Kesadaran Zella perlahan kembali, Zella berusaha keluar dari kenangan masa lalunya. Zella menghela napasnya berulang kali.
Di keadaanmu seperti saat ini, kemunculan Taufik sangat tidak baik. Ya Rabb ... kenapa aku harus bertemu orang di masa laluku, ENGKAU sangat tahu, kalau aku sudah merelakan semuanya jauh sebelum dia menikah, dan jauh sebelum aku menikah. keluh batin Zella.
"Zell, kamu lanjutin ya ...." ucap Alea.
"Kamu jualan di sini Zell?" sela laki-laki itu.
"Emm, teman saya ini yang memberikan ide dan resep jualan ini," sahut Alea.
"Owh ... pantas saja, setiap saya menikmatinya, membuat saya seakan kembali pada masa lalu."
"Masa lalu itu biarin di belakang kak, fokus menatap kedepan dan menata sebaik yang kita bisa," sela Zella.
"Ngomong mudah Zell, tapi prakteknya susah." Protes laki-laki itu.
"Kadang berak aja ada susahnya kak, nggak selalu nyemplung gitu aja, tinggal Kak Taufik mau berusaha atau enggak."
"Zell ... aku ini lagi makan loh, malah sebut berak ...."
"Maaf Kak Taufik," sesal Zella.
"Eh ... kalian saling kenal?" Alea menatap laki-laki itu dan Zella bergantian. "Kak Taufik? Bukannya nama Bapak tadi katanya Rahman kan?"
"Taufik Rahman."
Kata yang sama yang Zella dan laki-laki itu ucapkan. Hal ini semakin membuat Alea yakin, ada hal istimewa diantara pelanggan dan sahabatnya.
"Permisi ya kak, saya mau lanjutin bungkus pesanan." Zella berlalu begitu saja menuju tempat menggoreng jualan mereka.
"Benar katamu," ujar laki-laki itu, mengisyarat pada Alea. "Walau beda tangan, tidak akan mengecewakan. Yang Ragil sajikan memang enak, tapi yang ini jauh lebih enak."
Zella pura-pura tidak mendengar perkataan Taufik. Sedang Alea bingung bagaimana bersikap. Apapun yang terjadi pada Zella, saat ini status Zella masih istri orang. Alea sendiri tidak tahu apa status laki-laki di depannya ini.
"Dunia ini tiba-tiba terasa sempit Zell, aku nggak nyangka kita kembali dipertemukan," ucap Taufik.
Alea mulai ngeri dengan laki-laki itu, perlahan Alea mendekati Zella sambil membungkus pesanan laki-laki yang bernama Taufik Rahman itu.
"Jangan bilang dia mantan kamu," bisik Alea.
"Gimana ya? Bukan cuma mantan, lebih tepatnya dia cinta pertamaku," sahut Zella enteng, bahkan tatapannya masih fokus pada penggorengan.
"Apa ini yang dinamakan takdir, Zell? Onoh dipertemukan dengan cinta pertama lalu menikah, dan apakah pertemuan kalian ...." Alea mengisyarat akankah pertemuan Zella dan Taufik juga akan seperti Akhsan dan istri mudanya.
"Pasti ada terselip hikmah kenapa Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang pernah istimewa dalam hidup kita di masa lalu. Tapi ingat takdir Tuhan tiba-tiba berkata lain. Orang yang sangat dekat ... tiba-tiba menjauh oleh suatu sebab."
Alea kebingungan dengan perkataan Zella. Bukan dia tidak mengerti, wanita itu malah tersenyum.
"Menurut pandanganmu, apa hikmah dari pertemuan kita?" Tiba-tiba Taufik ada di dekat mereka.
"Sebab kita terhubung dulu adalah jalan yang salah. Dalam islam tidak diperbolehkan pacaran, tapi kita malah pacaran. Sehingga saat takdir tidak menyatukan kita, kita merasa sakit atas perpisahan, apapun sebab perpisahan itu tetap kita berdua merasa sakit."
Taufik menatap Zella begitu dalam, ingin rasanya mengatakan bagaimana kehidupan rumah tangganya selama ini.
"Apapun sebab pernikahan kita masing-masing, jangan dikeluhkan, terima dengan Ikhlas, dan ikhlaskan masa lalu yang dipaksa selesai," lanjut Zella.
"Misal ... kita tidak bisa mencintai pasangan?" sela Taufik.
"Aku juga menikah tanpa cinta, tapi aku bisa mencintai suamiku seiring berjalannya waktu, karena hubungan kami terjadi atas izin Allah. Rasanya alasan tidak saling cinta terasa aneh."
"Lalu ... apa hikmah dari pertemuan kita ini Zell?" tanya Taufik lagi.
