Panggilan 'sayang'

Nayna dan Hero saling bertatapan sengit, Hero masih belum terima dengan keinginan Nayna yang menuliskan angka rupiah yang ia harus berikan apabila melakukan kontrak fisik. Sebagai pasangan kekasih, sudah sangat lumrah jika terlihat sedang berpelukan atau mengecup pipi dan juga kening pasangannya. Harusnya Nayna tidak lagi meminta bayaran tambahan karena gajinya bahkan sudah termasuk upah dari seluruh sandiwara mereka.

“Oh ya ampun my Hero, uang Anda itu sangat banyak dan tidak akan mungkin habis hanya karena Anda memberikannya kepadaku. Bersedekah lah sedikit kepada gadis kurang mampu sepertiku,” ucap Nayna memutus kontak mata mereka.

Nayna sebenarnya sangat gugup ditatap seperti itu oleh Hero. Mata tajam bak elang dan juga alis tegas milik Hero itu membuat jantung Nayna deg-degan tak karuan.

Hero berdecak. “Kamu tidak perlu merayu saya. Harusnya kamu menurut semua yang saya katakan, bukan saya yang harus menurut apa katamu. Di sini itu saya korban dan kamu sebagai pelaku. Haruskah aku membawamu ke kantor polisi?” ucap Hero, ia masih mencoba bernegosiasi dengan Nayna, ia akan mengalami banyak kerugian jika memenuhi keinginan gadis ini.

Namun sayang, ucapan Hero tersebut tidak ditanggapi oleh Nayna. Gadis itu tidak mau kalah dan mereka terus saja berdebat mengenai poin-poin tersebut hingga akhirnya Hero memilih mengalah saat Nayna mengatakan ia tidak akan bersedia dan lebih memilih di penjara saja.

Nayna juga mengatakan hal yang membuat hati Hero tersentuh. “Saya adalah seorang perempuan, Tuan. Sebenarnya saya tidak ingin menerima tawaran pekerjaan ini, bagi saya ini sangat berbahaya. Jika saya pikir-pikir lagi, penjara tidak jauh lebih berbahaya dibandingkan menjadi kekasih Anda yang setiap waktu Anda akan menyentuh saya sesuka hati, sedangkan di antara kita tidak ada hubungan apapun dan harga diri saya itu tidak ternilai dengan rupiah, Tuan.”

Nayna menggigit bibir bawahnya, ia harus memutuskan jalan mana yang akan ia ambil. Ia tahu dengan melawan maka ia akan dijebloskan ke dalam penjara. Tapi, jika ia menerima tawaran ini ia juga akan membuat dirinya terlihat sangat murahan karena mau-maunya disentuh oleh pria asing.

Yang paling berbahaya lagi adalah Nayna takut terjerat cinta pria tampan ini. Suaranya saja sudah membuat Nayna terasa candu seperti saat ia mendengar suara Jimin bernyanyi, apalagi wajah dan juga semua yang ada pada pria ini.

'Oh … apakah dia keturunan Nabi Yusuf? Kenapa dia sesempurna ini?' jerit Nayna dalam hati.

Setelah mendengar keputusan Nayna yang memilih di penjara, hati Hero menjadi tergugah. Jelas sekali Nayna adalah gadis baik-baik, hanya saja datang dari keluarga yang sepertinya kurang mampu.

“Baiklah, saya akan membayar sesuai dengan nilai yang kamu tuliskan. Sekarang asistenku yang akan membuat kembali surat kontrak ini dan nanti kita akan menandatanganinya,” ucap Hero dengan suara lembutnya.

Mata Nayna berbinar, ia tidak menyangka Hero akan menyetujui keinginannya. Ia tersenyum tipis, bersyukur karena ia bisa bebas dari ancaman penjara walaupun penjara yang diberikan Hero sepertinya lebih menakutkan lagi.

Urusan debat soal patokan harga yang diberikan oleh Nayna, semuanya sudah teratasi walaupun Hero sedikit berat hati. Kini keduanya sedang belajar mempraktikkan bagaimana menjadi sepasang kekasih.

Hero yang paling memaksa agar Nayna berlatih dengannya agar nanti saat pertama kali ia membawa Nayna bertemu dengan keluarganya maka mereka akan berperan dengan totalitas.

Hero menetapkan panggilan ‘sayang’ akan mereka gunakan ketika berada di hadapan keluarganya, Nayna sendiri yang sudah berniat akan totalitas dengan pekerjaan sampingan barunya ini cukup lancar berakting. Lain halnya dengan Hero yang terus saja salah.

