Pelayan Tua

Beberapa jam menghabiskan waktu di salon kecantikan, akhirnya Nayna selesai juga. Sedangkan Hero sedari tadi sudah sampai dan menunggu Nayna di ruang tunggu. Pria itu dibuat tercengang begitu melihat penampilan Nayna yang benar-benar berubah 180 derajat. Gadis itu terlihat jauh berbeda, sangat cantik dan terlihat lebih dewasa dari sebelumnya.

Penampilan Nayla cukup elegan, dress yang membalut tubuhnya serta wedges yang memperindah penampilan kakinya turut menunjang keindahannya. Hero bahkan tak mampu berkata-kata, wanita yang terlihat acak-acakan tadi siang di rumahnya itu kini menjelma menjadi seorang Cinderella.

Nayna menatap Hero dengan malu-malu, sebab pria itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun, entah Hero kagum dengan penampilannya ataukah malah tidak menyukai tampilannya saat ini.

"Apa ada yang salah, Tuan?" tanya Nayna kemudian ia menggigit bibir bawahnya.

Mendengar pertanyaan Nayna tersebut membuat Hero tersentak. Ia kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menetralkan perasaannya.

"Lumayan, nggak sia-sia saya bayar mahal buat memodifikasi kamu," jawab Hero sedikit sarkas, ia hanya berusaha menutupi bahwa saat ini ia memang benar-benar dibuat kagum oleh penampilan kekasih kontraknya ini.

'Gila! Ini cewek ternyata bisa jadi cantik juga, cuma dipoles sedikit sudah berubah kayak bidadari. Sayangnya segala hal dia patok dengan harga. Kalau enggak, bisa saja aku jadiin kekasih benaran,' gumam Hero dalam hati.

'Lumayan?'

Nayna bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa Hero hanya menilai penampilannya dengan kata lumayan padahal sedari tadi banyak sekali yang memuji penampilannya yang memang benar-benar sangat luar biasa. Namun buru-buru Nayna menepis pemikirannya tersebut karena ia merasa tipikal wanita Hero sangat jauh dari dirinya.

Tanpa membuang waktu, Hero segera membawa Nayna keluar dari salon tersebut dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil. Untuk pertama kalinya bagi Nayna duduk di dalam mobil sport mewah dan pastinya harganya fantastis yang tidak mampu dihitung olehnya.

Tak ada pembicaraan apapun diantara keduanya, Hero benar-benar menjelma menjadi pria yang kaku dan begitu dingin, padahal Nayna tidak pernah melihat sisi ini sebelumnya. Yang ia tahu, Hero adalah pria yang cukup aktif, bermulut pedas, dan yang pasti tidak akan pernah diam ketika bersamanya. Sangat jauh berbeda dengan hero yang saat ini berada di sampingnya.

'Apakah ini sifat aslinya atau apakah dia ini seorang bipolar, psikopat, atau pembunuh berantai? Dih kok gue mendadak tegang ya berada di samping Hero my hero.'

"Jangan memikirkan yang tidak-tidak," sindir Hero tanpa melirik ke arah Nayna.

'Tuh, 'kan ... baru juga diomongin dalam hati, dia udah nyambar aja kayak petir.'

Nayna mengunci mulutnya rapat-rapat, ia tidak ingin berbicara dalam hati maupun berbicara secara langsung kepada Hero. Ia yang tadi sempat menonton film pembunuhan dari seorang psikopat membuatnya merasa tegang saat bersama dengan Hero yang sikapnya berbeda saat mereka bertemu sebelumnya.

Bayang-bayang di mana kepribadian ganda dari orang yang dia tonton membuatnya membanding-bandingkan dengan sosok Hero yang ada di samping.

Saking seriusnya Nayna mendalami film yang ia tonton tadi dan juga saking gugupnya berada di mobil bersama Hero, Nayna kini bahkan tidak sadar bahwa ia sudah berada di depan rumah megah milik keluarga Arkenzie.

Tadinya di salon Nayna merasa begitu santai karena baginya bertemu dengan keluarga Hero bukanlah hal yang buruk dan ia bisa memerankan perannya dengan baik, terlebih lagi bonus yang dijanjikan oleh Hero jika ia berhasil menjalani perannya malam ini. Akan tetapi begitu melihat bangunan megah di hadapannya ini, nyalinya mendadak ciut.

