Nayna spontan melirik ke sumber suara, ia dibuat terkejut dan juga ketakutan melihat kedua orang tua Hero. Ia hanya kekasih kontrak dan sudah lancang membawa pelayan duduk di sofa. Nayna yang tadi begitu berani kini justru merasa gugup luar biasa. Ia menatap pelayan tua itu yang terlihat ketakutan namun karena ingin menolongnya, Nayna memberikan senyuman menenangkan agar ia merasa baik-baik saja.
"Maaf Hero, Tuan, Nyonya, saya tidak bermaksud membawa pelayan Anda duduk di sofa ini. Tadi kakinya terkilir sehingga saya membantunya. Jangan marahi dia karena ini kesalahan saya," ucap Nayna, ia berusaha tetap terlihat tenang agar kedua orang tua Hero menganggap dirinya bukanlah wanita lemah.
Bagi Nayna, untuk lebih menyakinkan sebagai kekasih seorang Hero Arkenzie, ia harus terlihat tangguh dan elegan karena Hero bukanlah pria biasa.
"Pe-pelayan?" tanya Helen dengan suara terbata. Ia kemudian melirik ke arah wanita tua itu dan mendapati mertuanya yang sedang cosplay sebagai seorang pelayan sedang mengedipkan matanya memberi kode agar Helen tidak membuka suara.
Dengan cepat Helen dan Galang mengubah ekspresi mereka setelah tahu ini adalah rencana ibu mereka untuk mengetes calon menantu. Begitupun dengan Hero, ia hanya melongo karena heran apa yang baru saja terjadi. Nayna mengatakan neneknya sebagai pelayan dan oh, oh, Hero mendekati Nayna karena melihat gaun mahal yang ia berikan pada kekasih kontraknya itu basah.
"Ada apa dengan gaunmu, Nay?" tanya Hero dengan suara lembut yang membuat Nayna sedikit syok karena pria ini selalu saja berkata judes padanya.
"Oh, oh, ini bukan masalah, Hero. Tadi tidak sengaja tertumpah minuman. Lagi pula ini hanya kain dan bisa dicuci kembali sampai bersih. Jangan marah dan jangan jadikan masalah besar," jawab Nayna sembari tersenyum kecil agar Hero tidak mengeluarkan amarahnya.
Hero menatap neneknya yang sedang tersenyum, lalu ketika Nayna menatapnya dengan tatapan hangat, nenek Julia justru memperlihatkan wajah memelas dan ketakutan. Nayna pun melirik Hero yang ternyata sedang menatap tajam ke arah neneknya.
"Hero my hero, ayolah ini cuma gaun. Jangan membesar-besarkan masalah dan maafkan aku karena sudah membawanya duduk di sini. Dia kesakitan dan aku tidak mungkin membiarkannya. Walaupun dia adalah asisten rumah tangga, akan tetapi dia juga manusia sama seperti kita. Jangan terlalu ketus dan dingin, kita hidup di dunia ini tetap saja membutuhkan orang lain," ucap Nayna pajang lebar.
Beberapa detik kemudian ia menggigit bibir bawahnya karena menyadari dirinya saat ini terlalu banyak bicara bahkan menurutnya melantur. Dari cara Hero menatapnya dengan tajam sudah membuat Nayna yakin bila ia baru saja salah bicara.
Hero menepuk pelan puncak kepala Nayna. "Good girl. Ayo aku perkenalkan pada keluargaku," ucap Hero kemudian ia menggandeng tangan Nayna menuju ke arah kedua orang tuanya.
Nayna menatap kedua orang tua Hero dengan gugup. Keduanya terlihat cantik dan tampan serta awet muda. Sangat berbeda dengan ibunya yang seorang pekerja keras hingga usianya terlihat lebih tua dari mereka.
"Nayna, Tuan. Nayna, Nyonya."
Begitulah Nayna memperkenalkan dirinya sambil mencium tangan kedua orang tua Hero bergantian. Galang tersenyum manis menyambut perkenalan Nayna tersebut yang terlihat sangat ramah dan santun.
"Jangan memanggil Tuan lagi. Panggil saja Paman. Namaku Galang Arkenzie," ucap Galang yang terlihat menyukai Nayna pada kesan pertama sebagai calon menantu.
Helen tak banyak bicara. Ia memang menyambut Nayna dengan senang hati, akan tetapi ia sudah memiliki calon menantu favorit — Merlin Quinn. Ia menghargai pilihan anaknya dan Nayna bukanlah gadis yang buruk. Cantik dan santun, persis seperti yang diinginkan Hero.
Helen kemudian mengajak Nayna untuk ke ruang makan karena mereka akan makan malam bersama. Galang yang tidak ingin ibunya terus dianggap sebagai pelayan pun mengajaknya turut serta.
