Flash Back
Pernikahan adalah puncak keinginan dari sepasang kekasih yang saling mencinta, namun saat mencapai titik itu, ternyata pernikahan bukan final dari sebuah hubungan, setelah sampai di titik itu, pernikahan adalah pintu yang baru untuk kehidupan selanjutnya. Pernikahan Zella dan Akhsan bukan karena dasar saling cinta, tapi perjodohan.
Zella tidak mempermasalahkan sebab pernikahannnya, yang dia tahu dia sudah menikah dan menjadi seorang istri, tugas istri yang selalu dia junjung. Akhsan yang terlihat bahagia, dan menjalankan perannya sebagai suami dengan baik, membuat Zella meyakini, Akhsan juga sama sepertinya, menerima pernikahan ini dengan Ikhlas.
Seminggu setelah menikah, Akhsan mengajak Zella jalan-jalan menyusuri desa-desa disekitar desa Zella. Hingga mereka sampai di suatu desa.
"Kak, ini tuh desa Nenek aku. Aku juga punya banyak teman di sini, Nesha, Rema, Shamil, mereka kalau aku ke sini, selalu nyambut aku."
Mendengar nama Shamil, seketika wajah Akhsan berubah. "Shamil yang nikah sama Nadi orang Provinsi sebelah?"
"Kok Kakak tau Shamil nikah ama orang provinsi sebelah?"
"Shamil itu pacarnya Ari. Aku tau cerita dari Ari."
"Owh ...."
"Kita ke desa suami Shamil, kamu tau rumah mereka kan?"
"Nggak tau juga sih Kak, aku emang kenal sama Nadi. Tapi nggak terlalu kenal banget juga sekedar tahu."
Detik itu, Akhsan langsung tancap gas menuju desa yang ada di provinsi lain, di mana di desa itu adalah tempat tinggal wanita yang bernama Shamil.
"Kakak Yakin Shamil mantan pacarnya Ari?" Zella memikirkan hal aneh, sepenting itukah mantan pacar teman?
"Kalau kamu ketemu Ari, tanya langsung aja."
Perjalanan 1 jam yang ditempuh, akhirnya mereka sampai di desa suami Shamil.
"Nah itu Shamil!" Zella menunjuk sepasang suami istri yang berjalan bersama.
Entah keberuntungan apa yang tergaris buat Akhsan, mereka berpapasan dengan Shamil yang berjalan bersama suaminya, terlihat laki-laki yang berjalan bersama Shamil membawa perlengkapan berkebun.
"Shamil ...." Zella melambaikan tangannya kearah Shamil.
Wajah Shamil yang tadinya dihiasi senyuman kala bercanda dengan suaminya, seketika berubah melihat sosok laki-laki yang datang bersama Zella. Shamil mematung menatap laki-laki yang membonceng Zella.
"Cie ... pengantin baru mesra banget ...." goda Zella.
"Apaan baru, kita udah lama nikah, kayaknya kalian yang pengantin baru, aroma melati aja rasanya masih tercium," balas Nadi.
Zella seketika menggaruk kepalanya yang terbungkus kerudung persegi empat. Memang benar adanya, mereka berdua baru menikah seminggu yang lalu. "Lagi berkebun apa?" Zella berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ini lagi nanam cabe sama pare, yuk ikut kami ke kebun." ajak Nadi.
Tanpa Zella dan Nadi sadari, Shamil dan Akhsan saling tatap begitu dalam. Akhsan menatap Shamil dengan tatapan yang menyedihkan, sedang Shamil merasakan rasa sakit yang Akhsan rasa, sampai air mata Shamil menetes. Shamil buru-buru mengusap air matanya sebelum disadari oleh suami dan temannya. Sedang Nadi dan Zella terus berbicara banyak hal. Zella terus menanyakan kegiatan Nadi dan Shamil.
"Shamil, baru-baru ini kamu ada pulang ke desa?" tanya Zella.
Sontak pertanyaan Zella memutus kontak batin antara Shamil dan Akhsan.
"Am, ada seminggu yang lalu aku pulang, acara 4 bulanan di sana," sahut Shamil.
