Kampung Gaib

Setelah kelima mahasiswa itu naik ke dalam mobil polisi. Mereka dibawa menuju Pos Polisi terdekat yang berjarak sekitar km dari titik mereka berada.

Setibanya di sana, kelima mahasiswa itu di persilahkan masuk ke dalam sebuah ruangan untuk memberi keterangan kepada pihak polisi setempat.

Salah satu dari polisi tersebut bertanya tentang kepergian mereka hingga 60 hari menghilang secara bersama-sama.

"Kalian ke mana saja? 60 hari tidak ada kabar berita. Apa kalian tidak kasihan melihat orang tua kalian yang yang sibuk mencari kalian? tanya salah seorang polisi bernama pak Agung.

"Bagaimana ceritanya kami hilang 60 hari pak? Padahal kami rasa kami baru pergi dua hari ."

"Polisi itu memperlihatkan postingan media sosial milik orang tua dari kelima mahasiswa itu."

"Lihatlah, mereka mencari kalian melalui media sosial, dan ini terjadi 57 hari yang lalu."

Rega dan rekan-rekannya melihat postingan salah satu dari orang tua mereka yang di screen shot dan di simpan di penyimpanan handphone polisi tersebut.

''Tapi kami memang benar-benar hanya pergi dua hari pak, kami pergi ke sebuah kampung yang jaraknya tidak begitu jauh dari sini," kata Rega yang kali ini menjadi juru bicara mereka.

"Kampung itu sangat angker bahkan Kami sering melihat penampakan di siang hari."

"Kampung apa?" tanya polisi.

"Kampung Sekarwangi Pak."

'Kampung Sekarwangi?" polisi itu melirik ke arah polisi lainnya.

Wajah para polisi itu mulai terlihat tegang.

"Kampung Sekarwangi memang pernah ada. Tapi kini kampung itu sengaja dikosongkan untuk lokasi Pembangunan tambang emas. Konon katanya kampung itu memiliki kutukan," kata Pak Agung.

"Para warga di sana meninggal secara serempak di hari yang sama." Pak Agung menambahkan lagi.

"Hah?!" Alangkah terkejutnya mereka mendengar penuturan dari polisi itu.

"Mereka semua meninggal di hari yang sama?" tanya mereka secara serempak.

"Benar, ada sekitar 700 orang yang mendiami kampung itu, mereka mati secara serempak di hari itu juga, terkecuali satu orang warga yang dinyatakan hilang karena jasadnya tidak ditemukan."

Kelima mahasiswa itu saling pandang memandang.

"Siapa Pak?" tanya mereka lagi secara serempak.

'Namanya Bapak Arman Sulistyo. Saat peristiwa itu terjadi umurnya sekitar 48 tahun dan kejadian itu sudah terjadi 25 tahun yang lalu. Kami sudah melakukan pencarian, kami juga menduga jika Arman ini yang meracuni air yang diminum oleh warga"

Bola mata mereka kembali terbelalak kaget.

"Tapi Pak, kami semua baru saja bertemu dengan Pak Arman di Kampung Sekarwangi dan terlihat sekali Pak Arman bingung karena penduduk desa tiba-tiba meninggalkan kampungnya. Kata Pak Arman penduduk desa ketakutan akibat kematian Mbah Kusno dukun sakti mandraguna yang memiliki 40 selir dari golongan jin."

"Mbah Kusno?" polisi itu bergumam.

"Sebentar, sepertinya kami ada menyimpan foto Mbah Kusno dan Pak Arman. Pak Arman itu Kepala Desa Sekarwangi saat kejadian malapetaka itu, dan Mbah Kusno memang terkenal sangat sakti, beliau orang yang ramah dan baik hati. Konon katanya beliaulah yang menjaga perkampungan itu sejak zaman penjajahan kolonial Belanda."

Lagi-lagi ke 5 mahasiswa itu menelan saliva mereka dengan jantung yang berdetak dengan hebat.

Mereka masih saling memandang Namun, masih tidak bisa berargumen.

"Iya Pak, di desa Sekarwangi memang kami melihat ada sebuah pembangunan proyek tapi kami tidak tahu proyek apa itu."

"Proyek ?!"Polisi itu sepertinya tidak percaya dengan penuturan mereka.

"Iya Pak, bahkan saat kami berjalan menuju ke gedung sekolah kami melihat beberapa pekerja dan alat berat masuk ke lokasi jalan desa."

"Setahu saya proyek terakhir di tempat itu lima tahun yang lalu. Desa itu seperti terkena kutukan. Siapa saja yang mendekat dan berniat mengekploitasi kekayaan di dalamnya, pasti akan berakhir tragis."

