Magi Of Death

Magi Of Death

MoD #1 - Aku

“AYAH! IBU!”

Aku terduduk di depan rumahku yang perlahan mulai dilahap api. Kedua mataku memerah dan pipiku sudah penuh dengan air mata yang mengalir. Kobaran api yang menyelimuti rumahku terlihat menyala begitu terang, menghanguskan apapun yang ditempatinya.

Orang tuaku masih ada di dalam sana, mereka mendorongku keluar untuk menyelamatkanku dari seseorang yang berniat membawaku pergi. Orang tersebut malah meledakkan rumahku beserta orang tuaku yang masih berada di dalam.

Aku tidak bisa bersuara lagi, dadaku terasa mulai sesak. Kenangan bersama orang tuaku silih berganti terlintas di ingatanku. Hingga semuanya terbakar tepat di depan mataku.

“Tidak seharusnya mereka mengorbankan nyawa mereka. Lagipula, mereka tidak mungkin bisa melawanku. Ha-ha, benar-benar bodoh!” gelak tawa menjijikkan masuk ke dalam telingaku. Suara dari seseorang yang merupakan pelaku pembunuhan orang tuaku.

Dia berdiri di depanku. Bayangan tubuhnya condong ke arahku. Belum sempat aku merespon, laki-laki itu mengulurkan tangannya dan mencengkram leherku, memaksaku untuk berdiri.

Aku kesusahan bernapas, bahkan kedua tanganku yang mencoba melepaskan tangannya tidak berhasil menggeser sedikit pun tangan kekarnya dari leherku. Dia tidak memiliki tubuh yang besar atau pun kekar, tapi cengkramannya sangatlah menyakitkan.

Ketika aku mencoba menendang tubuhnya, dia malah semakin mengangkatku tinggi. Sedikit demi sedikit, aku mulai kehabisan napas.

“Cepatlah mati agar pekerjaanku selesai. Penyihir sepertimu harus segera dihapuskan dari dunia ini.”

Siapapun . . . tolong aku.

Pandanganku mulai buram, aku menyerah untuk melepaskan diri karena faktanya aku tidak bisa melakukannya. Ketika itulah, keajaiban itu datang. Aku merasa tubuhku melayang dan rasa sakit di leherku menghilang. Semua yang terlihat buram kini mulai kembali jernih. Seseorang menggendongku di kedua tangannya, kemudian meletakkanku di tanah.

“Kau, ya? Bagaimana kau bisa datang tepat waktu?”

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Aku mendengar suara yang lain. Aku juga merasa dahiku dingin, rasanya seperti air laut menyentuh kulitku. Anehnya, aku merasa lebih tenang. Dengan segenap tenaga, aku melebarkan kedua kelopak mataku, menatap seorang wanita dengan gaun berwarna biru yang sangat cantik. Rambutnya yang berwarna senada terlihat semakin cerah ketika cahaya api di belakangnya menyinarinya.

Vinnea?

“Maaf saja kalau aku harus mengakhiri tindakan bodohmu di sini.” Laki-laki di belakang wanita itu menggerakkan tangan kanannya.

Wanita itu mengusap wajahku dengan telapak tangannya dan saat itu juga aku tidak sadarkan diri.

Rasanya sangat dingin, seperti tenggelam di lautan yang dalam dan gelap. Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Gelembung air yang keluar dari mulutku bergerak meliuk-liuk menjauhiku, sedangkan tubuhku tenggelam semakin dalam. Gelembung berisikan kenangan yang menyenangkan muncul tepat di depan mataku.

Satu gelembung lainnya muncul dan terus muncul hingga saling tindih dengan yang lainnya. Gelembung terakhir memperlihatkan rumahku yang terbakar dan api itu tiba-tiba membesar hingga membakar gelembung lainnya.

