Nayna hanya tersenyum polos seolah ia baru saja tidak melakukan sebuah kesalahan yang membuat Hero merasa kesal padanya. Bagaimana Hero tidak kesal, ia baru saja bersikap manis pada Nayna dan juga berterima kasih dengan setulus hati pada gadis itu, akan tetapi Nayna langsung mengingatkannya tentang pembayaran di mana tadi Hero menyentuh dan menciumnya.
"Dasar mata duitan!" cibir Hero kemudian ia menambahkan jumlah bonus yang hendak dikirim ke rekening Nayna.
"Bisnis is bisnis, Tuan," ujar Nayna, Hero tidak lagi menimpali ucapannya.
Selama dalam perjalanan, Nayna sesekali curi-curi pandang kepada Hero yang menurutnya begitu tampan dalam mode serius. Hero sendiri sadar jika Nayna sedari tadi melirik padanya. Ia sebenarnya bingung karena ada rasa yang aneh dadanya seolah berdesir saat tak sengaja melirik Nayna dengan ekor matanya.
'Tidak Hero, kamu jangan sampai punya perasaan lebih pada gadis ini. Dia sangat menyebalkan dan kamu pasti akan jatuh miskin dalam sekejap jika harus menampungnya sebagai pendamping hidup,' tolak Hero dalam hati.
Nayna pun melakukan hal yang sama. Dalam hati pun ia menegaskan dan menekan perasaannya bahwa ia tidak boleh sampai memiliki rasa yang lebih pada pria yang saat ini menjadi bosnya. Ia dan Hero hanya terikat perjanjian kontrak — ia yang tidak ingin dipenjara dan Hero yang membutuhkan kekasih kontrak entah dengan tujuan apa, Nayna pun tidak tahu.
"Oh ya Nay, kamu tadi memang nggak marah waktu gaunmu basah? Ini mahal lho," tanya Hero memancing Nayna. Ia sebenarnya sangat ingin mengatakan pada Nayna jika orang yang ia kira pelayan tadi adalah neneknya.
Nayna yang sedang menatap ke arah luar jendela langsung memalingkan wajahnya dan menatap Hero.
"Untuk apa marah? Nanti kalau sudah sampai di rumah juga bisa cuci kembali. Lagi pula tidak baik marah-marah pada hal yang sepele," jawabnya kemudian melebarkan senyumannya pada Hero dengan begitu tulus.
Untuk sesaat Hero terpesona dengan senyuman manis hingga Nayna berteriak dan mengatakan bahwa di depan mereka ada seseorang yang hendak menyebrang. Hero pun menginjak rem dengan mendadak.
Untung saja orang itu tidak jadi menyebrang dan Hero membuka kaca jendelanya untuk meminta maaf dan kasusnya tidak diperpanjang karena tidak ada kerugian di masing-masing pihak.
Nayna sendiri tidak berani memberikan komentar karena ia tidak ingin berdebat dengan Hero jika sampai salah berkata. Dari kebersamaannya bersama Hero berapa hari ini, ia tahu bahwa pria ini selalu ingin merasa benar dan tidak ingin dibantah. Nayna memilih cari aman saja.
'Sial! Senyuman gadis ini mematikan! Hampir aja aku menabrak orang karena terpesona sama dia. Nggak, nggak bisa. Hero, kamu nggak bisa kayak gini, jangan sampai main hati!' Tekan Hero pada perasaannya sendiri.
"Kamu mau tahu satu rahasia nggak" tanya Hero kembali menyambung pembicaraannya tadi setelah ia kembali melanjutkan perjalanan.
"Rahasia?" tanya Nayna.
Hero mengangguk. "Ya, rahasia di mana pelayan tua tadi itu adalah nenekku. Namanya Nenek Julia, Ibu kandung dari papiku dan karena kamu berhasil membuat kesan yang baik pada mereka, bonusmu aku tambahin dan thanks karena kamu udah ngeyakinin mereka kalau kita memiliki hubungan yang serius. Dari sikapmu tadi juga keluargaku memberikanmu nilai plus. Thank you Nayna," ucap Hero dengan tulus, ia kemudian melemparkan senyuman manis kepada Nayna hingga gadis itu terpukau.
Beberapa detik kemudian Nayna kembali mencerna ucapan Hero tersebut dan ia dibuat kaget karena mengetahui bahwa pelayan tua tadi adalah nenek Hero dan itu artinya pemilik rumah tersebut. Dalam hati ia sangat bersyukur karena tadi bersikap sebagaimana mestinya dan tidak berlaku sombong. Secara tidak langsung ia sudah berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
"Sama-sama Hero my hero," ucap Nayna tertawa kecil dan itu membuat Hero kembali terpesona, hanya saja ia harus fokus dengan setir mobilnya agar tidak terjadi kejadian seperti tadi.
