NovelToon NovelToon

KEKASIH KONTRAKKU MATA DUITAN

Sebuah Perjodohan

Seorang pria terduduk dengan nyaman di kursi kebesarannya yang berlatar belakang langit sore kota Jakarta. Matanya yang tajam menatap lembar demi lembar berkas perusahaan yang tersusun rapi di atas meja. Berbalut map-map beraneka warna.

Pria berusia 28 tahun itu menarik tatapannya dari kertas dan memutar kursi hitam yang didudukinya. Pemandangan macetnya ibu kota menyambut kala netra menatap jauh ke arah bundaran Semanggi yang berkelok. Pesan dari Maminya 30 menit lalu membuat Hero memijat kening.

Undangan makan malam.

‘Apa lagi ini?' Hero merasa pusing. Entah apa lagi yang maminya rencanakan.

Hero Arkenzie namanya. Di usianya yang menginjak 28 tahun, ia telah menjadi seorang CEO di perusahaan Arkenzie Berjaya. Wajahnya tampan tanpa cela akan terlihat dingin saat berhadapan dengan klien. Menampakkan wibawa meski usianya masih cukup muda. Hal itu membuatnya mendapat predikat ‘CEO yang layak disegani’.

Tak ada yang cacat dalam diri seorang Hero, kecuali predikat ‘jomlo akut’ yang melekat pada dirinya. Itu pula yang membuat Hero menerka-nerka mengenai maksud sebenarnya dari acara makan malam kali ini.

Jujur, ia memang terlalu workaholic dan ‘pura-pura lupa’ untuk mencari pendamping hidup. Alasannya sederhana, ia benci dengan rengekan wanita manja yang hanya mau menikmati sari dari kerja kerasnya.

Singkatnya, ia benci wanita matre.

Senja menghilang dan digantikan dengan gemerlapnya malam. Hero memarkirkan mobilnya di garasi sebelum memasuki rumah tempat orang tuanya tinggal.

"Selamat malam," ucap Hero.

Di hadapannya, kini terlihat kedua orang tuanya yang tengah duduk santai di ruang tamu. Bersama dengan seorang gadis dan kedua orang tuanya yang juga sedang bercakap-cakap santai. Maminya beberapa kali melontarkan pertanyaan yang membuat si gadis tersipu malu.

Melihat pemandangan itu, mau tak mau Hero membiarkan pikiran negatif tentang perjodohan membanjiri otaknya. Membunyikan sinyal darurat yang memberinya pertanda untuk segera pergi dari sana.

Baru saja ia melangkahkan kaki untuk kembali, suara Maminya telah menggetarkan jendela ruang tamu.

“Hero!”

‘Tch, sudah terlambat untuk kabur’.

Hero menghela napas. Dengan langkah tegap, ia meletakkan bokong di sofa setelah sebelumnya melepas kancing jas yang ia kenakan. Kini, ia duduk berhadapan dengan gadis yang menjadi tamu keluarganya malam ini.

Hero merasa semua yang terjadi malam ini begitu menyebalkan dan buang-buang waktu. Di sini, ia tidak mendapatkan apa pun selain masa depannya yang terancam.

"Hero, dia Merlin," ucap Helena, Mami Hero yang masih awet muda meski umurnya telah menginjak setengah abad. Perawatan mahal yang menunjang hingga tak ada satu pun kerutan yang terlihat di wajahnya.

Hero berdeham dan menelan bulat-bulat decakan yang hampir keluar dari bibirnya. Tak mungkin ia membuat kesan buruk pada pertemuan pertama, bukan? Maminya pasti akan memberikan kultum padanya setelah ia merusak rencana.

“Hm, Hero."

Singkat, padat dan jelas ucapan Hero sebagai salam perkenalan. Hero menatap gadis itu–Merlin dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Gadis itu memang cantik, tapi entah mengapa Hero tak sedikitpun tertarik padanya. Terlebih setelah melihat wanita berusia 27 tahun itu tersenyum begitu manis.

‘Terasa sangat palsu.’

Hero bukanlah cenayang, ia hanya terbiasa melihat bentuk senyuman seperti itu saat berhadapan dengan klien.

Merlin merupakan CEO dari Quinn Jewelry yang terkenal dengan usahanya memonopoli dunia perhiasan. Berbeda dengan Arkenzie group yang membuat keputusan dengan hati-hati, Queen Jewelry terkenal dengan ambisinya yang ingin menjadi perusahaan nomor satu.

Paras Merlin memang cantik, tapi gestur tubuh dan pembicaraannya mengenai bisnis membuat Hero merasa tak nyaman. Terkesan arogan dan workaholic. Menikah dengannya tidak akan membuat Hero merasakan indahnya dunia pernikahan, sebab Merlin berkemungkinan besar akan menjadi budak pekerjaan.

Hero mengidamkan seorang istri yang selalu menunggunya di rumah saat ia bekerja. Mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya kelak. Jika ia berjodoh dengan wanita se-profesi dengannya, untuk apa menikah dan membangun rumah tangga?

"Hero, jangan dingin begitu. Mami rasa kalian cocok," ujar Helen sembari tersenyum manis.

Dalam hatinya, Helen berharap-harap cemas. Sebab, Merlin merupakan gadis keenam yang pernah ia kenalkan pada Hero. Kali ini, ia berharap Merlin akan menjadi orang yang tepat bagi putra satu-satunya itu, karena bibit, bebet, dan bobot Merlin sangat melampaui kriteria.

Mendengar ucapan Helena, Merlin tak bisa tidak menahan diri untuk tersenyum tipis. "Tidak masalah, Tante. Saya maklum kalau Hero kesulitan mencari topik yang tepat mengingat ini pertemuan pertama kami," ucap Merlin.

Tak biasanya ia meletakkan topik obrolan kepada lawan bicaranya, sebab seringkali ia lah yang akan mendominasi percakapan. Hanya dengan menatap Hero, Merlin benar-benar kehilangan kata-kata.

'Sungguh, pria ini terlalu tampan!' Merlin berdecak kagum dalam hati.

“Jangan dipaksakan, biarkan saja mengalir seperti air.” Jovanka, Ibu Merlin mengamini ucapan Merlin sembari mengelus pundak gadis itu. “Pasti ke depannya mereka akan berusaha mengakrabkan diri. Sebaiknya kita sebagai orang tua tak mencampuri urusan mereka lebih jauh," lanjutnya.

Ucapan Jovanka membuat semua orang di ruangan tertawa, kecuali Hero yang tiba-tiba mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai.

"Apakah ini sebuah rencana perjodohan?"

Pertanyaan Hero tersebut langsung membuat Helena tercekat. Ia harap-harap cemas dengan tanggapan Hero sebelumnya. Helena trauma, putranya sudah menolak lima gadis yang ia kenalkan sebelumnya.

"Sebenarnya begitu, hanya saja kami tidak ingin memaksa kalian. Lagi pula yang akan menjalani kehidupan nanti adalah kalian. Tetapi Hero, Papi sangat berharap kalian berdua bisa bersama," ucap Galang menengahi suasana.

'Apakah aku tidak laku hingga Mami dan Papi selalu saja mencarikan gadis untukku? Menikah itu pasti tetapi wanita ini ... ah sudahlah, aku rasa tidak ada gunanya membahas ini dengan mereka.'

"Benar sekali apa yang dikatakan Tuan Galang, Hero. Kami tidak akan memaksa, tetapi jika kalian saling tertarik, mengapa tidak?" timpal Aiman—Ayah Merlin yang diikuti gelak tawa mereka kecuali Hero yang merasa muak.

“Aku akan menerima perjodohan ini, tapi dengan satu syarat.”Hero membelah tawa dengan suaranya yang bernada serius.

Serentak semua orang berhenti tertawa. Terlebih Helena, Mami Hero yang tiba-tiba terkesan lebih antusias. Ia menggenggam tangan suaminya dengan senyum yang tak pernah lepas.

