KEKASIH KONTRAKKU MATA DUITAN

KEKASIH KONTRAKKU MATA DUITAN

Sebuah Perjodohan

Seorang pria terduduk dengan nyaman di kursi kebesarannya yang berlatar belakang langit sore kota Jakarta. Matanya yang tajam menatap lembar demi lembar berkas perusahaan yang tersusun rapi di atas meja. Berbalut map-map beraneka warna.

Pria berusia 28 tahun itu menarik tatapannya dari kertas dan memutar kursi hitam yang didudukinya. Pemandangan macetnya ibu kota menyambut kala netra menatap jauh ke arah bundaran Semanggi yang berkelok. Pesan dari Maminya 30 menit lalu membuat Hero memijat kening.

Undangan makan malam.

‘Apa lagi ini?' Hero merasa pusing. Entah apa lagi yang maminya rencanakan.

Hero Arkenzie namanya. Di usianya yang menginjak 28 tahun, ia telah menjadi seorang CEO di perusahaan Arkenzie Berjaya. Wajahnya tampan tanpa cela akan terlihat dingin saat berhadapan dengan klien. Menampakkan wibawa meski usianya masih cukup muda. Hal itu membuatnya mendapat predikat ‘CEO yang layak disegani’.

Tak ada yang cacat dalam diri seorang Hero, kecuali predikat ‘jomlo akut’ yang melekat pada dirinya. Itu pula yang membuat Hero menerka-nerka mengenai maksud sebenarnya dari acara makan malam kali ini.

Jujur, ia memang terlalu workaholic dan ‘pura-pura lupa’ untuk mencari pendamping hidup. Alasannya sederhana, ia benci dengan rengekan wanita manja yang hanya mau menikmati sari dari kerja kerasnya.

Singkatnya, ia benci wanita matre.

Senja menghilang dan digantikan dengan gemerlapnya malam. Hero memarkirkan mobilnya di garasi sebelum memasuki rumah tempat orang tuanya tinggal.

"Selamat malam," ucap Hero.

Di hadapannya, kini terlihat kedua orang tuanya yang tengah duduk santai di ruang tamu. Bersama dengan seorang gadis dan kedua orang tuanya yang juga sedang bercakap-cakap santai. Maminya beberapa kali melontarkan pertanyaan yang membuat si gadis tersipu malu.

Melihat pemandangan itu, mau tak mau Hero membiarkan pikiran negatif tentang perjodohan membanjiri otaknya. Membunyikan sinyal darurat yang memberinya pertanda untuk segera pergi dari sana.

Baru saja ia melangkahkan kaki untuk kembali, suara Maminya telah menggetarkan jendela ruang tamu.

“Hero!”

‘Tch, sudah terlambat untuk kabur’.

Hero menghela napas. Dengan langkah tegap, ia meletakkan bokong di sofa setelah sebelumnya melepas kancing jas yang ia kenakan. Kini, ia duduk berhadapan dengan gadis yang menjadi tamu keluarganya malam ini.

Hero merasa semua yang terjadi malam ini begitu menyebalkan dan buang-buang waktu. Di sini, ia tidak mendapatkan apa pun selain masa depannya yang terancam.

"Hero, dia Merlin," ucap Helena, Mami Hero yang masih awet muda meski umurnya telah menginjak setengah abad. Perawatan mahal yang menunjang hingga tak ada satu pun kerutan yang terlihat di wajahnya.

Hero berdeham dan menelan bulat-bulat decakan yang hampir keluar dari bibirnya. Tak mungkin ia membuat kesan buruk pada pertemuan pertama, bukan? Maminya pasti akan memberikan kultum padanya setelah ia merusak rencana.

“Hm, Hero."

Singkat, padat dan jelas ucapan Hero sebagai salam perkenalan. Hero menatap gadis itu–Merlin dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Gadis itu memang cantik, tapi entah mengapa Hero tak sedikitpun tertarik padanya. Terlebih setelah melihat wanita berusia 27 tahun itu tersenyum begitu manis.

‘Terasa sangat palsu.’

Hero bukanlah cenayang, ia hanya terbiasa melihat bentuk senyuman seperti itu saat berhadapan dengan klien.

Merlin merupakan CEO dari Quinn Jewelry yang terkenal dengan usahanya memonopoli dunia perhiasan. Berbeda dengan Arkenzie group yang membuat keputusan dengan hati-hati, Queen Jewelry terkenal dengan ambisinya yang ingin menjadi perusahaan nomor satu.