Keduanya pun sama-sama terdiam dalam pikirannya dan Hero lurus ke depan sedangkan Nayna menikmati pemandangan dari samping jendela. Hero terus memikirkan tentang Nayna, gadis yang terlihat begitu manis dan kecantikan yang terpancar walau tanpa polesan.
Apalagi ketika dipoles seperti malam ini, Nayna terlihat sangat cantik hanya saja Hero kembali teringat dengan Nayna yang tadi terus saja berbisik tentang upah menyentuh, mencium dan memeluknya itu harus ditambah pada bonus yang dijanjikan.
'Dia ini sepertinya paket komplit. Cantik iya, menyebalkan iya, menggemaskannya iya, lucu juga iya. Tapi aku nggak boleh jatuh cinta, dia terlalu mencintai uang,' gumam Hero dalam hati.
Kemudian Hero membandingkan Nayna dengan Merlin — wanita yang dijodohkan dengannya tetapi ia tolak mentah-mentah karena tidak menyukai seorang wanita pekerja keras.
Sedang Nayna sendiri sudah dari tadi sedang berdebat dengan pikirannya. Ia sangat ingin bertanya kepada Hero mengapa pria setampan Hero ini justru mencari kekasih kontrak?
Apakah ada maksud terselubung? Atau sedang menghindari sesuatu kah? Atau karena tudingan kah? Dan masih banyak lagi yang dipikirkan oleh Nayna. Akan tetapi ia tidak sanggup untuk menjabarkannya kepada Hero secara langsung.
Kamu kalau ada yang mau diomongin ya diomongin saja. Wajahmu nggak enak banget dilihat kalau lagi nahan pertanyaan," sindir Hero yang sudah memperhatikan Nayna yang sesekali mengerutkan dahi, sesekali menghela napas, dan sesekali juga terlihat sedang ingin bertanya padanya tetapi ia kembali memalingkan wajahnya.
"Emang boleh ya, Tuan?" tanya Nayna dengan begitu polosnya.
"Enggak!" jawab Hero yang membuat Nayna langsung memanyunkan bibirnya. "Hahaha ... tentu saja boleh. Kamu mau tanya apa ya silakan, kalau aku lagi senang ya aku jawab dan kalau nggak ya nggak jawab," sambung Hero.
'Sial! Mengapa dia cemberut begitu justru terlihat sangat menggemaskan? Apa-apaan dengan mataku ini, besok aku harus konsultasi sama dokter mata, kayaknya ada yang salah di sini.'
Nayna mencebikkan bibirnya sebelum ia melanjutkan pertanyaannya. "Tapi saya minta maaf dulu ya Tuan kalau mungkin pertanyaan saya sensitif .. tapi sumpah mulut saya udah gatal banget buat nanyain pertanyaan ini. Sebenarnya Tuan Hero my hero yang tampan dan lucu kayak bunny ini kenapa jadiin saya kekasih kontrak? Apa nggak punya kekasih atau nggak laku di pasaran atau—"
"Eh, eh apa tadi maksud kamu bilang kalau aku nggak laku di pasaran?" hardik Hero yang tidak suka dengan ucapan Nayna tersebut. Ia begitu laris manis, hanya saja ia yang jual mahal sehingga tidak ada yang mampu membelinya.
"Ya sudah tidak jadilah bertanya. Baru juga begitu sudah marah," ucap Nayna yang lebih memilih menahan keinginannya dibandingkan harus berdebat lagi dengan pria yang tidak mau kalah ini.
Hero memalingkan wajahnya kemudian ia menginjak rem karena mereka sudah sampai di depan rumah Nayna. Hero tak lagi turun untuk membukakan pintu ketika gadis itu lebih dulu turun sebelum ia mengatakan sesuatu. Alhasil Hero hanya membunyikan klakson sebelum ia pergi meninggalkan Nayna yang sedang berdiri sambil menatap mobilnya.
Nayna melangkah masuk ke dalam rumah, ia memanggil-manggil ibunya akan tetapi tidak ada jawaban. Ia pun melirik pergelangan tangannya dimana ada jam mahal yang sudah diberikan Hero untuknya. Di sana masih menunjukkan pukul sembilan malam dan Nayna merasa ibunya mungkin sudah beristirahat di dalam kamar.
Setelah melepas wedgesnya Nayna menuju ke dapur untuk mengambil air minum dan ia dibuat terkejut ketika melihat sang ibu justru sedang terbaring di lantai dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Ibu bangun Bu. Apa yang terjadi padamu?!" teriak Nayna dengan air mata yang sudah mulai berderai di pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments