Hero mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Pikirannya tidak pada berkas yang ada di hadapannya melainkan pada pertemuan yang harus dilangsungkan nanti malam. Ia masih bingung apakah tepat membawa Nayna masuk ke rumahnya dalam waktu dekat seperti sekarang ini ataukah hanya akan membuat dirinya berada dalam masalah besar.
Kebimbangan Hero terus berlangsung hingga jam makan siang tiba dan asistennya datang untuk memberikan jadwal selanjutnya setelah makan siang.
"Malik, saya ingin pergi ke rumah Nayna. Bisa kirimkan ke saya alamat rumahnya? Ada hal penting. Ah, semua karena ulah Merlin yang datang melapor ke rumah. Saya 'kan belum siap untuk bermain kekasih-kekasih-an dengan Nayna," keluh Hero pada Malik — asisten kepercayaan Hero.
Malik mengangguk, ia sudah tahu tentang kemarin Merlin yang datang ke kantor setelah Nayna pergi. Kebetulan saat itu ia sedang bertugas diluar kantor karena ada meeting yang harus ia wakilkan sebab Hero sibuk bersama Nayna.
"Baik, Tuan. Tapi sebenarnya saya merasa nona Nayna ini orangnya kompeten dan pasti dia mampu mengimbangi Anda. Saya sudah melihat data dirinya dan sebenarnya dia adalah lulusan strata satu Ilmu Komunikasi. Jadi untuk masalah public speaking ... sepertinya dia oke," ujar Malik menjabarkan.
Hero nampak sedikit melongo, ia memang membaca data diri Nayna tapi hanya sebagian kecil sebab yang ia butuhkan saat itu hanya nama lengkap, usia dan status. Itu saja yang penting menurutnya karena Nayna bukan untuk dijadikan kekasih sungguhan, pikirnya.
Bibir Hero tersenyum samar, ia tidak menyangka saja gadis yang cukup galak dan sangat perhitungan itu adalah seorang yang berpendidikan. Pantas saja ia sedikit mampu mengimbangi cara Hero berbicara dan yang pasti dia adalah seorang pedangan sehingga untung-ruginya pasti akan selalu ia perhitungkan.
Hero kemudian bergegas pergi dari ruangannya dan segera menuju ke rumah Nayna. Terlebih dahulu ia menanyakan tentang keberadaan gadis tersebut tanpa memberitahukan jika ia akan datang. Untung saja Nayna berkata jika saat ini ia berada di rumah. Hero mempercepat langkahnya agar ia tidak kehilangan Nayna yang mungkin saja akan pergi mengantar barang pesanan.
Mobil Hero melaju dengan kecepatan sedang dan akhirnya ia sampai di alamat yang diberikan oleh Malik. Ia cukup terkejut karena rumah Nayna begitu kecil dan masih sempat-sempatnya mereka menambahkan warung di rumah yang luasnya tidak seberapa, pikir Hero.
Mobilnya yang terparkir di depan pagar kayu milik Nayna langsung mengundang kehebohan. Beberapa warga berbondong-bondong untuk melihat siapa pemilik mobil mewah yang berhenti di depan rumah Nayna.
"Siapa pemilik mobil ini? Pasti orang kaya? Apakah suami Bu Widya? Atau calon suami Nayna?"
"Entahlah, saya juga tidak tahu. Ayo kita lihat, kalau pemiliknya pria muda dan belum menikah maka akan aku jodohkan dengan Ema," timpal yang lainnya.
Masih banyak lagi suara-suara yang didengar oleh Hero yang membuatnya cukup risih. Ingin ia mengumpat atau mencela mereka akan tetapi Hero sadar dia adalah pendatang di tempat ini.
Bu Widya yang kebetulan sedang menjaga warungnya pun turut keluar dan mendapati seorang pria muda dengan setelan jas formal sedang berjalan masuk ke halaman rumahnya yang hanya berukuran sekitar dua meter dari jalan.
"Cari siapa ya, Tuan?" tanya Bu Widya.
Hero melepas kacamatanya dan tersenyum menatap wanita paruh baya yang diyakininya adalah orang tua Nayna karena wajah mereka sedikit mirip.
"Permisi Nyonya, saya Hero dan saya ingin bertemu dengan Nayna. Kebetulan kami baru saja menjalin kerja sama, ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengannya. Apakah dia ada di rumah? Tadi saya menghubungi dan katanya dia berada di rumah," ucap Hero dengan begitu ramah, berbeda saat ia berbicara dengan Nayna ataupun Merlin.
Bu Widya mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia kemudian mengajak Hero untuk masuk ke dalam rumah. Hero semakin dibuat tercengang karena ternyata ruang tamu itu sangat sederhana tetapi mampu membuatnya merasa nyaman dan betah. Tata letak serta hiasan yang ada di ruangan tersebut sangat sederhana namun tetap terkesan elegan bagi para penikmat estetika.
Bu Widya hanya mengetuk pintu kamar Nayna dan memintanya keluar sedangkan ia sendiri pergi ke dapur untuk membuatkan Hero menuman.
"Apakah Nayna akan sukses seperti mimpinya? Melihat pria itu membuatku merasa ada yang aneh. Aku merasa anakku akan mengalami banyak masalah. Tapi semoga tidak benar adanya. Ini hanya perasaanku saja dan lagi pula pria itu terlihat santun dan mau datang ke rumah ini. Mungkin dia pemilik perusahaan yang dimana Nayna berlangganan produknya," gumam Bu Widya sambil menyeduh teh hangat.
