BAB XIX

PERANG

TENGAH malam, para penyihir telah terjaga dari tidurnya. Para ketua kelompok membuka portalnya masing - masing. Sedang aku sendiri bersama Arvel, Elias, Adrian, James dan Fred akan masuk ke dalam portal milik Aunty Anna. Dan Airen akan tetap di sini bersama Sarah yang diberi kewajiban untuk melindunginya.

Aku merasa gugup sekarang. Melihat satu per satu kelompok telah meninggalkan tempat.

"Tenangkan dirimu, Ave," ucap Elias menggenggam erat tanganku.

Aku memandangnya dan tersenyum ragu. "Aku sedang berusaha melakukannya."

Dia tertawa kecil dan mengecup dahiku. "Aku akan selalu di sampingmu."

Aku tersenyum lepas dan mengangguk. "Aku percaya padamu."

Kami pun berjalan beriringan memasuki portal. Setelah kami keluar, portal itu menghilang. Elias menarikku untuk bergabung di tengah - tengah penyihir dari kelompok Ovty dan Lytre.

"Mulai dari sini, kita akan berjalan. Jangan gunakan sihir apapun hingga ada isyarat untuk menggunakannya. Karena di sekitar sini telah dipasang dinding sihir yang akan aktif ketika sihir sekecil apapun tertangkap olehnya," ucap Aunty memberi arahan. "Semoga kita beruntung."

Kami semua akhirnya berjalan melewati semak belukar dan pohon - pohon yang lebih rimbun daripada yang ada di hutan. Melewati tanjakan menurun sekitar dua atau tiga kilometer, kami akhirnya berhenti.

Dapat kudengar Aunty Anna bergumam dan tanah di depannya tiba - tiba runtuh. Dia pun melangkah masuk disusul kami semua.

Jalan rahasia ini memiliki pencahayaan yang minim. Saat aku tengah melihat sekitar, aunty Ann tiba - tiba muncul di sampingku.

"Avera, sebentar lagi kita akan menjumpai penjara bawah tanah. Jika firasatku benar, kemungkinan kedua orangtuamu ada di sana," ucapnya lalu kembali ke barisan depan.

"Semoga kita menemukannya," bisik Elias.

"Semoga saja." ucapku penuh harap.

Semua telah naik ke atas dimana merupakan ruang sidang istana. Tinggal aku bersama Elias yang masih belum selesai memeriksa penjara - penjara di sini.

"Elias," ucapku membuatnya terhenti. "Kurasa kita telah menemukan orangtuaku."

"Dimana?"

"Mereka di sana," tunjukku pada satu penjara yang berbeda dari yang lainnya.

Aku menarik tangan Elias untuk menghampiri penjara itu. Terdapat dua orang paruh baya yang sedang terlelap. Pakaian mereka kumuh, namun aku masih bisa mengenali wajah mereka dengan baik.

"Dad, mom," gumamku membuat tidur mereka terusik. Dad yang lebih dulu bangun melihatku dengan ekspresi terkejutnya.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk kemari?" tanyanya heran.

"Dad, aku Avera."

"Avera?" tanyanya bingung. Lalu kedua matanya mulai berkaca - kaca. "Apakah kau Avera, putriku?"

Aku mengangguk dan berniat menyentuh pintu sel.

"Jangan," teriaknya menghentikan tanganku yang menggantung di udara. "Ada sihir yang menyerap energi di pintu ini."

"Apakah Dad tidak bisa membukanya? Bukankah tingkat Dad di atas Dementa?"

Pria tersebut menggeleng lemah. "Entah bagaimana, ternyata dia menguasai tingkat dari sihir yang telah dilarang oleh ayah kami, kakekmu. Sehingga sihirku pun tak mampu menembus sihir ini."

"Dad," gumamku tertahan. "Lalu bagaimana caranya aku dapat membebaskanmu dan Mom?"

Dad menatap wajah Mom dan aku bergantian. "Hanya ada satu cara mematahkan sihir ini."

"Katakan padaku."

"Yaitu dengan membunuh si pemilik sihir."

"Apa?" pekikku tertahan. "Baiklah. Aku akan ke atas dan berusaha membunuhnya dan membebaskan kalian."

"Putriku, jangan memaksakan dirimu. Kau tahu itu sangat berbahaya, bukan? Kembalilah pulang," ucap Dad khawatir.

Aku menggeleng. "Tidak. Pulang pun, Dementa akan mengejarku. Biarkan aku berbakti pada kalian hari ini," ucapku. "Berikan aku restumu, Dad, Mom."

Dad terdiam lama sebelum menatapku dalam. "Semoga kau berhasil. Kami menyayangimu."

"Aku juga menyayangi kalian." Aku mengusap sudut mataku yang berair sebelum menarik Elias untuk menaiki tangga ke atas -menyusul *A*unty Ann dan yang lainnya.

