Nayna mengemudikan motornya dengan semangat, ia harus segera mengurus pekerjaan onlinenya karena ada begitu banyak pesanan dari langganannya. Sepanjang jalan, Nayna kembali teringat akan pertemuannya dengan Hero. Ia tersenyum teringat wajah pria tampan dan kaku serta minim pengalaman percintaan.
"Kalau aku memang wajar nggak ada pengalaman asmara karena aku nggak good looking dan nggak good rekening. Wajahku nggak glowing, jadi wajar aku nggak dideketin cowok-cowok selama ini ..." Nayna menjeda ucapannya sembari mengingat-ingat tetapi tetap fokus menyetir.
"Eh enggak sih ... dulu waktu SMA sama waktu kuliah ada juga yang naksir ... eh waktu itu aku saja yang nggak mikirin soal pacaran karena hidupku sudah susah dan kuliah bisa untung-untungan beasiswa, nggak ada waktu buat pacaran. Berarti, aku ada modal good looking. Buktinya Tuan Hero my hero itu mau jadiin aku pacar kontrak, hahaha."
Nayna menyadari kegilaannya, beberapa pasang mata pengendara motor menatap heran padanya karena tertawa sendiri di motor. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha untuk mengusir pemikirannya tentang Hero.
Sekali lagi Nayna berusaha menekan hatinya agar ia tidak sampai masuk dalam permainan kekasih-kekasih-an ini. Sungguh sangat menyesakkan dada jika ia sampai jatuh cinta pada pria yang tidak mungkin ia gapai. Hero terlalu tinggi untuk dicapai dan Nayna tidak ingin berhalu sejauh itu karena ia khawatir tertampar kenyataan karena ekspektasi yang terlalu tinggi.
Nayna membelokkan motornya ke arah rumahnya. Ia harus mengambil barang yang akan ia antarkan sesuai pesanan dari para pelanggannya. Sesampainya di rumah ternyata ibunya sedang pergi entah kemana karena ia melihat warung kecil mereka itu tertutup serta pintu yang terkunci. Nayna langsung masuk ke kamar dan menyiapkan pesanan tersebut.
Mendadak Nayna kembali teringat akan Hero. Wajahnya yang tampan serta tatapannya yang tajam. Pipi Nayna bersemu merah membayangkan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang satu itu. Orangnya jutek tapi sangat imut dan menggemaskan.
"Stop Nay, kamu itu cuma bakalan jadi pungguk merindukan bulan. Setelah semua dimulai maka kamu harus siapin dinding pelapis di hatimu biar nggak baper dan harus kuatin mental. Aah ... sial sekali sih, dia itu sangat menggoda iman. Wajahnya kaku tapi kalau sedang bertingkah konyol dia itu sangat menggemaskan. Ya Tuhan ... cobaan ini sungguh berat. Apa mungkin aku nggak main hati sama cowok seindah dia?"
Nayna kembali menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir pemikirannya tersebut. Ia harus bisa menempatkan diri dan harus profesional sehingga tidak akan terjerat pesona Hero apalagi sampai bermain hati. Semua bisa membuatnya patah jika nanti harapan tak sesuai dengan ekspektasi.
Setelah pekerjaannya siap, Nayna pun keluar dan ia langsung bergegas mengantar satu per satu barang pesanan.
"Semangat Nay! Kamu malas, kamu nggak bakalan dapat apa-apa. Nggak kerja nggak makan Nay," ucapnya menyemangati diri sendiri.
....
Merlin menopang dagunya dengan satu tangannya. Saat ini ia sedang di ruangannya dan sedang memeriksa beberapa dokumen. Namun fokusnya teralihkan pada ingatan dimana Hero menolaknya mentah-mentah. Namun begitu, Merlin sudah terlanjur terpesona pada Hero sejak jumpa pertama.
Merlin menghela napas berat. Jika ia mundur maka ia akan kehilangan pria seideal Hero. Akan tetapi jika ia maju maka apa yang selama ini ia capai akan terlepas dari tangannya karena ia harus menjadi ibu rumah tangga dan itu bukanlah hal yang pernah ada dalam daftar future life Merlin Quinn. Ia seorang wanita karier dan pencapaiannya sangat memuaskan dan ia sudah memiliki nama besar di kota ini, ia tidak mungkin melepaskan itu semua dalam sekejap.
