Nayna sudah mengantar Hero ke tempat meeting dan celakanya ia yang terlambat mengantar barang pesanan sehingga ia harus mendapatkan kultum dari pelanggannya. Tapi ia bersyukur karena walau sudah dimarahi, sang pelanggan tetap menerima pesanan tersebut dan membayar sesuai kesepakatan. Rasa syukur Nayna haturkan kepada Tuhan karena ia tetap bisa menjaga rejekinya dan juga kepercayaan pelanggan.
Nayna membelokkan motornya kembali ke rumahnya karena pelanggan tadi adalah pesanan terkahir yang ia antar. Nayna memang pedagang online namun ia juga yang bertindak sebagai kurir. Tidak banyak untung yang ia dapat dari penjualan yang kecil-kecil sehingga Nayna memilih merangkap menjadi kurir juga. Namun walau begitu ia tetap mensyukuri segala yang ia dapatkan.
"Assalamu'alaikum, Nayna pulang," ucapnya saat memasuki rumah sederhana miliknya bersama ibunya.
"Wa'alaikum salam. Gimana sama pesanan hari ini Nay, lancar?" tanya Widya, ibu Nayna.
"Alhamdulillah lancar, Bu. Oh ya, aku masuk ke kamar dulu ya. Mau istirahat sekaligus ngecek pesanan dan juga barang. Ibu juga mending istirahat di kamar," ucap Nayna dan ia bergegas masuk ke kamarnya.
Widya menatap pintu kamar anaknya yang tertutup rapat. Dalam hati tiada hentinya ia mengucap syukur karena anak gadisnya itu sangat semangat bekerja. Nayna menyelesaikan kuliahnya satu tahun yang lalu dengan bantuan beasiswa namun karena tak kunjung mendapat panggilan kerja maka ia berinisiatif untuk menjadi pedagang online. Bermula dari reseller dan kini Nayna sudah memiliki banyak pelanggan.
Kehidupan mereka tidak kekurangan dan kebutuhan Nayna terpenuhi dengan kerja kerasnya sedangkan Widya hanya bisa berjualan nasi kuning yang ia jajalkan di teras rumahnya. Mereka memiliki warung kecil-kecilan dan dari sana mereka mendapatkan pemasukan tambahan sehari-hari.
"Jika saja ibu bisa lebih egois maka kamu akan hidup enak tanpa perlu bersusah payah seperti ini, Nay. Tapi untuk apa mengenang masa lalu, aku bersyukur karena putriku sangat tegar dan pernah mengeluh dengan keadaan. Lebih baik seperti ini dan biarkan seperti ini."
Widya bergegas masuk ke dalam kamarnya, ia tidak ingin mengingat luka lama dimana ia dan putrinya harus memulai kehidupan dengan bersusah payah dan bahkan sering kelaparan. Suaminya meninggalkannya dan ia membesarkan Widya dengan tangannya sendiri. Sumpah demi Tuhan, Widya tidak akan menerima kembali suaminya jika kelak datang namun sudah dua puluh tahun berlalu pria itu pun tak kunjung datang.
Di kamarnya, Nayna sedang memikirkan kejadian tadi siang di mana ia menabrak pria tampan itu eh tidak, hampir saja menabrak. Hanya ponselnya yang mahal itu yang terlindas ban motor dan akibat dari itu semua ia harus menjadi kekasih kontrak tuan muda itu.
"Hahh ...." Nayna menghela napas, ia sebenarnya masih bingung dengan ajakan Hero untuk menjadi kekasih kontrak akan tetapi dia juga tidak ingin berurusan dengan polisi. Usahanya akan hancur dan ia tidak bisa menjaga ibunya.
.
.
Sesuai kesepakatan, Nayna datang ke kantor Arkenzie Berjaya. Ia melapor pada resepsionis dan untung saja Hero sudah memberitahukan pada stafnya tersebut jika seorang gadis bernama Nayna datang maka langsung diarahkan ke ruangannya.
Nayna menatap takjub pada ruangan Hero yang begitu besar, mewah dan elegan. Ia bercita-cita memiliki ruangan seindah ini jika kelak usahanya lancar dan ia sukses mendirikan perusahaannya sendiri. Nayna terus mengaamiinkan hadapannya tersebut di dalam hati.
"Duduk!" titah Hero yang baru saja selesai membaca dokumen.
Nayna langsung duduk di hadapan Hero dengan menja kerja yang terbuat dari kayu yang kokoh serta lebar dan juga terdapat banyak benda di atasnya menjadi pembatas diantara mereka.
"Langsung saja ke intinya tuan, saya sedang sibuk dan banyak yang harus saya kerjakan," ucap Nayna, ia harus tegas karena pundi-pundi rupiahnya harus ia kejar hari ini.
