Suasana malam yang mencekam dimana langit yang gelap dan mendung tanpa ada cahaya rembulan sedikitpun. Angin berhembus dengan keras, mengirimkan suara desiran yang menakutkan melalui pepohonan yang bergoyang-goyang. Cahaya bulan mulai samar-samar terlihat, memberikan sentuhan misteri pada malam yang ini.
Pak Arman, Agus, Bara dan Rega serta Indra mereka masih terus berjaga-jaga.
Sementara Tika dan bi Atun tidur terlelap di dekat mereka.
Kepulan asap rokok dan kopi menemani mereka malam itu.
"Oh ya pak Arman. Istri dan anak bapak kemana ya?"
"Istri dan anak saya juga memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung ini. Setelah keadaan kembali tenang barulah saya akan menjemput mereka."
"Oh begitu. Lalu dengan kejadian ini apakah orang-orang kampung akan meninggalkan kampung ini, apa mereka akan pindah?" tanya Rega.
"Saya tidak tahu juga. Jika mereka memilih untuk meninggalkan kampung ini maka selamanya kampung ini tidak akan berpenghuni, jika warga aslinya saja tidak mau menempati kampung, ini apalagi pendatang baru."
Pak Arman menghela nafas panjangnya.
"Apa Bapak sudah pernah melapor pada pemerintah ?"
"Dahulu ada pekerja proyek yang ingin membangun jalan-jalan di sini. Membangun puskesmas dan sekolah baru. Namun, semua hanya wacana. pembangunan itu tak pernah terealisasi."
"Iya di zaman modern ini saya juga heran kenapa Kampung ini seperti tak tersentuh dengan teknologi modern, padahal banyak desa yang tertinggal dan lebih jauh dengan ibukota. Namun, masih ada perkembangannya. sementara di kampung ini....."
"Iya asal kalian tahu saja jika kami pergi ke kota kabupaten untuk berbelanja mereka akan menyebut kampung kami ini kampung hantu, mungkin karena itu lah tak ada yang mau menjadi tenaga pengajar di sini."
"Hah kenapa begitu Pak?"
"Entah lah."
Blup... tiba-tiba lampu rumah tersebut mati.
Tika yang tersadar langsung bangkit dan merapatkan diri dengan teman-temannya.
Mereka semua kaget dengan lampu yang tiba-tiba mati.
Di tengah kegelapan itu , terdengar suara langkah kaki yang pelan namun jelas. Suara itu semakin mendekat, membuat detak jantung mereka semakin cepat. Ketegangan semakin terasa saat suara langkah itu berhenti tepat di depan pintu rumah. Tiba-tiba, pintu itu terbuka dengan sendirinya, mengungkapkan kegelapan yang mencekam di dalamnya.
Dalam kegelapan itu, terdapat bayangan yang tak terlihat jelas. Hanya siluet yang samar-samar terlihat. Namun, cukup untuk menimbulkan rasa takut yang mendalam. Suara napas berat dan serak terdengar, mengirimkan rasa dingin yang menusuk tulang belakang.
Mereka semua terdiam membeku saling melempar pandangan di kegelapan yang mencengkam.
Hanya suara langkah kaki yang terdengar, semakin mendekat dengan cepat. Ketakutan semakin memenuhi udara, membuat nafas terengah-engah dan tangan berkeringat. Mereka semua saling merangkul satu sama lain.
Seketika, terdengar suara jeritan yang menusuk telinga.
Tolong! mereka semua menutup telinga karena suara itu seperti melengking di telinga mereka.
Suara itu penuh dengan ketakutan dan keputusasaan. Tiba-tiba, suara itu hilang begitu saja, meninggalkan keheningan yang menakutkan.
Dalam kegelapan yang menyelimuti, terdengar suara langkah kaki yang menjauh.
Blup.. Lampu kembali menyala. Membuat mereka semua hanya bisa saling pandang memandang.
Kejadian itu begitu cepat terjadi. Namun mampu membuat mereka merasa ngeri.sejenak mereka seperti di dimensi lain.
Suasana masih mencengkam hanya terdengar suara detak jantung mereka masih tak beraturan, masing-masing diam tak berani menimbulkan suara.
"Suara apa itu pak?" tanya Rega dengan berbisik-bisik.
Pak Arman menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya suara anak kecil."
Di antara keheningan tersebut, terdengar lagi suara langkah kaki orang yang berjalan menghampiri rumah pak Arman.
