Setelah istirahat makan siang mereka menghampiri kawasan proyek bersama pak Arman.
Dari kejauhan terlihat ada puluhan sepada motor terparkir di daerah Proyek. Ada juga sebuah mobil sedan mewah di lokasi tersebut.
Semakin dekat, mereka semakin merasa keanehan.
"Sepertinya baru terjadi hujan lokal ya, lihat saja tanah di sini basah sementara bagian yang ini tidak basah," kata Indra sambil menunjuk batas tanah yang basah dengan tidak basah.
'Sepertinya begitu."
Sekitar 50 meter berikutnya mereka pun tiba di lokasi proyek.
"Kok sepi ya, kemana tukang-tukang proyek itu?" tanya pak Arman sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling proyek
"Mungkin saja mereka semua sedang beristirahat makan siang," sahut Rrga.
"Sepertinya begitu."
Mereka berjalan semakin dekat dengan
lokasi proyek, terlihat timbunan-timbunan tanah yang becek, ada juga ranting pohon yang berserakan di atas lokasi proyek.
Mereka mengetahui batas lokasi proyek, karena ada pita berwarna kuning yang mengelilingi sebuah lapangan.
Sekitar 50 meter dari lokasi proyek itu, adalah lokasi pemakaman di mana mbah Kusno di kuburan.
Indra dan rekan-rekan seketika bergidik ngeri ketika mengingat kejadian mereka semalam.
"Sudah yuk pulang, gue takut," kata Tika sambil meraba bulu kuduknya yang berdiri.
"Iya, Yuk gue was-was nih, takutnya kejadian kemarin terjadi lagi," kata Indra.
"Ya sudah, nanti saja kita tunggu orang-orang proyek itu pulang. Kita tanyakan pada mereka," usul pak Arman.
karena mereka memutuskan untuk pulang keenam orang itu berbalik arah dari kejauhan mereka semua melihat dua anak kembar yang sebelumnya mereka temui pulang dari gedung sekolah berlari.
Kali ini mereka terlihat bahagia terdengar dari tawa mereka.
"Hi hi hi rumah kita sudah aman!" seru mereka sambil berlari dan tertawa riang.
Semakin mendekat, kelima mahasiswa dan pak Arman seketika melotot bola matanya karena melihat anak kecil yang berlari itu tidak memiliki bola mata. Di bagian kelopak mata mereka terlihat kosong dan terdapat bercak darah.
Kelima mahasiswa itu hanya terbengong dengan tubuh yang membeku ketika melihat dua bocah kembar itu tertawa cekikikan melewati mereka.
"Hi hi rumah kita kembali!"
Tika yang syok melihat pemandangan tersebut , langsung pingsan seketika. Beruntung tubuhnya langsung di sambar Indra.
Rega dan Bara terus mengamati kedua bocah tersebut, setelah tiba disebuah timbunan tanah mereka masuk kedalam timbunan tanah tersebut dan menghilang seperti di telan bumi.
"Tika! sadar Tik!"Indra menepuk pipi Tika dengan panik.
"Gendong saja Tika, Ndra, kita bawa Tika menjauh dari sini!"usul Rega.
Mereka semakin takut untuk di tempat itu lebih lama.
"Iya, tolongin gue, biar gue gendong dari belakang saja," pinta Indra.
Baru saja mereka hendak mengangkat tubuh Tika, tiba-tiba Tika tersadar dengan membuka matanya, pandangannya mengedar ke arah sekeliling dengan tubuh dan bibir yang gemetar ketakutan, Tika langsung menangis saat menyadari di mana ia berada saat ini.
"Alhamdulillah, akhirnya lo sadar Tik."
"Hiks, gue mau pulang Ndra. Gue takut, tempat ini tuh serem banget."
"Iya kita pulang ya."
Indra membantu Tika untuk bangkit. Tubuh Tika begitu lemah karena dia mengalami syok.
Apa yang ia lihat barusan lebih menyeramkan dari pada mahluk semalam dengan rambut-rambut yang bergerak. Itu semua karena mereka melihat penampakan terjelas di siang bolong.
