Mereka berenam melanjutkan perjalanan menuju sekolah sambil terus berbincang-bincang dengan pak Arman.
Ternyata suasa pagi di kampung ini masih terasa segar dan asri.
Aliran sungai kecil pun terdengar di sepanjang perjalanan mereka.
"Jadi sampai kapan para warga akan meninggalkan kampung ini Pak?" tanya Rega.
"Entahlah. Saya juga tidak tau pasti."
Beberapa lama berjalan, mereka kembali melihat satu excavator yang memasuki jalan utama pedesaan mereka.
Karena penasaran, pak Arman menghadang Excavator itu agar berhenti.
excavator pun berhenti tepat di hadapan Pak Arman.
"Ada apa Pak?" tanya pria yang menjadi operator alat berat tersebut.
"Saya kepala desa di sini, Maaf sebelumnya, kenapa ada alat berat yang memasuki jalan utama desa kami?dan tidak ada izin sama sekali kepada saya."
"Oh kalau begitu Itu bukan urusan saya Pak, kami diperintahkan untuk membuka tambang emas di daerah sekitar sini, dan itu semua sudah mendapat izin dari pemerintah setempat."
"Sudah izin, tapi kenapa tidak ada ijin ke saya."
"Maaf Pak, Saya tidak tahu, Saya hanya menjalankan tugas saya,kalau begitu saya permisi."
Pak Arman dan kelima mahasiswa itu hanya Saling pandang-memandang.
"Ya sudah nanti saya urusi kita lanjutkan saja perjalanan menuju gedung sekolah.semoga saja anak-anak masih ada yang bersekolah di sana," kata pak Arman.
"Masih ada yang bersekolah di sana?" tanya Tika heran dengan penuturan pak Arman.
"Iya karena tak ada guru, kebanyakan anak-anak itu berhenti sekolah."
"Aneh ya di dunia modern, seperti ini kenapa pemerintah tidak memperhatikan sedikitpun daerah ini. Daerah ini tuh jauh sekali tertinggalnya," Kata Rega menimpali.
"Entahlah, padahal saya sudah sering melaporkan hal ini pada pemerintah daerah. Tapi tak ada yang menanggapi sama sekali."
"Ya sudah Pak, bagaimana kalau kapan kita datang ke pemerintahan daerah untuk melaporkan hal ini, mungkin saja jika Kami para mahasiswa melapor ke pemerintahan daerah, akan ditindaklanjuti secara cepat."
"Iya semoga saja."
Kelima mahasiswa dan pak Arman melanjutkan perjalanan mereka.
Hingga tibalah mereka di sebuah sekolah.
Kelima mahasiswa itu berdiri di depan gedung sekolah dengan begitu kaget.
Bangunan sekolah yang sudah tidak terawat terlihat sangat angker dan menyedihkan.
"Astagfirullah!" ucap mereka semua.
"Sudah berapa lama sekolah ini kosong pak?"tanya Rega.
"Tidak lama. Baru beberapa bulan ini, sekolah ini jarang digunakan Karena itulah terlihat begitu angker."
"Apa mungkin ini penyebab tidak ada mahasiswa, atau guru yang mau mengajar di sini ?" tanya Indra.
"Mungkin saja."
Mereka pun meneruskan perjalanan mereka untuk memasuki gedung sekolah.
Saat memasuki gerbang sekolah, tampak pagar besi yang berkarat dan rusak, Gerbang yang terbuka lebar tanpa penjagaan, memberikan kesan sepi dan terbengkalai.
Saat berjalan masuk ke dalam sekolah, tumbuhan liar tumbuh dengan lebat di sekitar halaman sekolah. Rumput yang tinggi dan tak terurus, memberikan kesan terlupakan dan tidak ada yang merawat. Beberapa pohon besar tampak layu dan kering, menggambarkan betapa usang nya lokasi itu.
Mereka masih geleng-geleng kepala sambil tetap meneruskan perjalanan mereka untuk menuju bangunan sekolah.
"Tak heran lah kalau nggak ada yang mau mengajar di sini, bangunannya aja menyeramkan seperti ini," cetus Indra.
Kelima mahasiswa itu mengedarkan pandangannya.