“Ya ampun tuan Hero, Anda ini sebenarnya pernah pacaran atau tidak sih? Masa hanya begini saja Anda harus terus melakukan kesalahan,” gerutu Nayna, mereka baru berlatih panggilan sayang dan saling menyapa sebagaimana hal-hal dasar yang biasa menjadi topik pembahasan para pasangan kekasih.

Hero menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia memang tidak pernah pacaran karena waktunya ia habiskan untuk bekerja. Sejak remaja pun Hero lebih fokus pada belajar dan juga kegemarannya yaitu bermain sepak bola. Tidak ada waktu baginya untuk jatuh cinta.

Pernah sekali saat Hero berada di bangku kuliah, ia sempat menyukai seorang gadis akan tetapi karena gadis itu terlihat sana-sini suka mendekati pria dan hanya mengambil uangnya saja, maka Hero merasa memiliki kekasih itu sangat tidak penting.

"Begini Tuan Hero my Hero, saya akan memanggil Anda dengan sebutan my Hero biar lebih manis dan terkesan imut, dan Anda boleh memanggil saya dengan sebutan sayang seperti yang Anda sebutkan tadi. Coba saja dibawa santai, pasti tidak akan terjadi kesalahan," ucap Nayna berusaha meyakinkan Hero.

Hero berdecak. Ia kemudian berkata, "Sayang konon, itu terlalu manis buat kamu. Bagaimana kalau saya panggil lu Piglet saja, mau tidak?" seloroh Hero, ia sedang merasa gemas terhadap Nayna saat ini.

Mata Nayna membulat lebar, ia tentu tahu apa itu Piglet. Tatapan Nayna tersebut membuat Hero tertawa karena sejak tadi ia dan Nayna terus bersitegang. Ia hanya ingin suasana lebih santai saja dan ia ingin Nayna bersikap biasa saja terhadapnya, karena mulai sekarang mereka sudah resmi menjadi kekasih kontrak setelah menandatangani dokumen kontrak beberapa menit yang lalu.

"Anda pikir saya binatang berkaki pendek itu, huhh ...." Nayna mendengus, sambil bersungut-sungut ia menatap Hero yang masih tertawa. "Ingin saya panggil Anda bunny, tapi itu terlalu imut untuk Anda," imbuh Nayna, namun dalam hati ia setuju saja dengan panggilan tersebut karena pria ini walaupun menyebalkan tapi wajahnya begitu imut.

Hero kembali tertawa, ia bahkan mengangguk-anggukkan kepalanya dan meminta Nayna untuk menyematkan panggilan bunny itu untuknya. Nayna langsung menolak sebab ia sendiri tidak terima dipanggil Piglet oleh Hero.

"Kamu itu pendek, jadi persis lah sama em ..." Hero menahan kalimat akhirnya, ia langsung menutup mulutnya untuk menahan tawa.

Nayna berdecak, ia menarik tasnya dan lantas ia berpamitan. Latihan hari ini selesai karena Hero bukannya pandai berakting menjadi sepasang kekasih yang terlihat mesra, ia justru mengalihkan dengan mengejeknya.

Namun Nayna pulang bukan karena merajuk tetapi ia harus mengantarkan pesanan milik pelanggannya. Walau tulisan rupiah di dokumen perjanjian tersebut sangat menggairahkan, akan tetapi Nayna tidak akan meninggalkan pekerjaan yang sudah ia tekuni. Lagi pula pekerjaan yang bersama Hero hanyalah bersifat sementara saja, besok atau lusa dengan waktu yang tidak pasti pekerjaan yang akan berakhir.

"Eh, kok pulang?" tanya Hero.

Nayna memutar bola matanya jengah. "Pekerjaan saya banyak, Tuan. Saya harus pergi dulu, dan saya harap Anda bisa berlatih dengan cermin dulu di rumah. Memanggil sayang saja sekaku itu. Dasar bujang lapuk!"

Hero hendak mendekati Nayna untuk memberikannya hukuman kecil tetapi gadis itu langsung berlari dengan cepat keluar dari ruangan tersebut.

Hero kembali duduk di kursinya, ia membayangkan tentang kejadian tadi. "Dia itu sebenanrya sangat manis dan menggemaskan, hanya saja ... aku tidak suka perempuan matre kayak gitu," gumam Hero sambil menggerak-gerakkan kursinya.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

ceritanya mantap 😍

2023-09-22

0

Chiisan kasih

Chiisan kasih

hahaha, awalnya GK suka lama" juga nagih

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!