"Assalamu'alaikum, tante Indri." sapa Alea.
"Wa'alaikum salam, tante senang lihat kamu di sini."
"Aku sama Zella bisnis tante, ada yang dibahas dan memastikan sesuatu, makanya aku nginep."
"Kamu bisnis apa Zella sama Alea?"
"Udah malam, mama istirahat dulu, nanti aku jelasin kalau sudah di kamar Tifa."
Sesampai di kamar Tifa, Zella menjelaskan bisnis apa yang dia jalankan bersama Alea.
"Sudah izin Akhsan?" ibunya memastikan.
"Kak Akhsan menyerahkan semua padaku, hal apa saja yang ingin aku lakukan, tapi aku tetap bilang kok."
"Yakin kamu nggak ada masalah?"
"Harus dengan cara apa aku meyakinkan mama kalau aku baik-baik aja?" Zella mengeluarkan isi tas besar ibunya, dan menata beberapa baju di lemari Tifa yang sengaja dia kosongkan jika ibunya berkunjung.
Jarak yang lumayan jauh, membuat ibunya selalu menginap jika berkunjung. Setelah anak majikannya selesai kuliah Indri berhenti bekerja sebagai pembantu, namun 2 tahun terakhir, ibu Zella kembali bekerja pada majikannya itu, karena sesuatu yang dialami majikan yang seperti anak sendiri itu, membuat Indri tidak tega menolak untuk tidak kembali.
Indri terus memandangi Zella, walau terlihat seperti biasa, entah dia tidak yakin anaknya baik-baik saja. Bagaimana pun bibir berkata baik-baik saja, seindah apa pun senyuman Zella, namun firasat seorang ibu mengatakan anaknya dalam masalah.
"Kamu tahu kan, kalau kamu itu dunia mama. Mama melakukan apa saja untuk kamu. Segala apa yang mama miliki semua mama berikan atas namamu."
Zella menghentikan pekerjaannya. "Aku sangat tahu, aku ingin seperti mama yang mencurahkan semua cinta untuk anaknya. Aku ingin Tifa bangga memiliki mama seperti aku, sebagaimana aku bangga memiliki mama sepertimu." Zella langsung memeluk ibunya.
"Kamu dan Tifa memiliki hidup yang berbeda. Kamu hanya memiliki mama yang berperan sebagai Ayah plus Ibu sekaligus. Tapi Tifa, dia memiliki keluarga lengkap. Insyha Allah, Tifa jauh lebih bahagia dari kamu."
Zella berusaha tersenyum, walau hatinya meringis.
Bagaimana aku bisa katakan sama mama, kalau kehidupan aku dan Tifa tidak akan berbeda.
Ibu Zella melepas pelukan mereka. "Mama akan sangat kecewa, jika kamu tidak mau cerita sama mama akan masalahmu, mama akan sangat sakit hati, jika suatu saat mama tahu masalahmu dari orang lain."
Air mata yang berusaha Zella tahan akhirnya lepas. Bendungan air mata itu bobol begitu saja. Zella terisak dan langsung memeluk ibunya.
"Aku sayang mama, aku nggak mau menyakiti mama dengan kesedihanku."
Indri menghela napasnya berulang kali. "Kamu punya masalah?"
Zella tidak menjawab, dia terus menumpahkan tangisnya di pelukan ibunya. Setiap tetes air mata yang Zella teteskan, bagaikan anak panah yang menusuk hati Indri. Indri berusaha tegar, walau air matanya meronta ingin lepas. Indri mengusap lembut punggung Zella, membiarkan putrinya menumpahkan segala rasa sesak yang memenuhi batinnya.
"Maafin aku, jika sampai sebesar ini aku hanya bisa membuat mama sedih karena kesedihanku," ringis Zella.
"Nggak begitu, justru mama akan sakit jika kamu tidak berani berbagi sama mama. Kamu menutup masalahmu dari mama, sama saja kamu menganggap mama mu ini orang lain."
Zella perlahan mengusap air matanya, dan melepaskan pelukan mereka. "Tapi Zella nggak tahu harus mulai cerita dari mana."
"Apa masalahmu?"
"Aku baru tahu Kak Akhsan punya bidadari kedua di belakang aku."
Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar hal ini. Ibu Zella tidak bisa menahan air matanya lagi.
Kesalahan besar apa yang aku perbuat di masa lalu, sehingga anakku juga merasakan kepedihan yang sama seperti yang aku alami? Jerit hati ibu Zella.
"Maafin aku ma, karena aku air mata mama tumpah lagi." Selain tidak ingin ibunya ikut sakit hati karena masalahnya, Zella takut ibunya teringat luka lama yang diberikan Ayahnya. Hal yang dia khawatirkan pun terjadi.
"Kamu nggak salah, Allah terlalu sayang sama kamu, sehingga memberi ujian seperti ini." Ibu dan Anak itu kembali berpelukan sambil menumpahkan tangis mereka.
Setelah merasa lebih tenang, ibu dan anak itu menyudahi tangis mereka, dan berusaha menghapus jejak kesedihan mereka.
"Terus, Akhsan tahu kalau kamu mengetahui rahasia dia?"
"Aku diam aja ma, aku ingin mengejutkan dia dengan datangnya surat panggilan sidang cerai."
"Cerai?" Indri sangat menyayangkan keputusan Zella.
"Aku hancur ma, dengan berpisah aku yakin bisa lebih baik."
"Kamu yang baik, kamu sudah memikirkan bagaimana Tifa?"
"Tifa akan baik-baik aja, seperti aku yang baik-baik aja walau tumbuh tanpa sosok Ayah."
