Menuju Pemakaman

Setelah mendengar cerita Pak Arman mereka sepakat untuk pergi berempat Menemani pak Arman untuk mengubur jenazah Mbah Kusno. Sementara Tika tinggal bersama asisten pak

Keempatnya jalan beriringan, karena jalanan desa begitu lengang tanpa ada satu kendaraan pun yang lewat.

"Memangnya mbah Kusno itu tidak punya sanak saudara Pak?" tanya Rega ketika mereka berjalan menghampiri rumah mbah Kusno .

Sepertinya tidak ada. Sejak saya kecil Pak Kusno itu gak pernah nikah, tapi almarhum kakek Saya pernah bercerita jika Mbah Kusno memiliki 40 orang selir dan semua selirnya itu berasal dari mahluk dari alam ghaib."

Deg...kelima pemuda itu menghentikan langkah kakinya, karena tiba-tiba saja bulu Kuduk mereka merinding tak terbayang betapa mengerikan memiliki istri yang berasal dari alam yang berbeda .

Mereka melanjutkan perjalanan dengan keheningan, bahkan suara tapak kaki mereka saja tidak terdengar saking sepinya suasana alam saat itu waktu, meski waktu masih menunjukkan pukul 03.30 sore .

Dari kejauhan terlihat bendera kuning dan itu berarti mereka akan tiba di rumah mendiang mbah Kusno .

Derap langkah mereka berbanding terbalik dengan jantung mereka yang memompa semakin kuat .

Seperti ada kekuatan magis yang menahan langkah mereka.

Rega dan teman-temannya saling melempar pandangan karena langkah kaki mereka terasa begitu berat .

"Baca doa Baca ayat Kursi bisik Rega," pada teman-temannya itu .

Ketiganya membaca ayat kursi dengan suara yang lirih, beberapa saat kemudian langkah kaki mereka kembali menjadi ringan.

Rega, Indra ,Bara dan Agus memang pemuda yang pemberani, mereka sering melakukan uji nyali di tempat-tempat yang seram. Karena itulah mereka dipilih untuk melakukan KKN terpencil seperti ini .

Memang ada rasa was-was dan takut di hati mereka masing-masing. Namun, rasa penasaran membuat mereka ingin mengetahui bagaimana bentuk manusia yang sudah berusia 150 tahun. Karena akan sangat langka menemui manusia yang umurnya sampai 150 tahun.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah yang sangat sederhana. Jika boleh dibilang itu tidak terlihat seperti rumah, lebih tepat di katakan seperti gubuk tua, Meskipun begitu pekarangan rumah rumah tersebut begitu rapi dan bersih, teras rumah juga terlihat bersih karena tak ada satu orang pun yang berada di rumah itu.

"Astagfirullah! ini rumahnya Pak RT?" tanya Rega kaget karena biasanya jika ada orang yang meninggal dunia, banyak orang yang berdatangan untuk melayat. Namun rumah itu terlihat sepi seperti kuburan.

"Astagfirullah! kemana lagi perginya si Karim ini?" dengus Pak Arman sambil mencari ke sekeliling rumah tersebut .

"Kenapa tidak ada yang menjaga mayat Pak Kusno?" tanya Indra.

"Tadi ada si Karim, sama si Karto. Sementara saya menghampiri kalian, saya menyuruh kedua orang itu untuk menjaga jenazah pak Kusno, tapi entah ke mana mereka pergi Ini," kata Pak Arman

Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki orang yang berlari menghampiri mereka.

Hua Hua terdengar suara nafas mereka yang ngos-ngosan dari kedua pria paruh baya itu.

"Pak Karto, Pak Karim! dari mana saja?! saya kan menyuruh kalian berdua untuk menjaga mayatnya Mbah Kusno?!"

"Iya Pak, tapi ketika kami berjaga-jaga di sini, kami merasa ada yang mencolek kami berdua ada juga suara tawa cekikikan Pak! seketika bulu kuduk kami merinding,kami ketakutan Jadi kami pulang dulu ke rumah sambil menunggu Pak RT datang."

"Tapi kalian tidak boleh meninggalkan jenazah ini sendiri, kalau ada kucing hitam yang melangkah mayat ini bagaimana?"

"Saya sudah kunci pintu rumah Pak Kusno, jadi tidak akan ada kucing yang masuk."

"Nah ada-ada saja," keluh Pak Arman.

Pak Arman kemudian membuka kunci pintu rumah yang hanya berupa slot dari besi, seketika rumah itu terbuka.

Aroma mistik langsung menyeruak ke indra penciuman mereka semua,bau dupa bercampur dengan bau melati dan kemenyan, berbaur menjadi satu seketika suasana terasa amat mencekam.

Pak Arman menarik nafas lega .

"Untung saja mayatnya tetap berada di posisi semula,' batin Pak Arman .

"Bagaimana Pak RT? apa kita kubur sekarang saja?" tanya Pak Karim

"Tentu saja, Ini sudah mau hampir jam 04.00 sore, kamu sudah panggil ambulan puskesmas?"tanya Pak Arman .

"Udah Pak, tetapi ambulans tidak bisa digunakan karena saat hendak datang ke desa ini, beberapa kali ambulans mengalami pecah ban, dan ambulans harus diperbaiki di bengkel mobil."

Seketika keempat mahasiswa itu menelan salivanya mendengar penuturan dari Pak Karim.

"Astagfirullah !Ya Sudah kita angkat saja. dengan menggunakan kerandanya."

"Baik Pak."

"Ayo siapkan kerandanya."

Pak Karim dan Pak Karto membawa masuk keranda kedalam rumah.

"Ayo kita angkat bersama dan naikkan jenazah beliau ke atas keranda," perintah pak Rt.