"Sudah beberapa kali kejadian seperti itu. Namun meski sudah ada beberapa proyek yang gagal dan menelan korban nyawa, tetap saja ada manusia yang tamak ingin menambang emas di daerah tersebut," lanjut pak

Mereka semua tercengang mendengar penuturan dari polisi itu.

Beberapa saat kemudian mereka mendengar suara helikopter mendarat, tak jauh dari markas kepolisian tersebut.

"Baiklah, Terima kasih atas informasi yang kalian berikan, kalian sudah dijemput pihak kepolisian ibukota."

"Iya Pak, sebenarnya kami masih penasaran dengan apa yang terjadi di kampung itu," cetus Indra.

"Sebaiknya simpan saja rasa penasaran kalian, biarlah kampung Sekarwangi menjadi sebuah sejarah kelam. Kami pihak kepolisian pun tidak bisa berbuat banyak, sampai saat ini kami belum menemukan Pak Arman, beliau adalah satu-satunya orang yang hidup dan mayatnya tidak ditemukan di kampung itu.

"Kalau Bapak ingin bertemu Pak Arman, kita ke sana sekarang saja Pak," usul salah satu dari lima mahasiswa itu.

"Bener pak, baru saja kami bertemu pak Arman, bahkan kami menginap di rumahnya selama satu hari satu malam, dan kami pun sempat bersalaman dengan beliau, tak hanya pak Arman, beliau juga memiliki dua perangkat desa. Namanya Karim dan pak Karto, dan ada satu lagi yakni Bi Inem asisten rumah tangga mereka," cetus Indra.

Setelah mendengar keterangan mereka, Pak Agung kemudian menuju sebuah lemari setelah memilah-milah beberapa berkas, kemudian pak Agung menguarkan satu buah berkas dan membawanya ke meja kerjanya."

"Ini daftar warga yang meninggal keracunan massal, mereka keracunan Mercuri dan Sianida, kalian bisa cek nama-nama mereka yang sudah diurut menurut abjad."

Kelimanya sama-sama mencari daftar nama Pak Karto, pak Karim dan bi Inem.

Mereka kembali dibuat kaget karena daftar korban keracunan yang meninggal dunia terdapat nama pak Karto Pak Karim.

"Jadi yang membantu kita memakamkan jenazah Mbah Kusno itu siapa?" tanya Agus.

Mereka semua heran dan tercengang mendapati kenyataan tersebut.

"Kuat dugaan kedua racun itu bisa membunuh warga setempat, kena air yang mereka minum."

"Para warga punya satu pipa pengaliran air yang dialirkan melalui air di pegunungan yang ada di ujung perkampungan mereka."

"Mungkin ada seseorang yang berniat jahat ingin menghabisi kampung itu untuk menguasai daerah itu. Namun sampai saat ini kami belum mendapatkan siapa pelaku sebenarnya."

Lagi-lagi kelima mahasiswa itu diam mendengar penuturan Pak Polisi. Rasanya sulit untuk dipercaya tapi hal itulah yang mereka alami.

"Kalau begitu Pak, coba pihak kepolisian menggali lagi lokasi yang dijadikan penambangan, mungkin di sana ada jasad-jasad para tukang yang melakukan penggalian," usul Bara.

"Karena sebelum kami pulang, kami sempat melihat timbunan tanah yang basah karena di pagi harinya kami melihat banyak kuli-kuli bangunan yang datang ke lokasi penambangan tersebut, tapi pada siang harinya mereka tidak ada di lokasi proyek dan hanya tertinggal motor motor mereka."

"Saya rasa mereka tertimbun di dalam lubang galian tambang mereka sendiri," kata Arga.

"Baiklah ini tugas kepolisian. Terima kasih atas keterangan. Kami akan selidiki kasus ini. Semoga setelah diselidiki kasus ini akan terungkap dan orang yang memberikan racun hingga membuat kematian massal itu bisa diketahui identitasnya."

"Iya Pak, kami juga berterima kasih atas informasinya."

Kelima mahasiswa itu pun pamit karena mereka sudah di jemput dengan menggunakan helikopter.

Akankah misteri dari kampung Sekarwangi bisa di pecahkan. Next episode ya. 🥰

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

ohh namanya kampung Sekarwangi

2024-01-01

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

jadi seperti itu kejadiannya tp blm terpecahkan semuanya

2023-12-07

0

Arya Syafruddin

Arya Syafruddin

lanjut akak

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!