"Masya Allah, kamu sekarang hamil? Tapi beneran aku nggak nyangka kamu hamil, kamu masih kayak gadis aja tau, ih perutmu bener-bener nggak keliatan." Zella ikut bahagia mendengar momen bahagia temannya itu.
"Hamil tapi berkebun? Kamu nggak takut anakmu dan kamu kenapa-napa?" ucap Akhsan pada Shamil bernada sinis.
"Shamil ikut ke kebun dia duduk di pondokan melihat kami bekerja, bukan melakukan pekerjaan di kebun, katanya bosan di rumah sendirian," sela Nadi.
"Baru sampai kalian? Ayo Shamil, duduk sini, Kakak sudah siapin tempat duduk empuk buat kamu," sambut seorang wanita yang berusia 40 tahunan dari arah pondok.
Wanita itu menatap pada Zella. "Ini Zella ya?"
"Kok Kakak tau?" tanya Nadi pada Kakak perempuannya yang menunggu mereka di pondok.
"Ya tahu, setahun yang lalu kan sering dibahas emak-emak diwarung, yang topik hangat--" Wanita itu langsung menahan ucapannya, dia ingin menjaga perasaan laki-laki yang menderet motornya di belakang Zella. Dia yakin Zella datang bersama laki-laki itu.
Zella bernapas lega, dia sangat tidak enak pada Akhsan, jika Akhsan mendengar dia gagal menikah dengan seorang pemilik tanah terluas di desa Nadi. Karena hubungannya dengan juragan tanah itu membuat Zella dikenal oleh beberapa pemuda di desa Nadi.
"Wah itu semangka udah panen ya?" tunjuk Zella pada perkebunan Semangka di dekat pondok Nadi.
"Iya itu punya juragan Taufik," sela Nadi.
"Owh." Zella menghentikan langkahnya, hampir saja dia berlarian ke sana.
"Eh ini Zella?" sapa salah satu pekerja kebun
"Iya Pak, aku Zella."
"Sini kalau mau semangka," panggil salah satu pengurus kebun yang mengenali Zella.
"Makasih Pak, saya suka liatinnya aja." Zella kembali ke pondok dan duduk di dekat Shamil.
"Ini aku tinggal ya, aku mau lanjut perawatan tanaman aku," sela Nadi.
Shamil dan Zella menganggukan kepalanya merespon ucapan Nadi. Merasa di pondok hanya ada bertiga, Akhsan memikirkan cara untuk bisa berbicara dengan Shamil. Hamparan perkebunan semangka di sisi pondok itu membuat ide muncul di kepala Akhsan.
"Semangkanya segar kayaknya, kalau beneran mau dikasih, aku pengen dek," ucap Akhsan.
"Nggak enak minta," tolak Zella.
"Beli aja, moga mereka mau jual buat kita nikmatin di sini," alasan Akhsan. Harapannya Zella pergi dari pondok ini.
"Kakak aja ya ...." Zella tidak mau kesana, dia takut kalau bertemu Taufik di tempat itu.
"Yang baru dipanen emang seger kak, tapi rasanya tidak menyeluruh manis, enakan yang sudah didiamkan sehari dua hari setelah panen, rasanya manis poll!" sahut Zella.
"Suamimu ingin semangka baru dipanen kau malah promo semangka manis." Shamil beringsut dari posisinya.
"Mau ke mana kamu?" Akhsan panik melihat Shamil bersiap pergi, alasannya ingin semangka hanya untuk membuat Zella pergi.
"Tunggu sebentar biar aku yang mintain semangka sama pak Mandor," sahut Shamil.
"Jangan Mil, aku aja. Orang hamil kok ngayap dikebun, bahaya! Semangka itu ukurannya juga gede! Bebannya berat! Kalau kamu kenapa-napa aduh bisa nggak bisa pulang kami di pasung Nadi!" sela Zella.
Zella segera menuju kebun semangka milik laki-laki yang batal jadi suaminya itu. Seiring langkah kakinya, dia terus berdo'a agar tidak bertemu Taufik mau pun istri dari laki-laki itu, atau ibu dari Taufik. Kedua wanita itu selalu menyalahkan Zella jika Zella dan Taufik tidak sengaja bertemu.