Paras Merlin memang cantik, tapi gestur tubuh dan pembicaraannya mengenai bisnis membuat Hero merasa tak nyaman. Terkesan arogan dan workaholic. Menikah dengannya tidak akan membuat Hero merasakan indahnya dunia pernikahan, sebab Merlin berkemungkinan besar akan menjadi budak pekerjaan.

Hero mengidamkan seorang istri yang selalu menunggunya di rumah saat ia bekerja. Mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya kelak. Jika ia berjodoh dengan wanita se-profesi dengannya, untuk apa menikah dan membangun rumah tangga?

"Hero, jangan dingin begitu. Mami rasa kalian cocok," ujar Helen sembari tersenyum manis.

Dalam hatinya, Helen berharap-harap cemas. Sebab, Merlin merupakan gadis keenam yang pernah ia kenalkan pada Hero. Kali ini, ia berharap Merlin akan menjadi orang yang tepat bagi putra satu-satunya itu, karena bibit, bebet, dan bobot Merlin sangat melampaui kriteria.

Mendengar ucapan Helena, Merlin tak bisa tidak menahan diri untuk tersenyum tipis. "Tidak masalah, Tante. Saya maklum kalau Hero kesulitan mencari topik yang tepat mengingat ini pertemuan pertama kami," ucap Merlin.

Tak biasanya ia meletakkan topik obrolan kepada lawan bicaranya, sebab seringkali ia lah yang akan mendominasi percakapan. Hanya dengan menatap Hero, Merlin benar-benar kehilangan kata-kata.

'Sungguh, pria ini terlalu tampan!' Merlin berdecak kagum dalam hati.

“Jangan dipaksakan, biarkan saja mengalir seperti air.” Jovanka, Ibu Merlin mengamini ucapan Merlin sembari mengelus pundak gadis itu. “Pasti ke depannya mereka akan berusaha mengakrabkan diri. Sebaiknya kita sebagai orang tua tak mencampuri urusan mereka lebih jauh," lanjutnya.

Ucapan Jovanka membuat semua orang di ruangan tertawa, kecuali Hero yang tiba-tiba mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai.

"Apakah ini sebuah rencana perjodohan?"

Pertanyaan Hero tersebut langsung membuat Helena tercekat. Ia harap-harap cemas dengan tanggapan Hero sebelumnya. Helena trauma, putranya sudah menolak lima gadis yang ia kenalkan sebelumnya.

"Sebenarnya begitu, hanya saja kami tidak ingin memaksa kalian. Lagi pula yang akan menjalani kehidupan nanti adalah kalian. Tetapi Hero, Papi sangat berharap kalian berdua bisa bersama," ucap Galang menengahi suasana.

'Apakah aku tidak laku hingga Mami dan Papi selalu saja mencarikan gadis untukku? Menikah itu pasti tetapi wanita ini ... ah sudahlah, aku rasa tidak ada gunanya membahas ini dengan mereka.'

"Benar sekali apa yang dikatakan Tuan Galang, Hero. Kami tidak akan memaksa, tetapi jika kalian saling tertarik, mengapa tidak?" timpal Aiman—Ayah Merlin yang diikuti gelak tawa mereka kecuali Hero yang merasa muak.

“Aku akan menerima perjodohan ini, tapi dengan satu syarat.”Hero membelah tawa dengan suaranya yang bernada serius.

Serentak semua orang berhenti tertawa. Terlebih Helena, Mami Hero yang tiba-tiba terkesan lebih antusias. Ia menggenggam tangan suaminya dengan senyum yang tak pernah lepas.

“Apa syaratnya, Sayang?”

“Dia harus mau melepas jabatannya sebagai CEO Quinn Jewelry dan fokus menjadi istriku di rumah."

Senyum di wajah kelima orang itu seketika menghilang. Terutama senyum di wajah Merlin yang kini berganti dengan sorot mata datar.

"Bagaimana, apa kau bersedia?” tanya Hero. Bahkan ia secara khusus menghadap ke arah Merlin yang juga balas menatapnya.

“Akan kupikirkan.”

Hero menyeringai tepat setelah Merlin melontarkan jawabannya.

Terpopuler

Comments

SUKARDI HULU

SUKARDI HULU

Nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir juga y❣️🫰🙏

2023-09-19

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

namanya megah sekali 😍 langsung like and favorit ❤️👍😍

2023-09-13

0

Chiisan kasih

Chiisan kasih

mundur pelan-pelan atau maju Merlin? hahaha
pa lagi cwoknya Kya Hero gitu

2023-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!