"Kamu bisa merebut hatinya dulu. Bilang saja kalau kamu bersedia melepas pekerjaanmu dan menjadi istrinya. Nanti juga setelah kamu mendapatkan hatinya dan dia bertekuk lutut padamu, maka kamu pasti bisa membujuknya. Buat dia berada di genggamanmu dulu, setelah itu dia pasti akan memberikan apapun yang kamu inginkan!"
Ucapan mommynya semalam kembali terngiang di telinga Merlin. Ia berpikir apakah ucapan mommynya tersebut bisa ia praktikkan atau tidak. Tapi mengingat hal tersebut adalah keinginan Hero, bukan tidak mungkin jika ia mendekatinya dan menjalankan rencana tersebut maka ia pasti akan berhasil.
Merlin tidak akan menyerah, selain Hero itu sangat tampan, pria itu juga sangat mapan dan lelaki yang pas untuk menggantungkan masa depan. Tujuh turunan dan tujuh tanjakan pun Merlin akan hidup enak bersama Hero. Ia memang tidak perlu berusaha payah untuk bekerja, akan tetapi ia sangat menyukai dan sudah menggilai dunia kerja yang ia geluti selama ini.
"Aku harus menemui Hero dan mengatakan aku akan berusaha menyetujui syarat yang dia inginkan. Setidaknya aku harus bisa dulu merebut hatinya," ucap Merlin kemudian ia menutup laporan yang sedari tadi tidak ia baca dan bergegas mengambil tasnya.
Baru saja Merlin hendak membuka pintu, ia dikejutkan oleh seseorang yang berada di depan pintu tersebut.
"Kejutan!"
....
Sementara itu, bukan hanya Nayna yang mengalami hal yang sama, di kantornya juga Hero sedang memikirkan gadis itu — sang kekasih kontrak.
Wajah kesal Nayna yang menggemaskan membuat Hero selalu ingin membuat gadis itu merasa marah padanya. Hero kemudian tersentak menyadari bahwa sedari tadi ia hanya sibuk mengingat Nayna, ia memukul kepalanya pelan karena fokusnya justru teralihkan.
"Aku nggak mungkin jatuh cinta sama dia! Perempuan matre kayak gitu nggak pantas buat aku jadiin belahan jiwa. Tapi dia nggak salah sih, dia hanya ingin mengambil sedikit keuntungan karena aku juga mengambil keuntungan ketika mencium atau memeluknya. Eh ... tapi emang benar dia itu masih Virgin?"
Hero mengusap dagunya sambil tersenyum seringai. Namun beberapa saat kemudian ia kembali dibuat kesal karena asistennya mengatakan bahwa seseorang bernama Merlin Quinn datang untuk menemuinya.
Hero sebenarnya masih begitu malas bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya. Dia memang cantik tapi bukan tipe idaman Hero yang menginginkan wanita biasa dan sederhana. Namun karena menghargai keinginan maminya, Hero terpaksa harus meladeni Merlin walaupun setengah hati.
"Ya udahlah, toh dia nggak jelek-jelek amat buat dipandang. Seenggaknya nggak bikin mataku sakit!" gumam Hero kemudian ia mempersilahkan asistennya untuk membawa Merlin masuk ke ruangannya.
Mata Hero menatap Merlin dengan sebelah alisnya terangkat. Pakaian kerja yang Merlin kenakan sangat pas ditubuhnya akan tetapi bukan wanita dengan penampilan seperti ini yang Hero inginkan.
'Aku memang sangat picky dalam urusan wanita. Semua juga demi masa depan rumah tanggaku. Dia ini memang cantik, banget malah. Tapi mataku nggak suka lihat cewek dengan dandanan formal kayak gini.
"Silahkan duduk nona Merlin. Oh ya, bukankah kita tidak punya janji temu sebelumnya? Anda sendiri merupakan seorang pebisnis dan tentu saja tahu jika bertemu tanpa membuat janji sebelumnya pasti akan sangat sulit. Mungkin akan mengganggu orang yang ingin ditemui, dan jujur saja saya juga saat ini merasa terganggu dengan kedatangan Anda ... waktumu sembilan menit dari sekarang!"
Jlebb ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
waahhhh mantap 😍
2023-10-11
0
Chiisan kasih
gk skarang sapa tau nanti ☺️
2023-09-15
0
Chiisan kasih
tak semudah itu fulgoso 🤣
2023-09-15
0