Kompetisi?

"Terima kasih untuk pertemuannya hari ini, saya yakin kerja sama kita akan berjalan dengan baik dan sama-sama saling menguntungkan," ucap Merlin sambil menyambut tangan kliennya tersebut, mengantarnya sampai di depan pintu ruangannya.

Melin berbalik ketika mendengar ponselnya berdering, dengan cepat ia menghampirinya.

"Yes Mom, ada apa?" tanya Merlin, ia mendaratkan bokongnya di kursi.

"Sayang apa kamu lupa jika hari ini kamu harus pergi ke rumah calon mertuamu itu? Bukankah semalam kita sudah merancang ide untuk pertemuanmu dengan sainganmu itu?" Jovanka mengingatkan.

Merlin menepuk jidatnya karena ia melupakan hal sepenting ini.

Semalam, setelah mereka bertemu dengan Nayna, Helen menceritakan kepada calon besannya itu tentang kekasih Hero yang diceritakan oleh Merlin.

Tentu saja hal tersebut membuat Jovanka dan Merlin ketar-ketir. Mereka tidak ingin kalah saing apalagi setelah mereka diberitahu kalau kekasih Hero adalah pengusaha di bidang fashion, Merlin menjadi tidak tenang. Ditambah lagi menurut Helen, Nayna bersedia mundur dari pekerjaannya.

Mereka pun merancang ide pertemuan dan akan menggagalkan hubungan Nayna dan Hero.

"Ya ampun Mom, aku hampir saja lupa. Kalau begitu aku siap-siap dulu ke rumah Tante Helen," ucap Merlin kemudian ia menutup panggilannya.

Merlin masuk ke dalam ruang pribadinya di mana tersedia kamar untuknya beristirahat. Dia harus d mandi untuk menyegarkan dirinya, memakai pakaian santai sehingga Hero akan melihatnya sebagai seorang wanita yang sederhana, bukan seorang wanita workaholic.

"Ternyata aku memang sangat cantik tetapi mengapa Hero menolakku ya? Apa dia itu tidak menyukai seorang wanita? Tapi dia sudah memiliki kekasih. Apakah dia tipe lelaki setia?" gumam Merlin.

"Ah, betapa beruntungnya gadis itu menjadi kekasih Hero dan betapa beruntungnya orang yang menjadi istrinya kelak. Pengusaha setampan dan sesukses Hero ternyata adalah orang yang sangat loyal kepada pasangannya," imbuh Merlin ketika ia memperhatikan tampilan dirinya di depan cermin.

Merlin pun keluar dari kamar pribadinya tersebut dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Kejutan!" ucap orang tersebut yang membuat Merlin tersedak ludahnya sendiri.

"Kamu! Mengapa bisa ada di sini? Siapa yang mengizinkanmu untuk masuk?!" bentak Merlin tak suka dengan orang tersebut.

"Oh! Bukankah aku selalu memiliki akses untuk masuk ke dalam ruanganmu ini, Sayang?"

Merlin kesal. Ia kemudian membuka pintu ruangannya berniat pergi, akan tetapi pintu itu juga tidak bisa dibuka.

"Apakah mencari ini?" tanya orang tersebut sambil menggoyang-goyangkan kunci ruangan yang ada di tangannya.

Merlin mengumpat kesal, mau tidak mau ia harus meluangkan waktu dan tenaga untuk membujuk orang itu agar memberikan kunci kepadanya.

"Seperti biasa, Sayang, lakukan seperti biasanya," ucap orang tersebut dan Merlin hanya bisa pasrah.

.....

Hero menjemput Nayna di rumahnya, tak lupa ia sudah membawakan pakaian untuk Nayna, lengkap dengan tas serta wedges. Entah mengapa Hero sangat suka melihat wedges berada di kaki Nayna.

"Gaun baru lagi? Apakah kamu tidak sayang membuang-buang uang seperti ini?" protes Nayna namun ia begitu senang mendapatkan hadiah dari Hero — setidaknya ia punya kesempatan mengenakan pakaian-pakaian mahal serta barang-barang branded secara gratis.