"Hero my hero, a-apa ini rumahmu?" tanya Nayna dengan terbata sambil mengagumi bangunan megah tersebut.

Hero hanya berdeham, ia kemudian mengajak Nayna untuk masuk. Saat keduanya sudah berada di ruang tamu, ponsel Hero berdering dan ia juga hendak memanggil anggota keluarganya untuk menyambut kedatangan Nayna.

"Kamu diam di sini, aku akan memanggil keluargaku. Selain itu, ada telepon penting yang harus aku jawab. Kamu santai saja di sini dan anggap aja rumah sendiri, tapi jangan dijual karena sertifikatnya ada padaku."

Nayna mendengus kesal, ia mengutuk pemikiran serta ucapan Hero barusan yang sangat tidak wajar dalam hati.

Baru saja hendak duduk, namun seorang pelayan tua datang membawakan nampan berisi minuman. Ia mengurungkan niatnya untuk duduk dan membantu pelayan tersebut untuk menerima nampan yang akan diberikan kepadanya namun sayang, kaki pelayan itu tak sengaja saling bersandungan hingga minuman tersebut jatuh dan tumpah di pakaian Nayna.

"Ma-maaf Non, saya tidak sengaja. Tolong jangan laporkan saya kepada Tuan dan Nyonya," ucap pelayan tua tersebut dengan wajah ketakutan.

Nayna yang tadi sempat menangkap gelas dan nampan tersebut pun langsung meletakkan benda tersebut di atas meja. Ia menggeleng seraya mengibaskan tangannya.

"Tidak masalah Bu, lagi pula ini hanya sebuah gaun. Dibuat dengan bahan dasar kain bisa dicuci berkali-kali."

Pelayan tua itu pun tersenyum senang, ia mengucapkan terima kasih karena Nayna tidak akan melaporkannya. Ia juga kagum dengan cara Nayna menanggapi masalah tersebut. Biasanya para wanita akan marah-marah jika gaun mereka — apalagi gaun itu mahal ditumpahkan segelas air ataupun tak sengaja terkena noda.

"Anda sungguh baik, Non," ucapnya, ia kemudian berpamitan untuk kembali ke dapur dan membuatkan Nayna minuman yang baru. Namun baru saja ia melangkah, kakinya kembali tersandung.

Nayna memekik pelan, ia bergegas membantu pelayan tua tersebut untuk berdiri dan ia mengajaknya untuk duduk di sofa. Awalnya pelayan itu menolak karena tidak berani duduk disana, akan tetapi Nayna memaksanya dan berkata dia yang akan bertanggungjawab jika pemilik rumah sampai marah.

Nayna meluruskan kaki pelayan tersebut dan meletakkannya di atas pangkuannya. Ia mulai memijatnya dengan perlahan hingga pelayan tersebut tersenyum samar sambil sesekali memperhatikan Nayna.

"Anda sangat baik. Tidak sepantasnya melakukan ini pada saya," ucapnya.

Nayna menggeleng. "Semua manusia sama di mata Tuhan. Hanya manusia saja yang sering membeda-bedakan kastanya. Saya juga merasa heran, Bu ... mengapa Tuhan yang Maha Pencipta menganggap ciptaan-Nya itu sama tetapi justru kita manusia selalu membanding-bandingkan derajat kita hanya karena harta titipan Tuhan," ucap Nayna entah dia sedang menimpali ucapan pelayan itu atau sedang curhat.

Pelayan tua tersebut tersenyum, ia kemudian mengulurkan tangannya untuk membelai rambut Nayna. Gadis cantik itu hanya tersenyum tak protes ataupun memperlihatkan ketidaksukaannya.

Dari arah tangga, tiga orang yang sedang berjalan tersebut menatap heran pada Nayna dan pelayan tua tersebut.

"Apa-apaan ini?!" pekik Galang.

Terpopuler

Comments

'"d'azZam'🍁💞

'"d'azZam'🍁💞

next...
rajin up donk thor

2023-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!