Hah! Maksud loh?" tanya Agus lagi.

"Panjang ceritanya, pokoknya sekarang kalian bantu aku, Mbak Kusno meninggal."

"Hah? Mbah Kusno meninggal."

"Iya sekarang kita hubungi warga sekitar. minta pertolongan warga sekitar untuk memandikan jenazah mbah Kusno."

Bara dan Agus saling pandang memandang. Jujur saja mereka bingung dengan apa yang terjadi.

Meskipun binggung, mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rega.

Bara dan Agus mendatangi warga terdekat untuk memberitahu tentang kematian Mbah Kusno.

Namun, yang mereka dapati justru lebih mengerikan.

Apakah itu? Next ya episode selanjutnya.

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

wah sepertinya peristiwa itu sedang terjadi

2024-01-02

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

kok jadi Tika yg bawa Agus dan Bara balik lagi sih

2023-12-07

0

ren rene

ren rene

1 desa warga meninggal smw. dan terjawab sdh pak arman yg tersesat di alam gaib sehingga bebas dr maut mati berjamaah

2023-10-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!