Hero tak berkedip melihat Nayna yang saat ini hanya mengenakan kaos kebesaran dan celana hotpants — kebiasaan Nayna jika ia hanya menghabiskan waktu di dalam kamar saja dan karena ia tidak tahu siapa yang datang — kebetulan Nayna tidak sempat berganti pakaian karena sibuk memilah dan memilih barang yang akan ia promosikan di sosial medianya, jadilah ia seperti ini berdiri di depan Hero.
Hero bahkan kesulitan meneguk salivanya karena melihat paha putih mulus Nayna. Entah mengapa ia merasa sesak dan kaos itu membuat Nayna terlihat menggemaskan. Dan oh, oh, jangan lupa rambut panjang Nayna yang dicepol asal hingga memperlihatkan leher mulusnya.
'Shit! Kenapa cuma lihat Nayna seperti gini aku jadi tegang. Selama ini aku lihat ja-lang aja nggak ada reaksi sama sekali. Sial!'
"He-hero my hero. K-kok kamu di sini?" Nayna berbicara dengan terbata-bata karena saking kagetnya melihat tamu yang ternyata adalah kekasihnya — kekasih kontrak lebih tepatnya.
Suara Nayna mengagetkan Hero yang juga sedang melamun menatap Nayna. Ia langsung memasang tampang cool saat Nayna duduk di sampingnya. Ia berdehem keras kemudian menatap tajam ke arah Nayna.
"Apakah tidak ada pakaian yang lebih terbuka dari ini? Sekalian saja tidak usah memakai celana. Apakah kamu ingin pamer sama orang-orang, hah?"
Sindiran Hero membuat Nayna mengernyit. Ia melirik ke arah celananya yang memang pendek akan tetapi ia tidak mengenakan pakaian transparan dan bisa dibilang kaos besar ini juga cukup tebal. Dan lagi, Nayna pun sudah menutupi dengan bantal sofa agar Hero tidak melirik ke arah pahanya.
"Hero my hero, apakah Anda datang untuk mengoreksi penampilan saya? Lagi pula saya tadi sedang sibuk jadi saya tidak sempat memikirkan penampilan saya. Ini sangat nyaman digunakan jika hanya berada di dalam kamar. Sekarang katakan apa tujuan Anda datang menemui saya," ujar Nayna kesal karena mendapat kritikan pedas dari Hero.
Nayna sebenarnya tahu maksud Hero baik, akan tetapi ia tidak pernah berpakaian seperti ini juga saat keluar rumah atau ketika ada tamu. Ini pertama kalinya karena tadi ia sedang fokus pada barang-barang jualannya.
Baru saja Hero hendak membuka suara, seseorang mengetuk pintu rumah Nayna yang terbuka. Nayna hendak berdiri akan tetapi lirikan tajam Hero membuat Nayna ciut.
"Masuk saja Bu Tika," ucap Nayna pada tetangganya tersebut.
Wanita yang dipanggil Bu Tika itu menggeleng. "Nggak Nay. Ibu cuma mau bilang kalau Bu RT udah nungguin di rumahnya. Kita ada acara pengajian nanti sore dan ibu kamu udah tahu. Cuma mau nunggu buat pergi bareng ke rumah Bu RT untuk bantu-bantu," ujar Bu Tika, bertepatan dengan Bu Widya yang datang dari dapur dengan membawa nampan berisi secangkir teh.
Hero tersenyum manis dengan sikap ramah Bu Widya. Dua wanita paruh baya itu pun kemudian berpamitan untuk pergi ke rumah Bu RT. Kini tinggallah Hero dan Nayna di rumah itu.
"Nanti malam keluargaku ingin bertemu. Kamu harus datang dan aku tidak mau tahu, kamu harus berhasil meyakinkan mereka kalau kita memiliki hubungan asmara. Tenang saja, kamu akan mendapatkan dapat bonus. Hentikan pekerjaanmu hari ini, asistenku sore nanti akan datang menjemputmu."
Ucapan Hero tanpa jeda itu membuat Nayna terkejut. Haruskah secepat ini ia bertemu dengan keluarga Hero? Pria ini masih kaku dan Nayna juga takut salah. Akan tetapi inilah pekerjaannya yang ia sepakati bersama Hero walau dalam keadaan terpaksa.
Tak menunggu Nayna berkata ia, Hero kemudian meminum teh yang diberikan padanya. Walaupun tidak dihabiskan setidaknya ia menghargai suguhan dari tuan rumah, itulah ajaran dari neneknya.
"Oh ya, buang jauh-jauh celanamu itu atau kalau perlu bakar saja. Nanti saya belikan celana panjang atau rok panjang. Sekalian kalau bisa gamis deh, biar lebih tertutup lagi!" ujar Hero setelah ia berada di ambang pintu hendak pulang.
Nayna mendengus kesal. "Sekalian saja belikan cadar!" pekik Nayna kesal sedangkan Hero hanya tertawa sambil berlari kecil ke arah mobilnya.
'Menggemaskan. Nayna, kamu sangat ... menggemaskan!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Chiisan kasih
ksambet setan nih bisa ramah si hero hhhh
2023-09-15
0