Cepat-cepat aku membuka mata dan bangkit duduk. Dengan napas terengah-engah dan keringat dingin yang membasahi keningku, aku menoleh ke sana kemari menatap kamar yang aku tempati. Kegelisahanku mulai mereda, namun air mata kembali menggenang di kedua mataku.

Mencoba untuk menahannya, namun tidak berhasil. Dengan memeluk lulutku, aku kembali terisak. Kenyataan ini terlalu menyakitkan untukku, kehilangan kedua orang tuaku di waktu yang bersamaan.

“Kiara.”

Mendengar namaku dipanggil, aku mengintip dari lipatan telapak tanganku. Wanita berambut biru yang menjadi hal terakhir yang kulihat, kini duduk di depanku dengan seulas senyum ramah.

“Hai.” Dia membentangkan tangannya padaku.

Dengan tergesa-gesa, aku merangkak mendekat kemudian memeluknya erat, mengadukan semua kesedihanku padanya.

“Kami masih ada di sini bersamamu, Ra.”

Aku tidak ingin membalas apapun, hanya terisak tanpa henti. Semuanya menghilang dalam sekejap mata. Suka tidak suka, aku harus melanjutkan hidup setelah pengorbanan dari orang tuaku. Kenyataan pahit yang harus aku terima.

“Kau akan dipindahkan ke Kota Gramgramillo, kota penyihir. Di sana kau akan aman.” Wanita itu mengusap rambutku. Tangannya sedingin air laut, tapi entah kenapa aku justru nyaman dengan itu.

Perlahan aku menarik diriku dan duduk sambil mengusap pipiku.

Wanita di depanku mengulurkan tangannya, menarik belakang kepalaku dengan lembut hingga dahi kami saling bersentuhan. Dia memejamkan matanya dengan seulas senyum di bibirnya.

“Kau tidak sendirian di dunia ini. Aku, kami, dan seluruh penghuni Imperillium Faith berada di pihakmu. Tugas orang tuamu telah selesai. Kini biarkan kami yang menjagamu.”

Kiara Loffy itulah namaku. Seorang manusia yang terlahir memiliki sihir cahaya setelah lima ribu tahun. Karena sihirku, aku diminta untuk memimpin kerajaan Imperillium Faith di umur 18 kelak. Keputusan itu diambil langsung oleh Ratu Resha, ratu yang sudah memimpin kerajaan selama tiga ribu tahun. Dan sihirku inilah yang menjadi musuh alami iblis.

Seperti yang kalian pikirkan, penyihir bersitegang dengan iblis sejak dulu. Jika penyihir berniat melindungi umat manusia, kebalikannya iblis justru ingin menghancurkan umat manusia dan menjadi raja dunia. Iblis atau biasa disebut Ashborn lahir di kegelapan, mereka bahkan menguasai dunia gelap dengan ribuan bahkan jutaan monster.

Iblis pada dasarnya adalah penyihir namun karena suatu hal membuat sihir mereka direbut oleh kegelapan hingga akhirnya mereka menjadi iblis.

Tok! Tok!

“Boleh aku masuk?”

Kami saling menarik diri dan menjaga jarak. Aku pun bergerak mundur hingga punggungku bisa bersandar di pangkal tempat tidur. Rasanya melelahkan karena terlalu banyak menangis.

“Silakan.” Aku menjawab pelan. Aku yakin suaraku jauh lebih serak dibanding biasanya.

Seorang laki-laki berambut hitam melangkah masuk. Di tangan kanannya, dia membawa nampan berisikan segelas susu dan sepiring kue kering. Kalau aku tidak salah, dia yang muncul bersamaan dengan wanita di depanku saat ini.

Siapa ya namanya?

“Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?” Dia meletakkan nampan ke atas nakas kemudian dia sendiri duduk di kursi, tepat di sebelah kasur yang aku tempati.

“Terima kasih sudah menolongku.” Sedikit menundukkan kepalaku ke arahnya, sebelum akhirnya aku kembali menegakkan kepalaku.