Mereka kembali hening tanpa bersuara menapaki jalan menuju desa. Karena lokasi proyek melewati jalan perkampungan warga, mereka terpaksa melewati rumah mbah Kusno.
"Ini rumah siapa Ndra?" tanya Tika ketika melihat bendera kuning berkibar di depan rumah tersebut.
"Rumahnya Alm mbah Kusno."
Tiba-tiba saja rumah itu bergetar setelah Indra menyebut nama mbah Kusno. Ketakutan dan kepanikan kembali melanda mereka
"Jalan saja! tidak usah di pedulikan " perintah Rega lirih.
Mereka berusaha mengabaikan keganjilan tersebut. Entah kenapa saat perjalanan menu lokasi proyek itu rumah mbah Kusno seperti tersembunyi sehingga tak ada satu pun dari mereka yang ingat.
Setelah jalan pulang, mereka baru melihat rumah mbah Kusno.
"Oh ya pak. Pak Karto dan pak Karim kemana ya. Kok gak kelihatan?" tanya Rega yang berusaha mencairkan ketegangan di antara mereka.
"Saya juga belum melihat mereka," sahut pak Arman.
Jalan yang mereka lewati terasa begitu sunyi dan mencengkam padahal waktu menunjukkan pukul satu pagi.
Akhirnya mereka tiba di rumah pak Arman tanpa gangguan.
Indra membantu Tika mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di ruang tamu.
"Jadi bagaimana, apa kita pulang sekarang, mumpung masih siang, siapa tahu ada bis yang lewat di jalan raya sini?" tanya Regs.
"Ayo kita pulang saja, gak betah gue disini," kata Tika.
"Ya sudah, jika kalian tidak betah, tidak apa. Terima kasih karena sudah memenuhi undangan dari saya," kata pak Arman yang terlihat sedih.
"Iya Pak, maaf sekali kami tidak bisa membantu, karena sepertinya kampung ini sangat berbahaya untuk kami.Saya doa kan semoga warga kampung disini kembali lagi dan segala sesuatu yang mengganggu bisa diatasi."
"Iya terima kasih ya, Saya tidak punya oleh-oleh untuk kalian bawa pulang kata Pak Arman dengan tulus."
"Tidak apa-apa Pak. Kami senang sudah diterima dengan baik oleh Pak Arman dan kami Anggap semua yang terjadi pada kami selama dua hari ini sebagai pengalaman," kata Rega.
Rega dan teman-temannya kemudian membereskan barang-barang mereka dan memasukkannya ke dalam ransel.
Setelah itu mereka berpamitan dengan Pak Arman.
"Kami pulang dulu Ya Pak, terima kasih atas kebaikan bapak, maaf kami semua sudah merepotkan disini."
"Iya sama-sama."
"Baiklah kalau begitu sampaikan salam saya dengan bi Atun ya pak."
"Iya hati-hati di jalan. Mari saya antar," kata pak Arman.
Mereka berlima memutuskan untuk pulang dari kampung tersebut. Dengan berjalan kaki mereka menuju jalan raya, tempat dimana mereka di turunkan.
***
Di lain tempat.
para mahasiswa berbondong-bondong melihat pengumuman di majalah dinding kampus mereka.
Mereka melihat foto lima orang mahasiswa yang di nyatakan hilang sejak dua bulan yang lalu.
Foto Rega, Tika, Indra, Agus dan Bara terpampang jelas di majalah dinding tersebut. Kelima mahasiswa itu dinyatakan hilang saat melaksanakan KKN di sebuah perkampungan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Murwani Wahyuningsih
waduuhhhhhh
jangan2 mereka tersesat di alam gaib
2024-11-24
0
eka wati
tuh kan tuh kan.. makin merasa kecurigaanku bener. mereka kkn di kampung setan bukan kampung manusia
2024-01-24
1
Syahrudin Denilo
waduh gmn ni
kyknya masih banyak teka teki nih
lanjutkan ceritanya bagus
2024-01-01
0