Zella menghampiri mandor kebun itu. "Pak, boleh beli semangkanya satu? Itu suami saya pengen Pak."
"Wah udah nikah neng?"
"Alhamdulillah Pak, akhirnya jodoh saya sampai." Zella tetap memasang senyum manisnya.
"Ambil aja yang mana neng mau, bawa dah sekuat neng bisa, gratis! Nanti saya yang izin sama juragan."
"Iya Pak, makasih ya." Zella antusias, dia terus mengamati buah-buah semangka yang berukuran besar.
Hingga bayangan teduh melindunginya dari teriknya sinar matahari. "Cintamu begitu luar biasa, kamu rela panas-panasan demi suami kamu, sedang suami kamu enak duduk santai di tempat teduh mengobrol sama istri orang." Laki-laki itu mengisyarat kearah pondok Nadi dengan pandangannya.
Melihat siapa yang melindunginya dari sinar matahari, Zella buru-buru memetik salah satu buah semangka yang ada di dekatnya. "Makasih ya buahnya." Zella buru-buru pergi, dia tidak ingin ada desas desus goib yang mengundang kemarahan ibu dan istri Taufik.
Sedang di pondok tempat Shamil dan Akhsan berteduh.
"Kalau kamu akan nikah, terus apa untungnya bagimu membuatku jatuh cinta padamu? Apa maksudmu memberi harapan padaku saat itu?" ucap Akhsan lemah.
"Aku juga enggak tahu, pertemuan kita di tempat kerja membuat hati kita terikat kuat tanpa kita sadari, andai aku tahu begini, aku juga akan jauhin kamu dari awal! Kamu pikir mudah menjalani kehidupan yang ku jalani saat ini? Sedang ada orang lain yang tidak mau pergi dari hati aku?"
Keduanya beradu tatap, pandangan mereka terlihat sangat dalam, pancaran mata mereka sangat jelas memancarkan cinta yang terpaksa mereka pendam. Shamil membuang pandangannya ke arah lain, hingga mata Shamil tertuju pada Zella yang saat ini mulai berjalan ke arah mereka sambil membawa buah semangka yang besar.
"Lagian kamu udah nikah sama Zella, aku juga udah nikah dan sebentar lagi punya anak." Shamil mengusap perutnya yang belum terlalu jelas menyembul.
Obrolan kedua orang itu berhenti, saat Zella dan sesosok pria gagah yang membawa semangka besar berjalan di belakang Zella semakin mendekat. Akhsan terperanjat saat pria itu merebut buah semangka yang Zella pegang dan berjalan cepat kearahnya membawa kedua semangka itu.
Brukk!
Semangka yang laki-laki itu bawa dia letakan di pondok Nadi. "Aku nggak yakin kamu ini laki-laki, masa tega biarin wanita bawa beban berat dibawah teriknya matahari. Sedang kamu asyik ngobrol sama istri orang!" Laki-laki itu segera pergi.
"Zell, kok kamu nggak panggil aku kalau semangkanya berat?" ucap Akhsan.
"Emang ada semangka besar yang ringan? Tapi nggak apa-apa lah, demi kamu bagiku itu masih ringan," ucap Zella.
*
Waktu terus berjalan, selama di pondok, Akhsan sesekali mencuri pandang pada Shamil. Sedang Zella asyik menggerecoki Kakak perempuan Nadi dan pekerja kebun yang lain. Menunggu di pondok dia bosan, karena suaminya tidak mau diajak pulang. Alasannya pemandangan di kebun itu sangat indah, dan ingin dia nikmati selama yang dia bisa. Ya, pemandangan di sana memang indah, namun bukan keindahan alam yang ada di sana membuat Akhsan tidak mau pulang, tapi dia ingin memandangi wanita cantik yang membawa hatinya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
cinta memang rumit dan tdk berlogika
2023-12-08
0
Riana
harapanku tak sama dg harapanmu ternytaa
2023-08-26
0
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Kok sakit hati yaaa, serasa jadi Zella, rasanya nyesek banget saat tahu suami saling tatap dengan cinta masa lalunya. Huufft... sabar, ini masih permulaan 😥😥
2023-08-16
0