Setelah keluar dari sana, pintu yang baru saja kulewati bersama Elias menutup kembali dengan rata tanpa jejak yang membuktikan bahwa lantai itu merupakan sebuah pintu. Elias memimpin jalan kami hingga ke tengah ruang sidang.

Aku membekap mulutku ketika melihat banyak korban berjatuhan dan hanya tersisa sepuluh orang dari kelompok penyihir Ovty maupun Lytre. Arvel juga mendapat luka di tangan kanannya yang hampir menutup. Sedang Jess masih mengobati luka suaminya. Di seberang mereka, tersisa Dementa bersama delapan pengawalnya.

"Keponakanku," ucapnya ketika penglihatannya menangkapku. "Kau melewatkan pesta penyambutanmu, sayang."

Elias spontan langsung menutupi tubuhku dengan tubuhnya.

"Cukup, Dementa! Sudahilah semua kekejamanmu ini!" Aunty Anna berteriak hingga membuat Dementa berpaling padanya.

"Pengkhianat," desisnya. "Diam saja kau."

"Jaga mulutmu, Dementa!" ucap Adrian lantang. Dia mengepalkan kedua tangannya.

"Siapa kau anak muda?"

"Aku adalah putranya," jawab Adrian menyulut emosi Dementa.

Dia menatap nyalang pada aunty. "Jadi kau memiliki anak dengannya?" tanyanya murka.

Aunty Ann tidak menjawab.

"Keterlaluan." Dementa mulai bergumam. "Harusnya aku mengahiri hidupmu sejak dulu!"

Dan dia mulai menyerang. Aku dan Elias maju bersama. Kami menghampiri satu dari delapan pengawal Dementa.

"Jadi ini putri dari Dante," ucap pengawal tersebut dengan tersenyum remeh.

Tak menanggapi perkataannya, aku mulai menyerangnya dengan sihir kilat yang berhasil dia tangkis dengan mudah. Namun dia tak berhasil mengelak saat Elias memukul perutnya hingga ia terlempar sejauh sepuluh meter.

"Sialan," desisnya. Lalu mengarahkan sihir berbentuk bola api pada Elias. Dengan cepat aku berdiri di depan Elias dan memutar balik sihirnya.

"Kau baik - baik saja?" tanya Elias.

"Jangan khawatirkan diriku, Elias. Kita harus fokus sekarang," jawabku kemudian berlari cepat ke arah pengawal itu.

Dia terus menyerangku dengan sihir, yang berhasil kutahan dengan baik. Aku pun akhirnya sampai di depannya. Kucengkram lehernya hingga dia tak sanggup menggerakkan mulutnya untuk membaca mantra.

"Ada pesan terakhir?" tanyaku sinis. "Sepertinya tidak ada." Kucengkram lebih erat hingga kuku - kuku panjangku menancap di lehernya.

Brug.

"Kau sudah membunuhnya," ucap Elias. "Masih tersisa satu dan kurasa kelompok penyihir itu bisa mengatasinya. Sebaiknya kita bantu aunty-mu."

"Alright." Kami pun menghampiri aunty Ann, Adrian, Jessy dan Fred.

Sekarang kami telah mengepungnya dari empat sisi. Aunty Anna di sisi barat Dementa. Adrian di sisi timurnya. Jessy dan Fred di sisi selatan. Sedang aku dan Elias menjaga agar Dementa tidak bisa kabur lewat utara.

Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Dementa yang memiliki tingkat dan penguasan sihir terlarang memang sangat sulit untuk ditahlukkan. Hingga akhirnya Aunty berhasil membunuhnya.

"Dementa," aunty berteriak dan menghampiri tubuh Dementa yang tergolek lemah. "Harusnya tidak seperti ini. Jika saja kau mau mendengarkan penjelasanku."

"Anna," gumam Dementa lemah. Dia menyentuh pipi aunty. "Yang seharusnya terjadi memang terjadi. Satu hal yang harus kau tahu, aku bersikap seperti ini karena terpaksa."

"Apa maksudmu?"

"Aku sangat mencintaimu, maafkan aku. Aku seperti ini karena berada di bawah-" ucapan Dementa terputus tatkala hembusan nafas terakhirnya terdengar.

"Dementa!" Aunty menangis pilu dan perang pun berakhir. Adrian menghampirinya dan memeluk aunty erat.

"Ayo kita lihat orangtuamu, Avera," ajak Elias. Aku yang masih ling-lung karena melihat kesedihan aunty hanya bisa pasrah saat Elias menggandeng tanganku. Namun langkah kami terhenti ketika kedua orangtuaku telah ada di depan mataku.

"Avera, putriku," ucap mom Eliza. Tubuh lemahnya yang ingin menghampiriku membuatku menangis dan berjalan untuk memeluk tubuhnya.

"Mom," gumamku. Kami berdua menangis bahagia karena akhirnya dapat bertemu setelah ratusan tahun terpisah. Dad juga ikut bergabung. Dia memeluk tubuh kami berdua dalam lengannya.

●●●

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

akhirnya mereka menang dan bsa berkumpul kmbli

2020-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!