KEHORMATAN YANG TERGADAI
Ileana pulang dari bekerja sebagai buruh cuci di salah satu rumah tetangga dengan membawa sebungkus nasi untuk putrinya Almira. Nasi itu dia beli di warung pinggir jalan.
Saat sampai di rumah, wanita itu langsung masuk ke kamar. Almira sang buah hati masih terlelap dalam tidurnya. Wanita itu mengecup dahi putrinya dengan lembut, takut membangunkannya.
Nasi yang Ileana beli, diletakan di meja samping tempat tidur putrinya. Sisa uang yang ada cuma cukup membeli sebungkus nasi. Dia berharap suaminya pulang membawa uang untuk membeli beras dan lauk.
Ileana keluar dari kamar sang putri menuju dapur. Dia mengambil pakaian kotor dan menuju sumur yang berada di belakang rumahnya.
Satu jam berlalu, Ileana selesai dengan pekerjaannya. Dia lalu masuk setelah menjemur baju yang dicucinya. Ileana tersenyum melihat suaminya yang telah pulang sedang makan nasi bungkus.
"Bang Calvin sudah pulang ...?" tanya Ileana.
Calvin hanya memandang, tanpa menjawab pertanyaan istrinya, dan setelah itu melanjutkan makannya. Ileana mendekati suaminya dan duduk di samping pria itu.
"Abang beli nasi bungkus? Apa Abang sudah dapat uang? Aku mau masak. Beras dan persediaan lauk sudah habis," ucap Ileana dengan lembutnya.
"Kalau sudah habis, terus kamu mau apa? Aku tidak ada uang! Bukankah kamu bekerja. Kemana perginya uang kamu? Apa kamu beri buat selingkuhanmu?" Calvin bertanya dengan nada tinggi, membuat Ileana sedikit takut.
"Astaga, Bang. Jaga ucapan Abang. Nanti ada yang dengar, dan mereka percaya lagi," ucap Ileana.
Ileana menarik napas panjang, menahan sesak di dada. Selalu saja itu yang menjadi jawaban suaminya jika dia minta uang belanja.
"Bang, uangku habis buat beli obat Almira!" jawab Ileana dengan penuh penekanan.
"Almira lagi, Almira lagi. Dari kecil anak itu bisanya cuma menyusahkan orang tua. Kenapa tidak mati saja?" Calvin bicara dengan nada tinggi.
Kembali Ileana menarik napasnya. Dia kuatir Almira mendengar ucapan ayahnya. Calvin selalu saja menganggap Almira putri mereka sebagai beban. Tidak ada rasa sayang sedikutpun pada darah dagingnya itu.
"Bang, kenapa berkata begitu? Dia anakmu, darah dagingmu!" ucap Ileana dengan suara serak menahan tangis.
"Buat apa punya anak seperti itu. Anak yang selalu menyusahkan orang tua saja!" ucap Calvin lagi.
Ileana yang tidak tahan mendengar ucapan dari suaminya masuk ke kamar Amira. Dia takut anaknya mendengar apa yang suaminya katakan.
Ileana menarik napas lega melihat anaknya yang masih tertidur. Mata wanita itu mengarah ke meja samping tempat tidur. Tidak ada lagi nasi bungkus yang dia beli tadi. Pikiran Ileana langsung tertuju ke suaminya. Dia keluar dari kamar. Berdiri tepat dihadapan pria itu.
Calvin menatap Ileana dengan mata melotot tajam. Dia tidak suka melihat istrinya berkacak pinggang.
"Kenapa kau berdiri dihadapanku? Membuat selera makanku hilang saja!" ucap Calvin dengan suara lantang.
"Apa itu nasi bungkus di kamar Amira yang kamu makan, Mas?" tanya Ileana dengan suara penuh penekanan.
"Iya ... emangnya kenapa?" tanya Calvin dengan nada tanpa bersalah.
"Mas, itu aku beli untuk Amira. Kenapa kamu yang makan? Nanti Almira makan apa? Aku tidak memiliki uang lagi. Seharusnya kamu membeli makanan buat kami, bukan memakan yang aku beli!" ucap Ileana dengan nada tinggi.
Hatinya terlalu kesal melihat suami memakan nasi yang dibeli untuk Almira. Telah dua minggu Calvin tidak memberikan nafkah, tapi dia seperti tidak mau tahu dan peduli.