"Oh ya Nayna, apakah pelayan ini boleh ikut serta dalam makan malam kita kali ini?" tanya Galang dan Nayna terlihat bingung.
"Lho Paman, bukankah itu adalah hak Anda? Ini bukan rumah saya dan semua ketentuan adalah milik Anda. Kalau saya tentu saja tidak merasa bermasalah karena semua manusia itu sama saja dan jika ingin makan bersama, tentu saja sangat bagus dan menambah berkah di rumah ini," jawab Nayna.
Merasa gemas dengan Nayna yang selalu saja menyinggung soal kesetaraan membuat Hero dengan spontan mencium kening Nayna. Ia dan Nayna saling bertatapan beberapa saat, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
Pipi Nayna bersemu merah dan juga ia segera memalingkan wajahnya merasa malu. Begitupun dengan Hero yang salah tingkah sedangkan ketiga orang tua itu berpura-pura tidak melihat kejadian barusan. Mereka cukup syok karena Hero bisa bersikap semanis dan seintim itu pada seorang gadis di hadapan mereka.
"Ayo semua, sebaiknya kita makan sekarang," ajak Galang sambil menuntun ibunya berjalan.
"Huss ... Ibu ini masih kuat dan sangat sehat. Jangan membuatku terlihat seperti Nenek peot," bisik nenek Julia yang membuat Galang menahan tawa.
Suasana makan malam begitu menyenangkan karena Hero membawa wanita bersamanya. Orang tuanya tidak khawatir lagi jika ternyata Hero tidak normal dan penyuka sesama jenis. Mereka banyak mengajak Nayna berbincang sambil makan.
Nayna merasa tidak terintimidasi seperti di film atau di novel yang ia baca dimana biasanya keluarga kaya akan membombardir dengan berbagai pertanyaan dan tak jarang memberikan kritikan. Awalnya itu yang dipikirkan Nayna mengingat bagaimana sifat dan sikap Hero padanya sejak mereka pertama bertemu hingga tadi siang.
'Keluarga yang hangat, aku jadi merasa sangat bersalah karena sudah membohongi mereka. Apakah Hero my hero nggak kasihan sudah membohongi kedua orang tuanya begini?'
Mereka pun mulai bertanya-tanya tentang keluarga Nayna. Ia menceritakan sebagian kecil dimana ia kehilangan ayahnya dan ibunya berjuang sendiri membesarkannya. Ia hampir saja mengatakan bahwa ia menggeluti pekerjaan sebagai pedagang online namun Hero dengan sengaja menginjak kaki Nayna di bawah meja hingga ia hampir saja memekik jika saja tidak melihat reaksi Hero yang cukup menakutkan.
"Jadi Nayna ini pengusaha di bidang fashion ya? Punya butik dan beberapa kali mengadakan fashion show. Sungguh hebat," ucap Galang yang membuat Nayna tersedak makanannya.
Uhukk ...
Hero dengan cepat memberikan Nayna segelas air minum. Ia yakin pasti Nayna sangat kaget, bukan tanpa alasan papinya berkata demikian karena ia sendiri yang mempromosikan Nayna seperti itu di depan keluarganya. Ia yakin sekali sebentar lagi Nayna pasti akan meluruskan perkara.
"Maaf, saya sangat terkejut karena Paman bisa mengetahui semua itu," ucap Nayna.
'Apa-apaan Hero my hero ini, dia ngarang bebas. Bisa berabe kalau suatu saat nanti mereka tahu semua itu nggak benar. Dia tidak mikir kalau aku yang tersiksa dengan semua jati diri palsu ini. Hahh ... sabar Nay, semua demi mengumpulkan banyak uang untuk menambah modal usaha.'
Setelah acara makan malam itu selesai, Hero pun mengantar Nayna pulang. Ia begitu senang ketika kedua orang tuanya menyukai Nayna. Terlebih tadi neneknya berkata bahwa Nayna sudah lulus seleksi awal calon menantu. Hero sangat berterima kasih.
Keduanya kini berada di dalam mobil dengan Hero yang merasa puas dengan pekerjaan Nayna malam ini. "Bonusmu akan aku transfer. Kamu nggak usah khawatir karena aku sudah tahu nomor rekeningmu," ucap Hero, ia kemudian memperhatikan wajah Nayna yang terlihat senang.
"Terima kasih, Hero my hero. Tapi, apakah itu sudah termasuk hitungan tadi kamu menciumku?" tanya Nayna dengan wajahnya yang terlihat begitu polos.
"Naynaaa!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Chiisan kasih
cieh cium perdana
2023-09-15
0
Chiisan kasih
acting di mulai hehehe
2023-09-15
0