“Apa syaratnya, Sayang?”

“Dia harus mau melepas jabatannya sebagai CEO Quinn Jewelry dan fokus menjadi istriku di rumah."

Senyum di wajah kelima orang itu seketika menghilang. Terutama senyum di wajah Merlin yang kini berganti dengan sorot mata datar.

"Bagaimana, apa kau bersedia?” tanya Hero. Bahkan ia secara khusus menghadap ke arah Merlin yang juga balas menatapnya.

“Akan kupikirkan.”

Hero menyeringai tepat setelah Merlin melontarkan jawabannya.

Hampir Ditabrak

Hero tersenyum meremehkan saat Merlin tidak langsung menjawab keinginannya. Ia yakin sekali Merlin tidak akan mau melakukannya. Dia seorang CEO di perusahaannya sendiri dan juga seorang pewaris bisnis milik orang tuanya, tidak mungkin akan setuju untuk melepas kariernya. Tidak akan mungkin juga seorang wanita workaholic mendadak menjadi ibu rumah tangga hanya karena masalah perjodohan. Sangat mustahil jika Hero pikirkan kembali.

Di ruang keluarga itu suasana menjadi senyap, tidak ada yang berani membuka suara karena mereka menanti Merlin atau Hero yang mengutarakan pendapat mereka lagi. Hero sendiri sudah merasa selesai dengan pembahasan malam ini karena ia yakin seribu persen Merlin tidak akan mau melepas pekerjaannya.

"Bukankah semua bisa dibicarakan baik-baik?" tanya Jovanka, ia tentu saja sangat setuju dengan keinginan Hero sebab anaknya memanglah harus menjadi ibu rumah tangga yang baik, istri yang mampu melayani suaminya dan tidak sibuk dengan dirinya sendiri.

Helen mengangguki ucapan Jovanka, ia yakin hal ini masih bisa dibicarakan lagi. Helen sudah mentok kepada Merlin yang akan menjadi menantunya begitupun dengan Jovanka yang sangat ini menjadikan Hero sebagai menantunya.

"Begini saja, kalian melakukan pendekatan dulu. Bicara dari hati ke hati dan temukan solusi terbaik untuk kalian berdua. Bukan hal yang mudah jika mendadak Merlin melepaskan semua pekerjaannya. Semua butuh waktu dan proses yang tidak gampang," ucap papi Hero -- Galang Arkenzie.

Merlin menyetujui ucapan Galang tersebut dan Hero hanya mengangkat kedua bahunya dan juga sebelah alisnya. Bagi Hero, perjodohan ini selesai sampai di tahap ini saja karena Merlin masih perlu waktu untuk berpikir sedangkan yang ia harapkan adalah wanita yang langsung setuju dengan syaratnya apabila memang ingin menikah. Toh Hero tidak akan kekurangan hanya untuk menafkahi. Dan atau, Merlin bisa mengatakan jika ia hanya akan menjadi pemantau bisnisnya saja, selebihnya ia menjadi ibu rumah tangga biasa.

Menurut Hero, kunci suksesnya sebuah rumah tangga dan kunci memiliki anak dengan sikap baik dan sukses berawal dari pendidikan ibu mereka. Baiknya sang ibu mendidik akan membuat anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik akan tetapi sebaliknya, jika sang ibu mendidik asal-asalan maka sikap anak tersebut akan sulit ditebak dan diatur. Ibu adalah pendidikan dasar bagi anaknya, menuruti Hero Arkenzie.

Setelah lebih dari dua jam mereka berbincang-bincang, keluarga Quinn pamit pulang dan Hero langsung bersikap dingin kembali.