Mendengar nada bicara Ileana yang tinggi, Calvin berdiri. Diambilnya nasi bungkus yang masih tersisa dan dilemparkan ke wajah istrinya. Itu bertepatan dengan Amira yang terbangun.
"Ambil ini! Berikan pada anakmu itu!" ucapnya Calvin.
Gadis kecil itu ketakutan melihat ayahnya yang marah. Namun, dia juga iba melihat ibunya. Akhirnya Almira beranikan diri berjalan mendekati ibunya.
"Ayah, kenapa melempar nasi ke wajah Ibu. Mata ibu pasti perih," ucap Almira. Dia melihat ibu sedang membersihkan nasi yang melekat diwajahnya.
Melihat Almira, emosi Calvin bukannya reda. Justru makin memuncak. Dia menarik rambut putrinya.
"Ini semua gara-gara kamu anak sialan!" ucap Calvin dengan penuh emosi.
Ileana yang melihat putrinya disiksa tidak tinggal diam, digigitnya tangan Calvin sang suami agar terlepas dari rambut putrinya. Calvin yang merasakan sakit melepaskan tangannya dari rambut Almira.
Melihat tangannya yang mengeluarkan darah, Calvin makin emosi. Tangannya terayun dan menampar pipi Ileana dengan keras hingga darah segar mengalir dari sudut bibir wanita itu.
Ileana merasakan pipinya panas, bekas tamparan sang suami. Dia menghapus darah yang mengalir dengan tangannya secara kasar.
"Kau boleh menghina atau menamparku, tapi jangan sentuh putriku! Sekali lagi kau menyiksanya, aku akan lapor polisi!" ancam Ileana.
Almira menangis ketakutan dan juga menahan sakit di kepala karena tarikan ayahnya tadi. Ileana memeluk putrinya. Usia Almira telah memasuki tujuh tahun. Namun, tubuhnya kurus dan kecil karena gagal ginjal yang di deritanya.
Sejak penyakit ginjalnya makin parah, beberapa bagian tubuh Almira membengkak. Wajahnya sangat pucat, tubuhnya mudah lelah sehingga terpaksa berhenti sekolah.
"Apa kau mengancamku!" ucap Calvin. Dia kembali mendekati Ileana. Mencengkeram rahang pipi Ileana dengan kuat. Leana merasakan sakit, tapi ditahannya. Dia tidak ingin terlihat lemah di mata Calvin, dan juga tidak ingin Almira makin ketakutan.
Almira yang ketakutan bersembunyi di balik pintu. Dia menangis melihat ayahnya yang menyiksa ibunya. Tangannya menyentuh gagang sapu. Entah dari mana keberanian itu muncul, Almira mengangkat sapu dan memukul punggung ayahnya hingga tangan pria itu terlepas dari wajah Ileana.
Sementara suaminya sedang mengerang kesakitan, Ileana langsung menggendong putrinya dan berlari ke luar rumah. Dia berhenti di rumah tetangga.
Tetangga Ileana yang bernama Ani itu kaget melihat wanita itu yang berlari sambil menggendong putrinya. Dia memintanya masuk ke rumah.
Calvin yang mengejarnya berhenti saat Ani menghadang di muka pintu. Dengan berkacak pinggang, Ani menyapa Calvin.
"Ada apa, Bang?" tanya Ani sambil tersenyum dengan suara lembut.
Calvin yang tidak mau kedoknya sebagai suami pemarah diketahui tetangga hanya senyum saja. Dia lalu membalikan tubuhnya.
"Tidak ada apa-apa. Aku mau ke warung," ucap Calvin sambil melangkah meninggalkan halaman rumah Ani.
Ani hanya tersenyum melihat kepergian Calvin. Setelah pria itu menghilang dari pandangannya, Ani masuk ke rumah untuk menemui Ileana dan putrinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
ira
tuk ap bertahan
2023-12-21
0
Erina Munir
waduuuh...lakii...udh ga ngasih nafkah kdrt lgi....hadeehh...laporin aja tuh...tumaan...
2023-10-21
0
Sugiharti Rusli
tentang kdrt yah, itu yang benar panggilnya bang apa mas yah mam,,,hehehe
2023-10-13
0