"Sangka baik, mungkin Allah ingin kita menghapus dosa kita di masa lalu yang belum terhapus karena belum saling memaafkan."
"Ku rasa kak Taufik tahu, jenis dosa apa yang tidak terhapus walau kita sudah bertaubat dan meminta ampun pada Tuhan."
Taufik menarik napasnya begitu dalam, jujur dia tidak bisa melupakan Zella. belasan tahun bukan waktu yang sebentar. Tapi perasaan itu tetap kokoh, walau sudah ada perempuan yang berstatus sebagai istrinya di rumah.
"Itu adalah dosa sebab kedzaliman kita pada sesama makhluk," sambung Zella. "Allah tidak mengampuni kita jika hanya meminta maaf padaNYA. Allah akan mengampuni kita, jika kita meminta maaf pada yang bersangkutan terlebih dahulu atas kesalahan yang pernah kita lakukan dulu. Setelah meminta maaf, mendapat maaf, lalu saling memaafkan. Allah baru memaafkan kita."
Zella menatap 2 orang di dekatnya bergantian. "Bukankah mantan atau apapun itu sebutanya, dia juga mahkluk Allah? Pernahkah kita meminta maaf atas tangisnya yang sebab perbuatan kita? Pernahkah kita meminta maaf atas luka yang kita gores di hatinya? Satu lagi, pernahkah kita meminta maaf, karena menjadi patnernya melakukan kedosaan?"
"Beberapa tahun kemudian Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang pernah special di masa lalu seperti kita saat ini, pertemuan kita ini perlu direnungkan, pertemuan ini bukan untuk mengulang kisah masa lalu kita yang begitu indah, tapi untuk menyelesaikan sesuatu yang belum selesai namun kita anggap selesai."
Zella dan Alea selesai membungkus pesanan Taufik. Zella mematikan api kompor, dan membalikan tubuhnya menghadap Taufik.
"Kak, maafin aku. Aku tidak bisa menyebutkan satu per satu kesalahan aku. Yang jelas aku minta maaf karena pernah meninggalkan luka di hatimu dan membuatmu terpuruk," ucap Zella.
Taufik bingung harus menjawab apa, dia fokus pada pesanannya dan membayarnya pada Alea. Taufik segera pergi dan menuju mobilnya. Namun baru beberapa langkah, dia berhenti. "Sebelum kamu minta maaf, aku sudah maafin kamu Zell. Maafin aku juga atas segala kesalahan di masa lalu, tidak menutup kemungkinan hatimu dulu juga pernah sakit sebab aku."
Maafin aku juga Zell, karena sampai detik ini, aku masih cinta sama kamu. Padahal kamu istri orang, batin Taufik.
Taufik kembali mengayunkan sepasang kakinya meninggalkan tempat itu, dan masuk ke mobilnya. Dalam hitungan detik, mobil laki-laki itu tidak terlihat lagi.
Zella tersenyum pada Alea yang masih memandanginya tanpa berkedip.
"Sudah, aku sudah menyelesaikan semuanya tentang kisah masa laluku. Dengar sendiri kan dia sudah maafin aku, dan kami saling memaafkan," ucap Zella.
"Kata orang cinta pertama sulit dilupakan," ucap Alea.
"Seharusnya pertemuan dengan orang lama, sebut saja cinta pertama atau mantan-mantan, mungkin tujuan utama Allah pertemukan itu untuk saling memaafkan. Tapi sebagian orang malah terlena oleh kenangan masa lalu saat kembali bertemu, hingga mereka berusaha menghidupkan kembali kisah mereka."
Zella terbayang Akhsan dan Shamil, salah satu yang menghidupkan kisah lama mereka, tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang baru yang meniti masa depan dengannya. Mengingat sepasang manusia luknut itu, air mata Zella kembali mengalir deras.
"Ku rasa keputusan kamu pergi dari Akhsan adalah keputusan yang tepat. Aku dukung rencana kamu." Alea mengusap lembut punggung Zella.
Zella tidak bisa menjawab, dia berusaha menghapus air matanya. Dia tidak ingin putrinya melihat dirinya menangis.
"Zell, malam ini aku nginep di rumah kamu, aku mau nonton seri ikan pepes ala sahabat aku," ucap Alea.
"Dasar kamu ini!" Zella ingin memukul sahabatnya, namun Alea sudah lari terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
bagus ceritanya
2023-12-08
0
Riana
mau cinta keberapa selama itu yang paling dalam rasanya tapi tak bisa bersama rasa sakitnya tetap terasa
2023-10-06
0
Tri Oktifatun
auto gak mood lg buat makan 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-05
0