Laki-laki itu tersenyum lebar, matanya yang berwarna hitam hampir sepenuhnya tertutup. Ah, dia memiliki mata yang sipit.

“Sama-sama. Berterima kasihlah juga pada Vinnea. Dia yang berkontribusi besar menolongmu.” Dia menunjuk wanita yang berdiri di samping kiriku. “Kau bisa melihatnya, kan?”

Vinnea, bisa dibilang kalau dia ini adalah roh sihir yang menghuni lautan terdalam. Ada banyak jenis roh sihir di dunia ini, namun hanya minoritas yang mau mengikat kontrak dengan penyihir. Karena faktanya tidak banyak penyihir yang dipilih oleh roh sihir. Lalu, Vinnea salah satu roh sihir tingkat tinggi yang bisa menyembunyikan keberadaannya dari mata manusia dan penyihir.

Aku mengangguk.

“Oh, ya. Aku Darwin. Siapa namamu?”

“Kiara.” Aku menjawab singkat.

“Aku minta maaf karena datang terlambat dan tidak bisa menolong orang tuamu.” Darwin menundukkan kepalanya lesu. Bisa didengar dari suaranya kalau dia menyesal.

Aku menggeleng lemah. “Aku tidak menyalahkanmu. Semuanya terjadi begitu cepat. Jadi, kau tidak bersalah.”

Darwin mengangkat wajahnya, menatapku. “Pasti berat untukmu, Ra. Katakan padaku jika kau butuh apapun. Aku akan mencoba memenuhi semuanya.”

Memangnya kau siapa?

“Tidak perlu, kak. Aku sudah baik-baik saja. Kau tidak perlu menanggung semuanya,” elakku.

“Kalau begitu, berjanjilah padaku, Ra. Kalau terjadi sesuatu padamu, katakan padaku.”

Terpopuler

Comments

Kulle RUMA

Kulle RUMA

uhxug

2023-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 MoD #1 - Aku
2 MoD #2 - Gramgramillo
3 MoD #3 - Pertemuan pertama
4 MoD #4 - Master Gensha
5 MoD #5 - Azel
6 MoD #6 - Tim Azel
7 MoD #7 - Manis
8 MoD #8 - Pulau Domase
9 MoD #9 - Ghalagg
10 MoD #10 - Sortin
11 MoD #11 - Bolehkah..?
12 MoD #12 - Mimpi yang aneh
13 MoD #13 - Ratu Resha
14 MoD #14 - Misi berikutnya
15 MoD #15 - Dia juga Darwin (?)
16 MoD #16 - Kontrak Baru
17 MoD #17 - Maaf
18 MoD #18 - Thandazani
19 MoD #19 - Kisah itu
20 MoD #20 - Si Kembar
21 MoD #21 - Hubungan
22 MoD #22 - Wind Breaker
23 MoD #23 - Awal
24 MoD #24 - Emosi
25 MoD #25 - Zukol
26 MoD #26 - Pertarungan (1)
27 MoD #27 - Pertarungan (2)
28 MoD #28 - Pertarungan (3)
29 MoD #29 - Dia yang dirindukan
30 MoD #30 - Iblis ketiga, Darzi
31 MoD #31 - Pertemuan itu
32 MoD #32 - Pertemuan kedua
33 MoD #33 - Memantau
34 MoD #34 - Ellen
35 MoD #35 - Saat itu
36 MoD #36 - Rencana berikutnya
37 MoD #37 - Jalan-jalan
38 MoD #38 - Menyambut sejarah
39 MoD #39 - Pengorbanan
40 MoD #40 - Sejarah Baru
41 MoD #41 - Selamat tinggal, Luna
42 MoD #42 - Bagaimana Jika(?)
43 MoD #43 - Codename 'Ota'
44 MoD #44 - Koloseum
45 MoD #45 - Tamu
46 MoD #46 - Siapa kau?
47 MoD #47 - Kesepakatan
48 MoD #48 - Guncangan emosi
49 MoD #49 - Kondisi Warga
50 MoD #50 - Wind of Heal
51 MoD #51 - Dunia yang kau inginkan
52 MoD #52 - Desa Yafga
53 MoD #53 - Kondisi ratu
54 MoD #54 - Jarak
55 MoD #55 - Bagaimana caraku menghiburmu?
56 MoD #56 - Bukankah kita sama?
57 MoD #57 - Suasana Mencekik
58 MoD #58 - Jangan mendekat
59 MoD #59 - Suho
60 MoD #60 - Berkumpul
61 MoD #61 - Tolong dia
62 MoD #62 - Di luar perkiraan
63 MoD #63 - Keluarga
64 MoD #64 - Rumit
65 MoD #65 - Laporan
66 MoD #66 - Curhat
67 MoD #67 - Hari yang seperti biasa
Episodes