Hero mengangkat sebelah alisnya. Protes Nayna tersebut membuatnya merasa heran, di sisi lain Nayna selalu mengingatkannya tentang bayaran dan bayaran ketika ia menyentuhnya. Dan di sisi lain pula Nayna juga memprotesnya setiap kali membawakan dan memberikan ia barang-barang mahal. Entah apa sebenarnya yang ada di pikiran gadis ini, pikir Hero.

"Jangan protes, memakai pakaian bagus atau tidak kamu pun tetap sama, tidak cantik! Cepat ganti pakaianmu, kita harus pergi segera!"

Hero berdeham, ia sempat terpesona dengan gadis itu yang mengenakan pakaian sederhana dan terlihat lebih santai.

Nayna mencebikkan bibirnya, mau tidak mau ia harus segera berganti pakaian karena pekerjaan menantinya. Ia harus bisa mengumpulkan uang banyak untuk membayar biaya perawatan ibunya sampai sembuh nanti.

Hanya wanita itu yang ia punya di dunia ini, ia tidak ingin kehilangan begitu cepat.

Tak lama kemudian Nayna keluar. Ia mengikat rambutnya setengah bagian dan hal itu membuat Hero kembali terpana, namun ia tidak memiliki waktu untuk mengagumi kecantikan Nayna lebih lama lagi karena ia sudah diburu waktu.

Hero harus segera mengantar Nayna, sebentar lagi ia akan mengadakan rapat bersama beberapa klien pentingnya.

Sesampainya di kediaman Keluarga Arkenzie, Nayna dan Hero kaget karena di sana juga ada Merlin. Hero tentu saja merasa waspada karena yang akan dihadapi Nayna adalah Merlin, seorang wanita cerdas. Ia harus mendampingi Nayna, akan tetapi ia memiliki pekerjaan tak kalah pentingnya penting.

"Lho, kok ada dia?"tanya Hero sarkas.

Merlin hanya bisa tersenyum kaku, lagi dan lagi ia tidak bisa membuat pria ini terpesona, padahal dandanannya sudah luar biasa sederhana.

Bukan gaya Merlin sama sekali.

"Hero, bukankah dia adalah calon istrimu juga? Di sini Mami tidak ingin membuat salah satu dari mereka merasa kecewa dengan keputusanmu ini. Mami jujur saja ya, Mami sudah menyukai Merlin sejak lama dan bukan berarti Mami tidak menyukai pilihanmu, Nayna," tegas Helen.

"Dia juga wanita yang sangat baik dan cantik, terlebih lagi dia adalah pilihanmu. Namun, Mami harus adil. Karena ada dua wanita, maka mereka harus berkompetisi."

"Kompetisi?" tanya Nayna dan Hero bersamaan.

"Ya, kalian akan diberi tantangan dan siapa yang berhasil memenangkan semua tantangan dari kami maka dia lah yang pantas mendampingi Hero. Maaf, bukan berarti Mami ingin melihat siapa yang paling hebat di antara kalian, bukan. Mami hanya ingin melihat siapa dari kalia yang terbaik untuk menjadi calon istri Hero dan juga calon menantuku."

Merlin tersenyum senang, tentu saja ia lebih unggul daripada Nayna sebab restu Helen ada di tangannya. Sedangkan Hero terlihat begitu cemas, ia mengkhawatirkan Nayna tidak bisa menyelesaikan tantangan ini. Ia tidak diberitahu sebelumnya akan ada hal seperti ini.

"Nay, aku nggak bisa menemani kamu di sini. Aku punya pekerjaan penting. Apa kamu bisa mengatasi ini sendiri?" tanya Hero dengan berbisik.

Nayna sebenarnya gugup cenderung takut. Ia belum pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya. Tetapi teringat akan ibunya yang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan, Nayna harus bisa menangani masalah ini.

'Bismillah ... aku pasti bisa. Bisa ya Nay.'

"Tenang saja Hero my hero, aku bisa mengatasi semuanya. Sekarang pergilah bekerja, cari uang yang banyak biar bisa memberiku banyak bonus."

Kriikkk kriikkk ...

Tadinya Hero sempat terharu dengan ucapan Nayna, namun ketika Nayna mengatakan tentang bonus, Hero sangat ingin menangis sambil mencekik leher gadis itu.

Terpopuler

Comments

'"d'azZam'🍁💞

'"d'azZam'🍁💞

ayo nay kamu pasti bisa,,

2023-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!