Hua hua Pak Karim dan pak Karto tiba di depan rumah mereka dengan wajah pucat yang membiru.
Mereka langsung masuk, tanpa memberikan salam terlebih dahulu.
"Hua hua, Pak Arman saya gak sanggup lagi bertahan di kampung ini," keluh pak Karto dengan nafas yang terengah-engah.
"Hua saya juga Pak. Saya mau pindah saja, jika begini caranya saya bisa mati ketakutan hua hua," timpal pak Karim.
"Loh memangnya ada apa?" pak Arman pura-pura tidak tahu.
"Pak, waktu saya mandi saya lihat kamar air di kamar mandi saya berubah merah. Tidak hanya itu pak, saya melihat kepala mengapung di bak mandi saya. Saya berteriak histeris sampai pingsan dan setelah sadar saya memutuskan untuk datang kemari," jelas pak Karto.
Wajah mereka terlihat semakin tegang.
"Saya juga pak, saat saya sedang memasak saya di tertawai pak. Padahal di rumah saya tidak ada siapapun. Saat saya sedang makan mie, tiba-tiba mie saya berubah jadi rambut dengan kuah yang merah."
"Saya pun langsung berlari kerumah pak Karto dan ternyata pak Karto pingsan. Saya membangunkan beliau dan kami memutuskan untuk berlari ke mari."
Kedua orang itu terlihat begitu ketakutan, apalagi waktu sudah lewat tengah malam.
"Sepertinya kita semua kelelahan. Bagaimana jika kita gantian tidur." Pak Arman mengalihkan pembicaraan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan lagi.
"Karena kita laki-laki ada 7 orang kita bagi dua," usul pak Arman.
"Iya gue tidur duluan ya, badan gue sakit banget seperti di setrum tadi," kata Indra.
"Hooh gue juga, gue lemes banget habis pingsan tadi," Agus menimpali.
"Iya, Bara, Rega kalian juga tidur. Biar saya, Pak Karim dan Pak Karto yang berjaga."
"Tidak usah pak,saya kuat kok," kata Rega.
"Ya sudah tidak apa-apa."
Rega baru teringat jika handphone mereka itu bisa memutar mortal Al Qur'an.
Rega pun memutar murotal Qur'an dan sejak di Mortal Al Qur'an di bunyikan. Mereka baru bisa tidur nyenyak dan tak ada lagi mengalami gangguan.
***
Keesokan paginya mereka semua terbangun kesiangan. Mungkin karena kelelahan. Itu pun karena mereka mendengar suara kebisingan lalu lalang motor,sepeda dan juga becak.
Mereka terbangun di saat yang bersamaan saat matahari mulai meninggi
"Astaghfirullah!" Rega melirik ke arah handphone yang kehabisan daya. Ia pun melirik ke arah jam dinding.
"Sudah jam sembilan pagi."
Rega membangun semuanya. Termasuk pak Arman dan dua perangkat desa tersebut.
Mereka pun bergegas mandi satu persatu mengantri. Pada pukul 11 siang barulah mereka berangkat menuju lokasi di mana mereka akan mengajar.
Di antar pak Arman, mereka berjalan melewati jalan pedesaan.
Jalan di desa mereka mulai ramai.
Namun bukan aktivitas warga, tetapi ada beberapa motor yang mondar mandir di jalan tersebut.
"Wah pak, sepertinya para warga sudah berdatangan ini. Semoga saja mereka betah tinggal di tempat ini," kata Agus
Pak Arman mengamati motor-motor yang lalu lalang.
"Sepertinya mereka bukan warga sini, saya tak mengenal satu pun dari mereka dan warga di sini itu tidak punya sepeda motor."
"Hah lalu siapa mereka mereka itu?" tanya Rega.
Beberapa saat kemudian terlihat sebuah excavator berukuran kecil, melewati jalan tersebut
"Pak sepertinya ada pembangunan sebuah proyek yang di lakukan pemerintah."
"Pembangunan proyek pemerintah? tapi tidak mungkin jika proyek pemerintah di lakukan tanpa se ijin saya sebagai kepala desa sini."
"Iya juga ya, lalu siapa mereka?" tanya mereka semua.
Siapa kah mereka?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Murwani Wahyuningsih
masa hantu naik motor y
aneh2 tiba2 desanya jd rame
2024-11-23
0
Syahrudin Denilo
jangan jangan rombongan hantu
2024-01-01
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
siapa mereka ya 🤔🤔🤔
2023-12-07
0