Bab 14 Warisan

Kakak-beradik itu terdiam mengingat betapa ibu mereka sangat menyayangi Zella, begitu juga Bapak mereka. Rasanya anak kandung kedua orang tuanya adalah Zella, bukan mereka. Zella lebih istimewa bagi kedua orang tua mereka, daripada mereka sendiri. Bahkan sampai warisan pun Zella dapat lebih awal. Mereka juga tidak bisa menggugat, karena semua surat-surat itu kekuatan hukumnya lengkap, semua harta hibah kedua orang tuanya untuk Zella didaftarkan pada Notaris.

"Entah apa pelet istrimu itu, sehingga ibu bersikeras menjodohkan kamu sama dia, bahkan almarhum Bapak begitu sayang padanya, aku tidak habis pikir, tanah perkebunan yang begitu luas di Batu Alam, Bapak berikan begitu saja pada Zella. Padahal anak Bapak itu kita, bukan Zella!"

"Masalah kebun itu sangat jelas, Bapak sakit hati sama kita berdua. Kamu lupa saat Bapak sakit parah dan masuk Rumah Sakit? Saat itu kita berdua bukan hanya tidak pulang saat Bapak manggil, tapi jarang menemani Bapak. Hanya Zella yang ada buat Bapak, padahal saat itu dia hamil Tifa," sela Akhsan.

"Wajarlah Zella yang stand by buat jaga Bapak atau ibu, kan dia nggak kerja, cuma selonjoran di rumah!" Ranti tidak terima disalahkan karena tidak mendapat warisan yang dia inginkan, dia merasa lebih berhak dari Zella, karena dia anak kandung, dan Zella hanya menantu.

"Kamu lupa Ran? Saat itu Bapak harus segera di operasi, kamu nggak bisa kasih dana, aku juga nggak bisa, karena kita berdua mementingkan keinginan kita. Kamu lupa siapa yang jadi pahlawan saat itu? Mamanya Zella, dia rela menjual kebun karetnya yang sangat produktif demi menyelamatkan Bapak. Saat itu ibu pengen jual kebun itu, tapi nggak ada yang beli. Lalu Bapak berikan kebun itu pada Zella adalah hal yang wajar, mungkin Bapak memberikan itu sebagai ganti tanah mama Zella yang dilepas karena menyelamatkannya."

"Kakak tuh sama aja kayak yang lain! Selalu nyalahin aku!"

"Bukan nyalahin kamu, tapi dalam permasalahan waktu itu kita berdua yang salah. Andai kita di posisi Bapak, bagaimana kita bisa tidak merasa kecewa? Anak yang dia besarkan selama ini, tidak peduli padanya saat dia terkapar di ranjang Rumah Sakit, dimana kita?"

"Males bahas itu! Intinya Bapaknya harusnya ngerti kesibukan kita!" Ranti tidak mau mengalah.

"Iya, Bapak ngerti jadi diam aja, lalu dia membalas kebaikan seseorang yang menolong dia waktu itu, sebagai anak, aku berusaha memahami keputusan Bapak, sebab itu aku mau tanda tangan saat kita menghadap Notaris."

"Ya iya kamu setuju, yang dapat istrimu! Tentu kamu akan menguasai tanah itu! Beruntung aku pintar, aku baru setuju tanda tangan, saat Bapak bersedia memberikan rumah ini untukku. Jadi ... Kakak harus ingat, rumah ini milikku! Nggak ada hak Kakak di sini!"

"Aku juga tahu ini rumahmu Ran ...."

"Nah, ngerti dong harusnya, kalau mau main kesini tuh izin aku dulu! Karena ini milik aku!"

Akhsan membeku mendengar kalimat yang tidak mengenakan itu. Seketika dia teringat keributan dia dan Zella saat dirinya kekeh memberikan semua yang diwariskan padanya pada Ranti.

Mohon dipikir ulang Bah, aku nggak masalah abah mau berikan semua harta abah untuk Ranti. Tapi bagaimana Tifa? Ada Abah sisihkan buat masa depan dia? Kita orang tuanya, kita yang bantu menyiapkan masa depan Tifa, agar dia memiliki tangga untuk meniti mimpinya.

Ranti itu adikku, apapun yang terjdi pada Tifa atau padaku, dia tidak akan diam saja. Dia pasti bantu!