Updated 67 Episodes

1
MoD #1 - Aku
2
MoD #2 - Gramgramillo
3
MoD #3 - Pertemuan pertama
4
MoD #4 - Master Gensha
5
MoD #5 - Azel
6
MoD #6 - Tim Azel
7
MoD #7 - Manis
8
MoD #8 - Pulau Domase
9
MoD #9 - Ghalagg
10
MoD #10 - Sortin
11
MoD #11 - Bolehkah..?
12
MoD #12 - Mimpi yang aneh
13
MoD #13 - Ratu Resha
14
MoD #14 - Misi berikutnya
15
MoD #15 - Dia juga Darwin (?)
16
MoD #16 - Kontrak Baru
17
MoD #17 - Maaf
18
MoD #18 - Thandazani
19
MoD #19 - Kisah itu
20
MoD #20 - Si Kembar
21
MoD #21 - Hubungan
22
MoD #22 - Wind Breaker
23
MoD #23 - Awal
24
MoD #24 - Emosi
25
MoD #25 - Zukol
26
MoD #26 - Pertarungan (1)
27
MoD #27 - Pertarungan (2)
28
MoD #28 - Pertarungan (3)
29
MoD #29 - Dia yang dirindukan
30
MoD #30 - Iblis ketiga, Darzi
31
MoD #31 - Pertemuan itu
32
MoD #32 - Pertemuan kedua
33
MoD #33 - Memantau
34
MoD #34 - Ellen
35
MoD #35 - Saat itu
36
MoD #36 - Rencana berikutnya
37
MoD #37 - Jalan-jalan
38
MoD #38 - Menyambut sejarah
39
MoD #39 - Pengorbanan
40
MoD #40 - Sejarah Baru
41
MoD #41 - Selamat tinggal, Luna
42
MoD #42 - Bagaimana Jika(?)
43
MoD #43 - Codename 'Ota'
44
MoD #44 - Koloseum
45
MoD #45 - Tamu
46
MoD #46 - Siapa kau?
47
MoD #47 - Kesepakatan
48
MoD #48 - Guncangan emosi
49
MoD #49 - Kondisi Warga
50
MoD #50 - Wind of Heal
51
MoD #51 - Dunia yang kau inginkan
52
MoD #52 - Desa Yafga
53
MoD #53 - Kondisi ratu
54
MoD #54 - Jarak
55
MoD #55 - Bagaimana caraku menghiburmu?
56
MoD #56 - Bukankah kita sama?
57
MoD #57 - Suasana Mencekik
58
MoD #58 - Jangan mendekat
59
MoD #59 - Suho
60
MoD #60 - Berkumpul
61
MoD #61 - Tolong dia
62
MoD #62 - Di luar perkiraan
63
MoD #63 - Keluarga
64
MoD #64 - Rumit
65
MoD #65 - Laporan
66
MoD #66 - Curhat
67
MoD #67 - Hari yang seperti biasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!