"Ini yang terakhir mami menjodohkan Hero. Aku bisa Mi nyari jodoh sendiri. Aku tidak kekurangan satupun sehingga wanita tidak ingin menikah denganku. Hanya saja belum waktunya, Mi. Hero masih harus fokus pada pekerjaan biar nanti ketika menikah Hero bisa memberikan yang terbaik untuk anak-istri dan kalian semua. Hero juga tidak ingin wanita seperti Merlin, dia itu sama saja seperti Hero. Jika kami berdua sibuk bekerja maka siapa yang akan mengatur rumah tangga? Hero juga berani jamin dia tidak akan mau memiliki anak secepatnya sedangkan kita juga butuh pewaris. Biarkan aku mencari jodohku sendiri sesuai dengan keinginanku sendiri."

Tidak ada yang menyahuti ucapan Hero karena tidak ada yang salah dari ucapannya. Nenek Julia bahkan sangat mendukung keinginan Hero tersebut. Seperti Helen sang menantu, dulunya ia adalah sekretaris dari Galang di perusahaan dan setelah mereka memutuskan untuk menikah, Helen sendiri yang memutuskan untuk berhenti bekerja demi mengurus rumah tangga.

Tak jauh berbeda dengan Merlin, di kamarnya ia berteriak marah karena penolakan Hero. Tidak menyangka saja Hero memberi syarat yang mustahil akan Merlin lakukan. Ia adalah pemilik aset Quinn dan ia tentu tidak akan berbagi dengan adik tirinya dari ibu yang berbeda. Baginya hanya ia pewaris sah keluarga Quinn, tidak mungkin ia lepas semua kejayaan ini hanya untuk seorang Hero. Tapi masalahnya ia juga sudah tertarik pada pria dingin itu.

"Merlin, jangan seperti itu Nak. Kau masih bisa mendapatkannya dan ikuti saja dulu maunya. Buat dia jatuh cinta padamu dan bertekuk lutut, setelah itu kau pasti bisa menguasainya dan ketika dia sudah menjadi budak cinta, dia pasti akan menuruti segala keinginanmu. Semua hanya masalah waktu," ujar Jovanka yang masuk ke dalam kamar putrinya.

Merlin mencoba meredakan amarahnya, dalam hatinya ia membenarkan ucapan mommynya. Ia tersenyum dan mengangguk hingga membuat Jovanka ikut tersenyum.

.

.

"Ck!"

Hero berdecak saat mobilnya berhenti tiba-tiba, ia tahu pasti terjadi masalah dengan mesin mobilnya dan ia tidak punya waktu untuk membawanya ke bengkel dan juga untuk memesan taksi online. Kebetulan di seberang jalan ada pangkalan ojek, Hero berniat naik ojek saja karena tempat meeting tak begitu jauh lagi.

Sambil mengecek pesan yang masuk, Hero menyeberang jalan dan karena fokusnya pada ponselnya, ia hampir saja ditabrak oleh pengendara motor jika orang itu tidak mengerem dadakan.

Ponsel Hero jatuh dan terlindas ban motor, ia syok bukan main dan mulai bersiap memarahi pengendara motor tersebut.

"Anda bisa bawa motor tidak?!" bentak Hero.

Orang tersebut membuka helmnya dan nampaklah wajah cantik dengan rambut panjang sebahu tergerai. Wajah imut itu terlihat memerah menahan amarah.

"Harusnya yang marah itu saya karena Anda menyeberang jalan sambil memainkan ponsel. Lain kali kalau ingin bunuh diri ya jangan disini, di rel kereta sana! Mengganggu pekerjaan orang saja. Atau Anda ini modus ya, biar saya ganti rugi dan Anda mendapatkan keuntungan. Maaf ya, tapi saya bukan orang yang mudah dibodohi!" sungutnya, gadis cantik itu bernama Nayna.

Mata Hero membulat sempurna, ia yang tadinya marah justru kini dimarahi kembali oleh seorang gadis kecil. Tidak mau kalah, Hero kembali memarahinya dan mencoba menakut-nakutinya.