"11 tahun kamu sama Akhsan, hanya karena orang ketiga, kamu melepaskannya begitu saja?"
Zella ingin protes, mengapa ibunya juga bercerai dari sang Ayah, apakah ibunya tidak mempertahankan? Tapi Zella menahan diri, karena dia tidak tahu bagaimana ibunya dulu berjuang dalam lautan rasa sakit. "Aku tidak sanggup bertahan ma, aku tidak sanggup akan ketidak adilan ini, dia menghabiskan sepanjang waktu bersama bidadari keduanya, dan mengabaikan aku dan anaknya."
"Mama tahu bagaimana rasa sakitmu, setidaknya berjuang di awal, agar tidak ada akhir yang memakai alasan rujuk alasan demi anak. Jika benar memikirkan anak, mengapa awalnya kalap mengambil langkah perpisahan?"
"Aku harus gimana mama?"
"Siapa bidadari kedua Akhsan?"
"Shamila."
"Astaghfirullah hal'Adzim." ibu Zella berulang kali menghela napasnya. Dia tidak habis pikir sosok yang pernah keluarganya bantu setega ini pada putrinya.
"Sepertinya dia mantan Kak Akhsan, aku masih ingat awal nikah Kak Akhsan rela ke desa Nadi demi ketemu Shamil."
"Tahan keinginanmu untuk mendaftarkan perceraian. Sabar sedikit sayang. Mama akan cari tahu mengapa Shamil mau menikah dengan Akhsan. Apakah Akhsan berbohong padanya kalau kalian cerai? Atau apalah itu, mama akan cari tahu."
"Semakin lama bersama kak Akhsan, semakin sakit ma."
"Sakit lagi sebuah penyesalan jika kamu keliru mengambil keputusan di awal. Dengarkan mama, mama nggak larang kamu ingin cerai, tapi sebelum keputusan besar itu kamu selami, mama ingin kamu bersabar."
"Aku nggak yakin bisa ma ...."
"Kamu pikir aja, Shamil itu lebih sukses dari Akhsan, masa tanpa suatu tujuan dia rela jadi istri kedua Akhsan dengan alasan cinta? Nggak mungkin hanya demi cinta dia mau sama laki-laki yang jauh di bawah dia? Andai Akhsan ngaku duda, emang Shamil sebodoh itu percaya? Sekarang mudah mencari informasi, beda dengan zaman dulu."
Zella berusaha mencerna perkataan ibunya.
"Andai di sini Akhsan korban, kamu rela membiarkan sosok yang belasan kamu cintai menjadi korban tanpa menolongnya?"
Zella terdiam, dia tidak bisa berpikir sampai sejauh itu, bagaimana kalau pernikahan ini Akhsan memang korban? Apalagi keluarga Shamil sama-sama memiliki ambisi yang besar.
"Sabar sayang, kita cari tahu dulu sebab pernikahan mereka. Pernikahan kedua dengan restu saja tetap sakit, apalagi seperti ini. Tapi itu suami kamu, sosok yang berjuang untukmu dan Tifa selama ini. Mama harap kamu berkenan untuk berjuang."
Mama benar, aku harus lebih sabar. Masalah uang, aku bisa ngutang ke Alea, atau minta sama mama untuk daftar sidang yang kisaran ratusan ribu. Hikmah aku tidak punya uang sendiri saat ini untuk mendaftarkan perceraian mungkin ini jalan dari Allah agar aku bersabar, dan mengambil keputusan di saat yang tepat. Batin Zella.
"Mama bisa pura-pura nggak tahu perkara ini?" Zella memastikan.
"Tentu, mama akan berusaha menutupinya. Walau sulit."
"Kita lanjut tidur ma. Sudah larut."
"Alea tahu hal ini?"
"Tahu, sebab itu dia menginap, dia takut aku bertindak gegabah jika hanya berdua sama Akhsan."
"Mama bahagia kamu memiliki sahabat sebaik Alea."
"Mama izin berapa hari sama majikan mama?"
"Mama cuti panjang, izin mama sih 6 bulan, tapi majikan Mama yang ganteng itu meminta mama kembali sebelum 6 bulan jika masalah mama selesai, tapi jika dalam waktu 6 bulan belum selesai, dia meminta izin untuk membantu menyelesaikan masalah mama."
"Tuan Alvin sangat sayang sama mama, sampai segitunya dia."
"Apa yang kita berikan dengan cinta, maka kita akan mendapat cinta yang lebih besar."
"Nggak semua ma. Aku mencurahkan semua cintaku pada Akhsan, apa yang dia berikan padaku? Sebuah luka yang tiada berdasar."
"Mungkin kesalahan kamu, kamu tidak menyertakan Allah dalam mencintai. Ingat cintai sesuatu karena Allah, dan membenci sesuatu karena Allah benci perkara itu."
Zella kembali membeku. "Mungkin ini teguran dari Allah, karena aku mencurahkan segalanya untuk Kak Akhsan, terkadang melupakan Allah."
"Segelap-gelapnya keadaan kita, tenang dulu, pasti ada sedikit cahaya di kegelapan itu." Indri memeluk putrinya. "Semoga semuanya bisa diperbaiki."
"Entahlah ma, aku tidak berharap untuk memperbaiki, tapi aku juga tidak bisa diam saja dalam kehancuran ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
ibu della cerdik
2025-03-09
0
Jeni Safitri
Ck ibu apa yg meminta anaknya bertahan sama suami yg sdh selingkuh bahkan poligami diam"
2024-09-06
1
Fahri Surbakti Fahri
buat sadar dulu ahksan nya dgn isteri ke 2 nya, habis tu baru tinggal kan
2023-10-14
0