Hero menatap sengit ke arah Nayna dan ia tidak suka sebab gadis ini justru mengaturnya bukan sebaliknya. Ia kemudian menyodorkan sebuah map berisi surat perjanjian kontrak.
"Bacalah, lalu tanda tangani," ucap Hero.
Nayna mulai membaca poin demi poin. Awalnya ia cukup senang karena diawal sudah dijelaskan jika ia akan mendapatkan upah setelah berhasil menjalani pekerjaannya sebagai kekasih kontrak dengan harga yang fantastis. Ia bisa libur jualan selama satu tahun dengan dana tersebut. Hanya saja semua itu bisa didapatkan setelah misi mereka berhasil dan Nayna belum tahu misi apa itu.
Matanya mulai membulat sempurna begitu membaca poin-poin di bagian akhir. Ia langsung menatap Hero tak suka. "Kenapa harus ada skinship? Aku tidak suka poin tujuh di mana Anda boleh bersentuhan atau memeluk saya. No, itu tidak bisa," ucap Nayna menolak.
"Bukankah sudah saya bilang kalau kamu cukup baca dan tanda tangan. Tidak ada penolakan dan protes. Di-la-rang ke-ras!" ucap Hero penuh penekanan.
Nayna mendengus, ia ingin sekali menggebrak meja karena kesal namun ia tahu disini ia tidak bisa berbuat apa-apa mengingat ancama Hero yang akan melaporkannya ke kantor polisi.
"Tapi saya tidak terima ya. Jangan ada sentuhan fisik dong. Tapi boleh-boleh saja sih asalkan setiap kali Anda menyentuh saya, harus ada bayaran alias upah tambahan. Gila aja, Anda memeluk saya cuma-cuma. Apalagi ini di poin delapan, Anda boleh cium saya. Saya ini belum pernah ciuman dan tarif untuk berciuman itu juga diberlakukan. Saya masih perawan dan saya tidak mau gratisan! Semua ada harga sayang."
Hero memijat pelipisnya, harusnya Nayna hanya menyetujuinya tanpa melakukan protes. Dan sekarang gadis ini justru mengajaknya bernegosiasi bahkan setiap poin ia ingin diberikan harganya. Hero ingin menyebut gadis ini sebagai seorang PSK akan tetapi tadi katanya masih perawan dan benar juga, gadis baik-baik tidak mungkin mau disentuh sembarangan.
"Dasar, baru juga jadi pedangan online sudah sangat pandai mencari keuntungan. Bukannya saya untung karena mempekerjakan kamu tetapi saya yang malah dalam masalah karena menemukan gadis matre sepertimu!"
Nayna mencebikkan bibirnya sedangkan Hero menatapnya dengan kesal.
"Ya sudah, tambahkan saja berapa yang kamu inginkan tiap kali saya menyentuh, memeluk dan menciummu. Ah tidak, harusnya kamu yang membayar karena kamu dicium pria tampan seperti saya. Kamu yang untung dong!" ucap Hero memilih mengalah saja karena berdebat dengan bocah seperti Nayna akan sangat panjang urusannya.
Nayna menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Hih ... dasar narsis. Wajah pas-pasan gitu dibilang ganteng!" cibir Nayna. 'Tapi emang ganteng banget aarhh ....' lanjut Nayna dalam hati saja.
Hero melotot menatap Nayna namun gadis itu justru langsung berpura-pura sibuk dengan berkas di hadapannya. Nayna sudah selesai mengisi nominal yang ia inginkan. Dan begitu ia menyerahkan kembali kepada Hero, pria itu kembali dibuat tertekan.
"Kamu gila?! Upah nyentuh lima ratus ribu, cium tujuh ratus lima puluh ribu dan meluk satu juta. Oh Tuhan Nayna, kamu mau kuras habis uang saya? Dan ini hanya sekali sentuhan saja? Kamu memang sudah gila!" pekik Hero.
Nayna tersenyum puas, "Ya. Semua hanya berlaku untuk sekali saja dan jika kamu menyentuh dua kali berarti dikali dua ya," ujar Nayna dengan begitu santainya.
"What?! Lalu gimana kalau sehari bisa lebih dari lima kali?" tanya Hero mendadak merasa frustrasi.
"Ya itu kamu aja yang kegatalan karena bisa nyium dan meluk sehari sampai lebih dari lima kali. Dasar otak mesum. Pantas saja tidak punya kekasih, Anda terlalu mesum dan sangat perhitungan. Dasar pria pelit!"
Tangan Hero terkepal, gadis kecil ini berani sekali mengatainya tepat di hadapan matanya sendiri. "Awas saja kamu!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
waduh 😀
2023-09-13
0
'"d'azZam'🍁💞
murah banget say
2023-08-27
0
Chiisan kasih
whahaha kurang mahal tarif segitu
2023-08-20
0