"Berani sekali kau gadis kecil mengataiku penipu. Aku ini Hero Arkenzie, CEO sukses yang tidak kekurangan apapun! Kau pikir aku penipu! Aku tidak mau tahu, kau harus mengganti rugi apalagi ponsel mahalku sudah kau rusakkan dan itu harganya lebih mahal dari motor bututmu ini. Ganti rugi cepat!" tandas Hero dan Nayna melirik ke arah ponsel mahal yang kini layarnya sudah retak sebab terlindas ban motornya.

Seketika Nayna kesulitan untuk menelan salivanya. Ia tentu pernah mendengar nama CEO tersebut hanya saja tidak pernah bertemu. Akan tetapi karena ia tidak mau mengganti rugi sebab ia tidak punya banyak uang dan ia merasa tidak bersalah dalam hal ini, Nayna kembali memebranikan dirinya untuk mengelak.

"Saya tidak bersalah dan Anda yang salah karena menyeberang jalan sambil memainkan ponsel. Minggir, saya mau pergi dan Anda kalau ingin bunuh diri ya pergi sana yang jauh. Oh ya saya tahu, Anda pasti baru saja jatuh miskin ya sampai sefrustrasi ini. Sabar tuan, Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya," ucap Nayna merasa iba.

Bola mata Hero hampir saja melompat keluar dari kedua matanya mendengar ucapan Nayna. Ingin rasanya ia meneriaki gadis ini namun setelah ia perhatikan wajahnya cukup cantik walau tidak se-glowing Merlin. Namun kecantikan alami itu sangat sedap dipandang dan tidak membosankan.

"Kau mau ganti rugi atau aku laporkan pada polisi? Kau pilih saja. Dan ya, kau pasti tahu orang-orang kaya sepertiku sangat gampang memainkan hukum. Sekarang terserah padamu," ancam Hero dengan seringai tipis di bibirnya.

Bola mata Nayna bergerak gelisah, ia tentu tahu ucapan Hero itu tidak main-main dan benar adanya jika seorang Hero Arkenzie pasti bisa memutar balikkan fakta.

"Saya tidak punya uang untuk mengganti rugi, Tuan. Saya hanya pedagang online dan bahkan bisa dibilang saya ini reseller," ucap lirih Nayna.

Hero menghela napas, "Aku tahu kau tidak mampu! Lagi pula aku tidak meminta ganti rugi dengan uang karena uangku sangat banyak!"

Sombong sekali dia! cibir Nayna dalam hati.

"Lalu?"

Hero menyeringai, "Jadilah kekasih kontrakku dan besok aku menunggumu di kantorku. Kita akan membicarakannya besok dan sekarang kau antar aku ke lokasi meeting dan tidak boleh membantah!"

"Hah?!"

Di-la-rang Ke-ras!

Nayna sudah mengantar Hero ke tempat meeting dan celakanya ia yang terlambat mengantar barang pesanan sehingga ia harus mendapatkan kultum dari pelanggannya. Tapi ia bersyukur karena walau sudah dimarahi, sang pelanggan tetap menerima pesanan tersebut dan membayar sesuai kesepakatan. Rasa syukur Nayna haturkan kepada Tuhan karena ia tetap bisa menjaga rejekinya dan juga kepercayaan pelanggan.

Nayna membelokkan motornya kembali ke rumahnya karena pelanggan tadi adalah pesanan terkahir yang ia antar. Nayna memang pedagang online namun ia juga yang bertindak sebagai kurir. Tidak banyak untung yang ia dapat dari penjualan yang kecil-kecil sehingga Nayna memilih merangkap menjadi kurir juga. Namun walau begitu ia tetap mensyukuri segala yang ia dapatkan.

"Assalamu'alaikum, Nayna pulang," ucapnya saat memasuki rumah sederhana miliknya bersama ibunya.

"Wa'alaikum salam. Gimana sama pesanan hari ini Nay, lancar?" tanya Widya, ibu Nayna.

"Alhamdulillah lancar, Bu. Oh ya, aku masuk ke kamar dulu ya. Mau istirahat sekaligus ngecek pesanan dan juga barang. Ibu juga mending istirahat di kamar," ucap Nayna dan ia bergegas masuk ke kamarnya.

