Merlin tersenyum masam mendengar ucapan menohok dari Hero. Ia tidak pernah menduga sebelumnya ternyata memang benar pria ini berlidah tajam. Bahkan dirinya yang sudah datang dengan niat baik walaupun sebenarnya memiliki niat terselubung, tetap saja mendapatkan bahasa sarkas dari pria tampan ini. Dalam hati ia bertanya-tanya sebenarnya apa kekurangannya sampai pria seperti Hero sama sekali tidak tertarik padanya.
"Jangan mempertanyakan kekuranganmu nona Merlin, karena sebenarnya kamu itu cukup sempurna sebagai seorang wanita. Hanya saja kamu sendiri tahu bukan selera wanitaku seperti apa. Mungkin di mata pria lain selain aku, kamu itu adalah sosok wanita ideal. Tapi kembali lagi, setiap orang memiliki versinya masing-masing," ucap Hero seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Merlin.
Merlin menundukkan wajahnya, ucapan Hero tersebut benar-benar sangat menyakitinya akan tetapi ia tidak ingin mundur karena baginya hanya Hero yang pantas menjadi suaminya dan ia akan melakukan segala macam cara untuk mewujudkan semuanya.
"Ta-tapi aku bisa menjadi seperti yang kamu inginkan, Hero," tutur Merlin dengan wajah yang kemudian ia angkat dan matanya menatap lekat ke arah Hero.
Senyuman tersungging di bibir Hero. "Oh benarkah?" tanya Hero dengan nada setengah mengejek.
Merlin tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya. Ia juga mengatakan bahwa ia siap belajar untuk meninggalkan bisnisnya sambil membuat pengaturan untuk melepas dan mencari orang terpercaya untuk mengelola bisnisnya tersebut.
Hero hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali dalam hati ia menimpali ucapan Merlin yang menurutnya sedikit mengada-ngada. Namun cara Merlin menyampaikan dan juga mencoba membujuknya itu membuat Hero sedikit kagum, hanya sedikit!
"Bukankah kamu putri tunggal? Lalu jika bukan kamu yang meneruskan semua usahamu dan bisnis keluargamu itu, lantas apa jadinya? Orang tuamu tidak selamanya akan memimpin perusahaan, mereka memerlukan pewaris untuk itu," ucap Hero lagi.
Sebenarnya Hero hanya sedang mengetes saja sampai di mana Merlin sanggup memainkan perannya. Hero memberikan beberapa pertanyaan yang membuat Merlin terpojokkan dan mau tidak mau harus mengakui kekalahan dan juga menyudahi sandiwaranya. Hero tahu betul dari sikap Merlin yang tiba-tiba ingin mengubah jalan hidupnya, semua tidak se-instan itu, pikir Hero.
Merlin nampak terdiam, bingung hendak mengeluarkan kalimat apa untuk jawaban menjebak Hero.
'Pria ini sangat licik, dia menjebakku dengan pertanyaan yang ujung-ujungnya akan kembali pada jawaban jika aku tidak akan mungkin melepas karierku. Sialan!'
Merlin mengumpat dalam hati sambil berpikir jawaban logis dan diplomatis agar Hero percaya dan mempertimbangkan lagi tentang hubungan mereka. Miris, Merlin Quinn mengemis cinta pada Hero. Bukan, ia hanya ingin membuat kastanya semakin melambung tinggi dengan bersuamikan seorang Hero Arkenzie.
"Aku akan memikirkannya lagi. Aku sudah mempertimbangkan dan memikirkan tentang aku yang melepas karierku pada bisnis yang sedang aku geluti. Kamu benar, akan lebih baik aku berada di rumah dan mengurus keluargaku. Aku ingin menjadi ibu yang baik dan disayangi anak-anak karena media belajar pertama seorang anak adalah pada ibunya," ucap Merlin dan ia yakin benar jawaban tersebut mampu membuat Hero tersentuh.
Hero menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Hal tersebut membuat Merlin sangat senang karena ia yakin sebentar lagi Hero pasti akan setuju dan membuka jalan untuk perjodohan mereka.
"Jawabanmu sangat benar dan tepat sekali. Aku sangat suka dan memang begitulah yang aku harapkan ...." Hero menggantung kalimatnya karena ia melihat Merlin terlihat begitu senang. "Tapi maaf nona Merlin Quinn, saya sudah punya kekasih. Anda bisa menjadi ibu yang baik serta istri yang baik dari pria lain."
"What?!"
....