Keempat mahasiswa dan dua perangkat desa itu pun masing-masing mengambil posisi .

Mereka harus mengeluarkan tenaga ekstra bisa mengangkat jenazah Mbah Kusno .

"Bismillahirrahmanirrahim!"

Mereka mengangkat tubuh Mbah Kusno secara bersama. Namun, masih juga tidak terangkat.

Mereka kembali meletakkan jenazah itu, ketika meletakkan jenazah itu di tempatnya semula, penutup wajah Kusno terbuka.

Hal itu membuat kaget mahasiswa itu. Bagaimana tidak wajah Mbah Kusno tidak terlihat seperti sesepuh yang sudah berumur 150 tahun, wajahnya masih terlihat sangat muda seperti pria berusia 40 tahun.

Keempat Mahasiswa magang itu pun saling melempar pandangan.

Pak Arman yang juga imam masjid di desa itu, mulai membacakan doa-doa. Setelah membaca doa, ia kembali menginstruksikan orang itu untuk mengangkat jenazah Mbah Kusno.

Akhirnya, mereka bisa mengangkat jenazah itu dan meletakkannya ke keranda.

Ayo kita angkat.

"Bismillahirrahmanirrahim!"

Lagi-lagi keranda itu tidak bisa diangkat karena terlalu berat . Pak Arman kembali membacakan beberapa doa, setelah itu ia memerintahkan keenam orang itu untuk mengangkat keranda sambil membacakan tahlil .

"La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah!"

Sepanjang perjalanan mereka mengucapkan kalimat tahlil, sementara Pak Arman membacakan doa sambil mengangkat keranda di bagian depan di sebelah kiri sendirian, sementara pak Karim dan pak Karto mengangkat keranda bagian kanan berdua, begitupun dengan keranda bagian belakang.

Sisi kanan dan sisi kiri harus diangkat masing-masing dua orang.

Ternyata perjalanan menuju tempat pemakaman sangatlah jauh, mereka harus menempuh perjalanan sekitar satu kilometer.

"Lailahaillallah! Lailahaillallah!" kalimat itu Terus mereka ucapkan di sepanjang perjalanan menuju makam.

Berbagai keanehan mereka rasakan ketika membawa jenazah Pak Kusno itu.

Baru beberapa langkah meninggalkan rumah,mereka seperti mendengar langkah kaki lainnya yang mengikuti mereka dari belakang. Seperti ada pasukan yang juga ikut mengiringi langkah mereka di belakang.

"Fokus saja! Terus baca kalimat tahlil!"

Pak Arman sepertinya mengerti dengan kegelisahan keempat orang mahasiswa itu. Mereka pun terus melanjutkan membaca tahlil bahkan lebih keras lagi. Derap langkah kaki tersebut hilang.

Beberapa saat kemudian terdengar gemuruh angin kencang datang dari arah belakang mereka dengan kecepatan yang tak terduga.

Wuzz!

"Baca tahlil lagi yang lebih keras!" teriak Pak Arman seolah mengerti isi pikiran mereka semua.

Mereka pun membaca tahlilan lebih keras, meskipun ketakutan melanda jiwa mereka.

Angin kencang itu pun berhembus melewati mereka, membuat guncangan yang kuat pada keranda yang mereka bawa.

Astaghfirullah! astagfirullah ke enam orang itu mulai ketakutan, terkecuali pak Arman yang masih tampak tenang .

Perjalanan tetap mereka lanjutkan sambil terus membaca tahlil.Beberapa saat keadaan mulai terasa kondusif. Namun itu tak berlangsung lama.

Karena, beberapa saat berikutnya melihat mereka melihat seperti ada yang terbang di atas kepala mereka tak hanya satu ,tapi ada beberapa makhluk bentuk seperti kain putih terbang di atas keranda Mbah Kusno.

Seketika keempat mahasiswa dan dua perangkat desa itu gemetar, bagaimana tidak, siang-siang bolong mereka melihat penampakan begitu jelas tepat di atas keranda pak Kusno.

Ada satu sosok yang terbang dengan jarak satu meter di atas keranda mbah Kusno.

 Sosok tersebut berambut panjang dengan jari-jari yang panjang dan hitam pula, bagian kakinya tak terlihat karena tertutupi dengan rambut panjang yang membelit tubuh sosok itu. Rambut mahluk itu terlihat seperti hidup dan bergerak-gerak membuat kengerian tersendiri.

Jantung mereka hampir copot,

mereka semua menutup mata sambil membaca tahlil dengan suara yang bergetar dan lutut yang gemetar pula. Ingin rasanya lari.Namun, seperti ada yang menahan mereka untuk tidak lari.

Mereka merasa bagian ujung ketanda itu menempel pada pundak dan tangan mereka dan tak akan membiarkan mereka lari tanpa membawa jenasah itu.

Kecemasan ketakutan dan panik melanda pikiran mereka.

Pak Arman yang baru menyadarinya adanya sosok yang terbang di atas keranda itu seketika mengambil tindakan.

'Baca ayat kursi!" perintah pak Arman.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim."

Wuss! mahluk itu terbang cepat meninggalkan suara teriakan yang menggema di kesunyian tempat tersebut.

"Akh! hihi hi hi !"

Hal apa lagi yang menghalangi jalan mereka ke pemakaman?

Next berikan like dan komentar biar author semangat up nya.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

untung gak pingsan ya

2023-12-07

0

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

Ayo lanjutkan Thor

2023-10-30

0

Windi Anto

Windi Anto

wuish.... ngeri ngeri sedep..... /Whimper//Whimper//Whimper//Whimper//Whimper/

2023-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!