Widya menatap pintu kamar anaknya yang tertutup rapat. Dalam hati tiada hentinya ia mengucap syukur karena anak gadisnya itu sangat semangat bekerja. Nayna menyelesaikan kuliahnya satu tahun yang lalu dengan bantuan beasiswa namun karena tak kunjung mendapat panggilan kerja maka ia berinisiatif untuk menjadi pedagang online. Bermula dari reseller dan kini Nayna sudah memiliki banyak pelanggan.

Kehidupan mereka tidak kekurangan dan kebutuhan Nayna terpenuhi dengan kerja kerasnya sedangkan Widya hanya bisa berjualan nasi kuning yang ia jajalkan di teras rumahnya. Mereka memiliki warung kecil-kecilan dan dari sana mereka mendapatkan pemasukan tambahan sehari-hari.

"Jika saja ibu bisa lebih egois maka kamu akan hidup enak tanpa perlu bersusah payah seperti ini, Nay. Tapi untuk apa mengenang masa lalu, aku bersyukur karena putriku sangat tegar dan pernah mengeluh dengan keadaan. Lebih baik seperti ini dan biarkan seperti ini."

Widya bergegas masuk ke dalam kamarnya, ia tidak ingin mengingat luka lama dimana ia dan putrinya harus memulai kehidupan dengan bersusah payah dan bahkan sering kelaparan. Suaminya meninggalkannya dan ia membesarkan Widya dengan tangannya sendiri. Sumpah demi Tuhan, Widya tidak akan menerima kembali suaminya jika kelak datang namun sudah dua puluh tahun berlalu pria itu pun tak kunjung datang.

Di kamarnya, Nayna sedang memikirkan kejadian tadi siang di mana ia menabrak pria tampan itu eh tidak, hampir saja menabrak. Hanya ponselnya yang mahal itu yang terlindas ban motor dan akibat dari itu semua ia harus menjadi kekasih kontrak tuan muda itu.

"Hahh ...." Nayna menghela napas, ia sebenarnya masih bingung dengan ajakan Hero untuk menjadi kekasih kontrak akan tetapi dia juga tidak ingin berurusan dengan polisi. Usahanya akan hancur dan ia tidak bisa menjaga ibunya.

.

.

Sesuai kesepakatan, Nayna datang ke kantor Arkenzie Berjaya. Ia melapor pada resepsionis dan untung saja Hero sudah memberitahukan pada stafnya tersebut jika seorang gadis bernama Nayna datang maka langsung diarahkan ke ruangannya.

Nayna menatap takjub pada ruangan Hero yang begitu besar, mewah dan elegan. Ia bercita-cita memiliki ruangan seindah ini jika kelak usahanya lancar dan ia sukses mendirikan perusahaannya sendiri. Nayna terus mengaamiinkan hadapannya tersebut di dalam hati.

"Duduk!" titah Hero yang baru saja selesai membaca dokumen.

Nayna langsung duduk di hadapan Hero dengan menja kerja yang terbuat dari kayu yang kokoh serta lebar dan juga terdapat banyak benda di atasnya menjadi pembatas diantara mereka.

"Langsung saja ke intinya tuan, saya sedang sibuk dan banyak yang harus saya kerjakan," ucap Nayna, ia harus tegas karena pundi-pundi rupiahnya harus ia kejar hari ini.

Hero menatap sengit ke arah Nayna dan ia tidak suka sebab gadis ini justru mengaturnya bukan sebaliknya. Ia kemudian menyodorkan sebuah map berisi surat perjanjian kontrak.

"Bacalah, lalu tanda tangani," ucap Hero.

Nayna mulai membaca poin demi poin. Awalnya ia cukup senang karena diawal sudah dijelaskan jika ia akan mendapatkan upah setelah berhasil menjalani pekerjaannya sebagai kekasih kontrak dengan harga yang fantastis. Ia bisa libur jualan selama satu tahun dengan dana tersebut. Hanya saja semua itu bisa didapatkan setelah misi mereka berhasil dan Nayna belum tahu misi apa itu.

