Bidadari Kedua Suamiku
Tidak ada yang berbeda dari kegiatan Zella dari hari-hari sebelumnya. Entah mengapa saat ini hatinya bagai menahan beban ribuan ton. Berulang kali Zella mengucap kalimat dzikir untuk menyerahkan semua pada pemilik semesta, namun beban yang begitu berat masih saja bertumpu pada hatinya.
"Mama kenapa?" Suami Zella menyadari reaksi yang berbeda dari raut wajah Zella.
"Nggak tau Bah, entah mengapa hati mama terasa berat." Zella berusaha mengingat persiapan suaminya, biasanya ada sesuatu yang kurang jika dia merasa seperti ini.
"Persiapan Abah sudah dicek?" Zella memastikan.
"Alhamdulillah sudah, handphone, dompet, dan yang lain semua aman." Suami Zella meyakinkan.
Zella melihat persiapan yang dia susun diatas kasur memang lengkap, perlahan tangannya memasukan persiapan itu satu per satu. "Kok perasaan mama sangat nggak enak ya bah ...." Zella menarik napas dalam.
"Perbanyak dzikir mama, mungkin Allah rindu, namanya disebut oleh lisan mama."
Zella mengikuti saran suaminya, terus melapazdkan kalimat dzikir. Persiapan terakhir sudah Zella masukan kedalam ransel suaminya. Zella memberikan ransel itu pada suaminya.
"Hati-hati di jalan ya abah, ada aku sama anakmu yang selalu menantimu di rumah."
"Iya, semoga perjalanan ziarah Abah berjalan lancar, oh iya nanti Abah akan mampir di sekolah Tifa sebentar, untuk pamitan sama putri kesayangan kita itu."
Setelah salim dan mendapat ciuman hangat dari sang suami. Dengan berat hati Zella melepas kepergian suaminya. Sedang suami Zella menepati janjinya, sebelum melakukan perjalanan jauh, dia mampir di sekolah putri mereka.
"Abah ...." Anak perempuan berusia 9 tahun itu sangat bahagia melihat laki-laki yang dia panggil Abah itu mendatanginya.
"Biasanya Abah pasti mau pergi kalau samperin aku ke Sekolah," tebak Latifa.
"Iya sayang, abah izin pergi ziarah selama 16 hari ya."
"Kok lama banget abah ...."
"Ziarahnya keluar kota sayang, terus muter antar Provinsi, kamu yang pinter ya, jangan repotin mama, dan jagain mama ya."
"Iya Abah." Latifa langsung mencium punggung tangan abahnya.
Sedang suami Zella langsung meneruskan perjalanannya. 3 jam berlalu, akhirnya dia sampai di sebuah perumahan, di rumah itu nampak ramai.
"Akhirnya kamu datang juga San," sambut salah satu laki-laki paruh baya yang.
"Aku nggak terlambat kan Pak?"
"Santai saja Akhsan, akad Nikahmu sama Shamil kan ba'da Asar, kamu masih bisa rehat dulu."
Akhsan segera memasuki rumah itu, dan dia diantar menuju sebuah kamar. Akhsan duduk sendirian di kamar itu, perhatiannya tertuju pada benda pipih persegi panjang. Saat membuka layar handphonenya, foto Zella dan Latifa langsung menyambut indra penglihatannya. Seketika rasa bersalah menyeruak di hatinya.
11 tahun perempuan ini menemaniku, dan memberiku seorang anak perempuan. Apakah dia pantas kau khianati seperti ini San?
Nasihat dalam diri seketika timbul saat dia menatap foto anak dan istrinya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Akhsan. Dia segera menuju pintu, dan di depan pintu terlihat sosok yang selalu dia cintai. Sebelum menikahi Zella, Shamil adalah wanita yang Akhsan cinta, namun takdir perlahan menjauhkan keduanya tanpa alasan. Saat mereka bertemu lagi, Shamil sudah menikah begitu juga Akhsan. Namun pertemuan kedua, membuat Akhsan dan Shamil semakin terikat, kala itu Shamil berstatus sebagai janda.
"A-a-ada apa?" Akhsan tergagap, setiap melihat Shamil, rasanya dia seperti baru pertama kali jatuh cinta.
"Kakak yakin menikahi aku?"
"Kenapa tanya begitu?" Akhsan menatap Shamil penuh selidik.
"Aku melihat keraguan di wajah Kakak, sebelum semuanya terlanjur, batalkan saja tidak apa-apa." Shamil meyakinkan.