Memiliki harta sendiri lebih baik bah, daripada menunggu bantuan orang lain. Abah berharap Ranti siap bantu? Mimpi bah! Bapaknya yang berjuang mati-matian untuknya dia abaikan, apalagi Abah yang hanya Kakaknya.

Halah! Kamu iri sama Ranti! Kamu saja yang pengen dapat warisan banyak dari Bapakku kan!? Aku tidak meminta persetujuanmu, semua warisan yang diberikan atas namaku, semua aku berikan pada Ranti!

Mengingat perdebatannya dengan Zella waktu dulu, membuat Akhsan semakin tersiksa. Apa yang Zella katakan benar-benar terjadi.

"Kamu kenapa begini Ran? Kamu lupa apa yang aku berikan sama kamu, nilainya melebihi rumah ini, tapi aku menginjakan kaki di sini saja kamu perhitungan begini."

"Aku mau tidur, males banget kalau mood aku hancur gara-gara ribut sama Kakak."

Setelah Ranti pergi, Akhsan segera menuju kamar yang dulu dia tempati sebelum menikah. Dia tidak habis pikir mengapa Adiknya begitu rakus akan warisan. Padahal dia sudah banyak mengalah, dan memberikan apa yang seharusnya untuknya pada Ranti. Tetap saja Ranti merasa tidak mendapat keadilan, dan berusaha mengusik tanah yang sudah diberikan pada Zella jauh sebelum Ayahnya meninggal.

Sedang di kediaman Zella.

Entah berapa lama waktu berlalu yang mereka habiskan untuk berbicara tanpa arah. Akhirnya 3 orang itu perlahan larut ke alam bawah sadar mereka. Zella masih menyelam dalam mimpi, namun suara panggilan pada handphonenya membuatnya kembali pada kenyataan.

Zella berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk menyapa indra penglihatannya. "Mama?" Zella terkejut melihat banyak panggilan tidak terjawab dari ibunya. Dia langsung menerima panggilan yang sama kembali masuk.

"Assalamu'alaikum, mama."

"Wa'alaikum salam. Zell ... kamu, Tifa, sama Akhsan baik-baik aja?"

Zella memejamkan kedua matanya.

Ya Rabb, maafkan aku, karena harus berbohong pada mama.

"Alhamdulillah ma, Zella baik. Mama gimana?"

"Mama juga baik, tapi mama nggak tau, akhir-akhir ini perasaan mama nggak enak, terus aja tiba-tiba kepikiran kamu."

"Mama ... jangan banyak pikiran. Aku baik ma ...."

"Mama juga nggak tahu kenapa bisa terus kepikiran kamu. Sekarang buka pintu, mama sudah di depan rumah kamu."

"Apa?" Zella masih tenggelam dalam keterkejutannya, tapi sedetik kemudian pintu rumahnya diketuk.

"Ini mama Zell ...."

"Perasaan seorang ibu Zell, bagaimana aja kamu bilang kamu baik, seorang ibu bisa merasakan sesuatu yang tidak beres." Alea samar mendengar obrolan Zella dan ibunya.

"Gimana ini Al? Aku nggak siap mama tahu tentang ini."

"Bukain pintu dulu, ajak masuk. Semoga saja mamamu tidak menguasai ilmu Nujum."

Zella bergegas menuju pintu dan membukanya. "Mama ...." Zella membuang napasnya lega saat sepasang matanya melihat sosok yang berjasa besar dalam hidupnya.

"Mama bikin jantung aku hampir lepas, aku pikir bercanda ...."

"Nanti bicaranya di dalam. Ajak mama masuk napa."

"Maaf ma, aku masih mikirnya ini mimpi, aku kangen sama mama, eh mama beneran ada di depan mata aku." Zella langsung menarik tas ibunya, dan mengajaknya masuk kedalam.

"Di dalam ada Alea juga, dia nemenin aku karena kak Akhsan lagi nginep di rumah ibu. Jadi mama tidur di kamar Tifa aja."

"Akhsan ke rumahnya? Kalian berantem?"

"Kenapa sih ma, setiap ada salah satu pasangan yang bermalam di rumah orang tuanya dianggap berantem?"

"Kali aja, mama cuma takut."

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

perasaan org tua itu peka , bila anak nya sedang ada masalah

2023-12-08

0

Riana

Riana

ho ho hoooo kamu dapat apa san🤣🤣🤣

tak dapat apa apa akhirnya

2023-10-08

0

Muzaata Alenmiyu

Muzaata Alenmiyu

lanjut thor 💪

2023-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!