Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu

Kesadaran Zella perlahan kembali, Zella berusaha keluar dari kenangan masa lalunya. Zella menghela napasnya berulang kali.

Di keadaanmu seperti saat ini, kemunculan Taufik sangat tidak baik. Ya Rabb ... kenapa aku harus bertemu orang di masa laluku, ENGKAU sangat tahu, kalau aku sudah merelakan semuanya jauh sebelum dia menikah, dan jauh sebelum aku menikah. keluh batin Zella.

"Zell, kamu lanjutin ya ...." ucap Alea.

"Kamu jualan di sini Zell?" sela laki-laki itu.

"Emm, teman saya ini yang memberikan ide dan resep jualan ini," sahut Alea.

"Owh ... pantas saja, setiap saya menikmatinya, membuat saya seakan kembali pada masa lalu."

"Masa lalu itu biarin di belakang kak, fokus menatap kedepan dan menata sebaik yang kita bisa," sela Zella.

"Ngomong mudah Zell, tapi prakteknya susah." Protes laki-laki itu.

"Kadang berak aja ada susahnya kak, nggak selalu nyemplung gitu aja, tinggal Kak Taufik mau berusaha atau enggak."

"Zell ... aku ini lagi makan loh, malah sebut berak ...."

"Maaf Kak Taufik," sesal Zella.

"Eh ... kalian saling kenal?" Alea menatap laki-laki itu dan Zella bergantian. "Kak Taufik? Bukannya nama Bapak tadi katanya Rahman kan?"

"Taufik Rahman."

Kata yang sama yang Zella dan laki-laki itu ucapkan. Hal ini semakin membuat Alea yakin, ada hal istimewa diantara pelanggan dan sahabatnya.

"Permisi ya kak, saya mau lanjutin bungkus pesanan." Zella berlalu begitu saja menuju tempat menggoreng jualan mereka.

"Benar katamu," ujar laki-laki itu, mengisyarat pada Alea. "Walau beda tangan, tidak akan mengecewakan. Yang Ragil sajikan memang enak, tapi yang ini jauh lebih enak."

Zella pura-pura tidak mendengar perkataan Taufik. Sedang Alea bingung bagaimana bersikap. Apapun yang terjadi pada Zella, saat ini status Zella masih istri orang. Alea sendiri tidak tahu apa status laki-laki di depannya ini.

"Dunia ini tiba-tiba terasa sempit Zell, aku nggak nyangka kita kembali dipertemukan," ucap Taufik.

Alea mulai ngeri dengan laki-laki itu, perlahan Alea mendekati Zella sambil membungkus pesanan laki-laki yang bernama Taufik Rahman itu.

"Jangan bilang dia mantan kamu," bisik Alea.

"Gimana ya? Bukan cuma mantan, lebih tepatnya dia cinta pertamaku," sahut Zella enteng, bahkan tatapannya masih fokus pada penggorengan.

"Apa ini yang dinamakan takdir, Zell? Onoh dipertemukan dengan cinta pertama lalu menikah, dan apakah pertemuan kalian ...." Alea mengisyarat akankah pertemuan Zella dan Taufik juga akan seperti Akhsan dan istri mudanya.

"Pasti ada terselip hikmah kenapa Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang pernah istimewa dalam hidup kita di masa lalu. Tapi ingat takdir Tuhan tiba-tiba berkata lain. Orang yang sangat dekat ... tiba-tiba menjauh oleh suatu sebab."

Alea kebingungan dengan perkataan Zella. Bukan dia tidak mengerti, wanita itu malah tersenyum.

"Menurut pandanganmu, apa hikmah dari pertemuan kita?" Tiba-tiba Taufik ada di dekat mereka.

"Sebab kita terhubung dulu adalah jalan yang salah. Dalam islam tidak diperbolehkan pacaran, tapi kita malah pacaran. Sehingga saat takdir tidak menyatukan kita, kita merasa sakit atas perpisahan, apapun sebab perpisahan itu tetap kita berdua merasa sakit."

Taufik menatap Zella begitu dalam, ingin rasanya mengatakan bagaimana kehidupan rumah tangganya selama ini.

"Apapun sebab pernikahan kita masing-masing, jangan dikeluhkan, terima dengan Ikhlas, dan ikhlaskan masa lalu yang dipaksa selesai," lanjut Zella.

"Misal ... kita tidak bisa mencintai pasangan?" sela Taufik.

"Aku juga menikah tanpa cinta, tapi aku bisa mencintai suamiku seiring berjalannya waktu, karena hubungan kami terjadi atas izin Allah. Rasanya alasan tidak saling cinta terasa aneh."

"Lalu ... apa hikmah dari pertemuan kita ini Zell?" tanya Taufik lagi.