Merlin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena saat ini ia tengah dilanda emosi yang tak tertahankan. Usai berusaha tampil semaksimal mungkin di hadapan Hero, berusaha menarik perhatiannya dan membuatnya percaya dengan semua usahanya, akan tetapi semuanya sia-sia karena Hero ternyata sudah punya kekasih.
"Sial, sial, sial!" Merlin memukuli setir mobilnya saat lampu merah menghentikan laju kendaraannya. "Aku tidak bisa seperti ini dan Hero tidak bisa seenaknya mempermainkan perasaanku. Aku harus bisa membuatnya bertekuk lutut padaku dan membalas semua penghinaan ini. Lihat saja, seberapa sanggup kamu menolak seorang Merlin Quinn!"
Merlin kembali melajukan mobilnya, ia kali ini mengubah haluan. Tadinya ia ingin pergi ke tempat mommynya, akan tetapi setelah ia menghubungi mommynya dan wanita itu menyarankan Merlin untuk mengadu pada Helen — mami Hero, Merlin pun setuju dan ia kali ini yakin jika usahanya membujuk Helen akan berhasil.
Mobil Merlin memasuki pekarangan rumah keluarga Arkenzie yang begitu luas dan ia segera memarkirkan mobilnya di garasi. Dengan langkah terburu-buru dan juga tak lupa persediaan stok air mata yang mulai ia keluarkan, Merlin memasuki rumah tersebut.
"Apakah Tante Helen ada?" tanya Merlin dengan lembut kepada salah satu asisten rumah tangga yang tak sengaja bertemu dengannya.
"Ada, Non. Silakan duduk dulu, saya akan memanggilnya," sahut ART tersebut.
Merlin pun duduk manis di sofa empuk ruang tamu tersebut. Matanya menyapu segala sudut ruangan itu dan melihat ada beberapa foto terpajang disana. Ia tersenyum saat melihat wajah tampan Hero.
'Kamu akan menjadi milikku segera dan tak lama lagi fotoku dan foto kita akan turut menghiasi ruangan ini.'
"Merlin!" panggil Helen dari anak tangga.
Mendengar namanya dipanggil dan suara itu sangat ia kenali, Merlin pun langsung kembali membuat wajahnya sesedih mungkin dan berlari ke pelukan Helen. Di belakang Helen ada nenek Julia yang turut ikut mendengarkan apa yang akan mereka bahas.
Helen membawa Merlin kembali duduk di sofa bersama dengan nenek Julia.
"Hei, ada apa?" tanya Helen penuh perhatian.
Merlin pun menceritakan tentang pertemuannya dengan Hero dan tak lupa sebagai bagian dari warga +62, Merlin menambahkan cerita yang tidak ada yang mengurangi sebagian kecil dari kejadian yang terjadi tadi di kantor Hero.
"Aku merasa kekasih Hero yang sudah membuatnya jadi seperti ini, Tan," ucap Merlin sambil sesekali menyeka air matanya.
"Tante sama sekali tidak tahu jika Hero sudah memiliki kekasih karena selama ini tante selalu mengawasi gerak-geriknya," ucap Helen yang sebenarnya tadi sangat kaget saat Merlin mengatakan bahwa ternyata Hero sudah memiliki kekasih.
"Ibu pun sama. Tapi mungkin Hero belum sempat mengenalkannya pada kita dan masih mengatur waktu dulu untuk pertemuan nanti," timpal Nenek Julia.
Helen mengambil ponselnya di kamar dan langsung menghubungi Hero yang sedang meeting di kantornya. Melihat ID pemanggil adalah sang Mami, Hero yang sudah selesai mempresentasikan materi rapatnya kali ini pun meminta izin untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hero, jadi kamu sudah punya kekasih? Kenapa tidak memberitahu Mami? Pokoknya malam ini harus dibawa ke rumah dan tidak ada penolakan. Mami juga mau tahu seperti apa gadis yang sudah menarik hatimu itu. Tidak pakai membantah Hero!"
Hero berdecak menatap ponselnya yang sudah menggelap. Maminya menelepon dan berbicara tanpa spasi juga tanpa menyapa dan langsung mencecarnya.
"Ini semua pasti karena Merlin. Sial, aku harus bagaimana? Nayna sudah siap belum ya bertemu keluargaku? Tapi yang paling penting itu, apa aku siap dan sudah bisq bermain sandiwara cinta bareng Nayna?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mampir lagi 👍
2023-10-23
0
Chiisan kasih
🤣🤣🤣 mak jleeeep
2023-09-15
0
Chiisan kasih
bagus hero, jngan mudah terbuai
2023-09-15
0