"Aku pernah kehilanganmu 1 kali, sejak itu hidupku hampa walau ada wanita lain di hidupku, saat kamu bersedia jadi yang kedua, aku tidak mau melepaskan kamu lagi," ucap Akhsan mantap.
Shamil mengangguk dan tersenyum. "Ya sudah, sampai nanti sore, saat kita bertemu lagi, aku sudah jadi istri sah Kakak, walau hanya secara agama."
Waktu terus berjalan, kini Akhsan menjabat tangan Ayah Shamil dan mengikrarkan Akad dengan begitu mantap. Sahutan sah! Dari kedua saksi pun, menjadi penguat hubungan Akhsan dan Shamil.
Shamil yang duduk di samping Akhsan pun terlihat sangat bahagia, akhirnya hubungan mereka sah, tidak hanya sekedar hubungan online via chat dan video call saja, seperti yang mereka jalani selama 2 tahun ini. Suasana haru dan bahagia menyelimuti kediaman Shamil.
Sedang di sisi lain.
Zella bingung, perasaan apakah yang hari ini sangat menyiksanya? Dia merasa kehilangan, tapi tidak kehilangan apa-apa, semua yang dia miliki semua baik-baik saja.
"Kenapa hatiku sangat gelisah ya Rabb? Aku merasa sakit, tapi aku tidak tahu sakit karena apa, aku merasa kehilangan, tapi aku tidak tahu kehilangan apa."
Zella mengikuti semua anjuran untuk menenangkan hati, dari melakukan sholat sunnah mutlaq, membaca al-qur'an, hingga berdzikir, namun semuanya belum mengurangi kegelisahan di hatinya.
Zella berusaha menepikan perasaan aneh itu, dia fokus pada kegiatan rutinnya, mengantar Latifa untuk mengikuti les dan hal lainnya yang menjadi rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.
Kini hari baru dimulai kembali, rasa gelisah itu mulai melemah, namun tetap ada. Zella tidak memikirkannya, dia fokus untuk mengantar Latifa ke Sekolah. Selama Anak dan suaminya baik-baik saja, dan dirinya juga sehat, ini adalah kenikmatan baginya.
Saat ingin melajukan motornya meninggalkan area sekolah Latifa, Zella hampir bertabrakan dengan motor orang tua murid yang lain.
"Maaf ya Pak, saya nggak liat Bapak tadi," sesal Zella.
"Nggak apa-apa bu, saya juga salah, karena tiba-tiba muncul." Laki-laki itu berusaha mengenali wajah Zella. "Zella dari desa Air Alir?" tebak laki-laki itu.
Zella menganggukan kepalanya. Namun dia tidak mengenali laki-laki itu.
"Aku Karnadi, rumah mertuaku tetanggaan sama sepupumu di provinsi sebelah."
"Oh iya, aku baru ingat. Apa kabar Nadi?"
"Baik Zel, kamu antar anak?"
"Iya, anakku baru kelas 3, anakmu?"
"Anakku sudah kelas 5."
"Gimana kabarnya Shamil?"
"Kurang tau aku, aku sama Shamil udah pisah 1 tahun yang lalu."
"Yang sabar ya, inilah hidup."
"Iya Zel, saat ini aku hanya fokus untuk pendidikan anakku, semoga anakku bisa sekolah tinggi dan bekerja kantoran."
"Aamiin, oh ya Nad, aku duluan ya."
"Iya Zell."
Pertemuan singkatnya dengan Nadi membuat Zella teringat kejadian lama, saat dia dan Akhsan baru menikah. Akhsan mendesak Zella mengajaknya menuju desa Nenek Zella, bukan untuk mengunjungi Nenek Zella, melainkan untuk mengunjugi Nadi dan Shamil, alasan Akhsan, Shamil adalah pacar temannya, dan amanah temannya untuk memastikan Shamil baik-baik saja.
Keraguan Zella saat itu, apakah seserius itu, hanya karena Shamil mantan pacar temannya, Akhsan nekad mengunjungi Shamil?
Bersambung.
Update tidak rutin, hanya up saat sudah free, mohon pengertiannya ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Rusiani Ijaq
baru mampir tp sdh nyesek nih Thor
2024-11-01
0
NurKarni
akan tiba saatnya kamu menjandakan istrimu demi bersama janda orang
2024-11-10
0
May Keisya
dan kamu akan kehilangan istri pertama mu
2024-11-04
1