"Sangka baik, mungkin Allah ingin kita menghapus dosa kita di masa lalu yang belum terhapus karena belum saling memaafkan."

"Ku rasa kak Taufik tahu, jenis dosa apa yang tidak terhapus walau kita sudah bertaubat dan meminta ampun pada Tuhan."

Taufik menarik napasnya begitu dalam, jujur dia tidak bisa melupakan Zella. belasan tahun bukan waktu yang sebentar. Tapi perasaan itu tetap kokoh, walau sudah ada perempuan yang berstatus sebagai istrinya di rumah.

"Itu adalah dosa sebab kedzaliman kita pada sesama makhluk," sambung Zella. "Allah tidak mengampuni kita jika hanya meminta maaf padaNYA. Allah akan mengampuni kita, jika kita meminta maaf pada yang bersangkutan terlebih dahulu atas kesalahan yang pernah kita lakukan dulu. Setelah meminta maaf, mendapat maaf, lalu saling memaafkan. Allah baru memaafkan kita."

Zella menatap 2 orang di dekatnya bergantian. "Bukankah mantan atau apapun itu sebutanya, dia juga mahkluk Allah? Pernahkah kita meminta maaf atas tangisnya yang sebab perbuatan kita? Pernahkah kita meminta maaf atas luka yang kita gores di hatinya? Satu lagi, pernahkah kita meminta maaf, karena menjadi patnernya melakukan kedosaan?"

"Beberapa tahun kemudian Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang pernah special di masa lalu seperti kita saat ini, pertemuan kita ini perlu direnungkan, pertemuan ini bukan untuk mengulang kisah masa lalu kita yang begitu indah, tapi untuk menyelesaikan sesuatu yang belum selesai namun kita anggap selesai."

Zella dan Alea selesai membungkus pesanan Taufik. Zella mematikan api kompor, dan membalikan tubuhnya menghadap Taufik.

"Kak, maafin aku. Aku tidak bisa menyebutkan satu per satu kesalahan aku. Yang jelas aku minta maaf karena pernah meninggalkan luka di hatimu dan membuatmu terpuruk," ucap Zella.

Taufik bingung harus menjawab apa, dia fokus pada pesanannya dan membayarnya pada Alea. Taufik segera pergi dan menuju mobilnya. Namun baru beberapa langkah, dia berhenti. "Sebelum kamu minta maaf, aku sudah maafin kamu Zell. Maafin aku juga atas segala kesalahan di masa lalu, tidak menutup kemungkinan hatimu dulu juga pernah sakit sebab aku."

Maafin aku juga Zell, karena sampai detik ini, aku masih cinta sama kamu. Padahal kamu istri orang, batin Taufik.

Taufik kembali mengayunkan sepasang kakinya meninggalkan tempat itu, dan masuk ke mobilnya. Dalam hitungan detik, mobil laki-laki itu tidak terlihat lagi.

Zella tersenyum pada Alea yang masih memandanginya tanpa berkedip.

"Sudah, aku sudah menyelesaikan semuanya tentang kisah masa laluku. Dengar sendiri kan dia sudah maafin aku, dan kami saling memaafkan," ucap Zella.

"Kata orang cinta pertama sulit dilupakan," ucap Alea.

"Seharusnya pertemuan dengan orang lama, sebut saja cinta pertama atau mantan-mantan, mungkin tujuan utama Allah pertemukan itu untuk saling memaafkan. Tapi sebagian orang malah terlena oleh kenangan masa lalu saat kembali bertemu, hingga mereka berusaha menghidupkan kembali kisah mereka."

Zella terbayang Akhsan dan Shamil, salah satu yang menghidupkan kisah lama mereka, tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang baru yang meniti masa depan dengannya. Mengingat sepasang manusia luknut itu, air mata Zella kembali mengalir deras.

"Ku rasa keputusan kamu pergi dari Akhsan adalah keputusan yang tepat. Aku dukung rencana kamu." Alea mengusap lembut punggung Zella.

Zella tidak bisa menjawab, dia berusaha menghapus air matanya. Dia tidak ingin putrinya melihat dirinya menangis.

"Zell, malam ini aku nginep di rumah kamu, aku mau nonton seri ikan pepes ala sahabat aku," ucap Alea.

"Dasar kamu ini!" Zella ingin memukul sahabatnya, namun Alea sudah lari terlebih dahulu.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

bagus ceritanya

2023-12-08

0

Riana

Riana

mau cinta keberapa selama itu yang paling dalam rasanya tapi tak bisa bersama rasa sakitnya tetap terasa

2023-10-06

0

Tri Oktifatun

Tri Oktifatun

auto gak mood lg buat makan 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-10-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!