Matanya mulai membulat sempurna begitu membaca poin-poin di bagian akhir. Ia langsung menatap Hero tak suka. "Kenapa harus ada skinship? Aku tidak suka poin tujuh di mana Anda boleh bersentuhan atau memeluk saya. No, itu tidak bisa," ucap Nayna menolak.

"Bukankah sudah saya bilang kalau kamu cukup baca dan tanda tangan. Tidak ada penolakan dan protes. Di-la-rang ke-ras!" ucap Hero penuh penekanan.

Nayna mendengus, ia ingin sekali menggebrak meja karena kesal namun ia tahu disini ia tidak bisa berbuat apa-apa mengingat ancama Hero yang akan melaporkannya ke kantor polisi.

"Tapi saya tidak terima ya. Jangan ada sentuhan fisik dong. Tapi boleh-boleh saja sih asalkan setiap kali Anda menyentuh saya, harus ada bayaran alias upah tambahan. Gila aja, Anda memeluk saya cuma-cuma. Apalagi ini di poin delapan, Anda boleh cium saya. Saya ini belum pernah ciuman dan tarif untuk berciuman itu juga diberlakukan. Saya masih perawan dan saya tidak mau gratisan! Semua ada harga sayang."

Hero memijat pelipisnya, harusnya Nayna hanya menyetujuinya tanpa melakukan protes. Dan sekarang gadis ini justru mengajaknya bernegosiasi bahkan setiap poin ia ingin diberikan harganya. Hero ingin menyebut gadis ini sebagai seorang PSK akan tetapi tadi katanya masih perawan dan benar juga, gadis baik-baik tidak mungkin mau disentuh sembarangan.

"Dasar, baru juga jadi pedangan online sudah sangat pandai mencari keuntungan. Bukannya saya untung karena mempekerjakan kamu tetapi saya yang malah dalam masalah karena menemukan gadis matre sepertimu!"

Nayna mencebikkan bibirnya sedangkan Hero menatapnya dengan kesal.

"Ya sudah, tambahkan saja berapa yang kamu inginkan tiap kali saya menyentuh, memeluk dan menciummu. Ah tidak, harusnya kamu yang membayar karena kamu dicium pria tampan seperti saya. Kamu yang untung dong!" ucap Hero memilih mengalah saja karena berdebat dengan bocah seperti Nayna akan sangat panjang urusannya.

Nayna menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Hih ... dasar narsis. Wajah pas-pasan gitu dibilang ganteng!" cibir Nayna. 'Tapi emang ganteng banget aarhh ....' lanjut Nayna dalam hati saja.

Hero melotot menatap Nayna namun gadis itu justru langsung berpura-pura sibuk dengan berkas di hadapannya. Nayna sudah selesai mengisi nominal yang ia inginkan. Dan begitu ia menyerahkan kembali kepada Hero, pria itu kembali dibuat tertekan.

"Kamu gila?! Upah nyentuh lima ratus ribu, cium tujuh ratus lima puluh ribu dan meluk satu juta. Oh Tuhan Nayna, kamu mau kuras habis uang saya? Dan ini hanya sekali sentuhan saja? Kamu memang sudah gila!" pekik Hero.

Nayna tersenyum puas, "Ya. Semua hanya berlaku untuk sekali saja dan jika kamu menyentuh dua kali berarti dikali dua ya," ujar Nayna dengan begitu santainya.

"What?! Lalu gimana kalau sehari bisa lebih dari lima kali?" tanya Hero mendadak merasa frustrasi.

"Ya itu kamu aja yang kegatalan karena bisa nyium dan meluk sehari sampai lebih dari lima kali. Dasar otak mesum. Pantas saja tidak punya kekasih, Anda terlalu mesum dan sangat perhitungan. Dasar pria pelit!"

Tangan Hero terkepal, gadis kecil ini berani sekali mengatainya tepat di hadapan matanya sendiri. "Awas saja kamu!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!