Bangunan-bangunan di sekolah terlihat rapuh dan rusak. Atap-atap yang bocor di beberapa bangunan, yang mengakibatkan genangan air di dalam ruangan. Dinding yang terkelupas dan berlubang-lubang, juga memberikan kesan bahwa perawatan bangunan tidak pernah dilakukan selama bertahun-tahun.
Di sekitar koridor sekolah, meja dan kursi yang robek dan rusak berserakan. Jendela-jendela retak dan terdapat banyak kaca pecah di berbagai sudut, meningkatkan kesan ketidaknyamanan dan bahaya. Spanduk ajakan belajar yang sudah tumpang tindih dan mengelupas, memberikan kesan bahwa semangat belajar di sekolah ini telah lama pudar.
Suasana sekolah yang kosong, tanpa suara anak-anak yang bermain atau orang dewasa yang beraktivitas, memberikan kesan yang sangat angker. Ruang kelas yang gelap dan tidak pencahayaan seolsh mendeklarasikan jika bangunan itu tidak pernah terisi oleh pengajar atau siswa selama bertahun-tahun. Semua ini menyebabkan bangunan sekolah tersebut terkesan hampa dan tidak bernyawa.
"Bapak yakin sekolah ini kosong dalam waktu berbulan-bulan saja, Tapi, menurut saya, bangunan ini seperti puluhan tahun, tidak digunakan, Pak."
"Tidak, Bangunan ini tidak lama kosong, hanya saja baru beberapa bulan ini tidak di tempati."
"Lalu apakah kita akan mengajar dalam situasi seperti ini pak?" tanya Rega.
"Dan saya rasa untuk membersihkan bangunan sekolah ini, butuh waktu banyak."
Rega dan teman-teman mengamati sekitar lokasi sekolah tersebut. Mereka pun berpencar untuk meng eksplorasi lokasi gedung
"Apa kita laporkan saja tentang kejadian ini pada dosen kita. Ini sih gila kita bukan mau mengajar di sini, tapi mau kerja bakti untuk membereskan bangunan sekolah ini," kata Rega pada Bara.
"Iya sebaiknya kita foto saja bangunannya dan kirim ke pihak kampus yang sudah mengirim kita ke tempat ini."
Rega memotret beberapa bagian bangunan, begitupun dengan Bara.
"Gila! bangunan ini tuh cocok banget untuk tempat uji nyali kita, pasti rame nih kalau kita bikin konten horor di tempat ini," celetuk Bara.
"Hus, jangan asal ngomong. Kita tuh tidak pernah mendapatkan pengalaman horor yang lebih horor dari tempat ini, jadi jangan macam-macam lo," sahut Rega.
Agus, Indra dan juga Tika masuk kedalam ruangan kelas. Mereka memotret beberapa area kelas.
Ketika masuk ke dalam sebuah ruang kelas mereka melihat ada kalender usang yang masih tergantung.
Kalender itu sudah di tutupi debu tebal sebagian pun terlihat robek dengan kertas yang menguning. Di antara bangunan kelas yang ada di bangunan sekolah itu, hanya ruang kelas itu saja yang terlihat masih bagus dan tidak mengalami banyak kerusakan.
"Gue penasaran, kira-kira tahun berapa ya, sekolah ini di kosongkan. Masa iya kata Pak Arman sekolah ini baru kosong selama berbulan-bulan."
Indra membuka tas ranselnya, kemudian mengambil sisa kantong kresek yang digunakannya untuk menampung muntahannya selama di perjalanan kemaren.
Dengan kantong kresek itu dia menyarung tangannya kemudian membersihkan debu yang menutupi kalender.
"Oktober 1998?!" bola mata Indra terbelalak ketika mengetahui Kalender itu.
"1998, Coy! kalau begitu, sudah 25 tahun kalender ini."
"Iya, Apa itu bearti, gedung ini sudah terbengkalai selama 20 tahun lebih?" tanya Agus.
Seketika bulu kuduk mereka merinding karena tiba-tiba saja, angin kencang terasa berhembus menyapu bagian pundak mereka.
Ketiganya saling melemparkan pandangan, dengan perasaan yang was-was, karena mereka merasakan hal yang sama.
Bersambung ya gaes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Murwani Wahyuningsih
jangan2 pak arman hantu juga
2024-11-23
0
Syahrudin Denilo
wah mantap nih tambah seru ceritanya
2024-01-01
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kenapa pak Arman gak jujur aja 🤔🤔🤔
2023-12-07
0