Setelah menceritakan semuanya pada ibunya, Zella meminta ibunya segera tidur dan dia kembali keluar di mana ada Tifa dan Alea. Melihat mata Zella sembab, Alea yakin Zella sudah menceritakan semuanya pada ibunya.
"Apa komentar mamamu?"
"Mama tidak setuju aku langsung mendaftarkan perceraian, mama minta aku bersabar. Mama berjanji akan mencari tahu apa sebab pernikahan mereka."
"Apapun sebabnya, yang jelas Akhsan sudah menyakitimu! Aneh ya mama mu, kalau aku di posisi mama mu, akan ku sunat lagi burung tak bersayap punya Akhsan!" Alea emosi.
"Astahgfirullah kata-katamu Al ... pantas saja Allah saat ini menggariskan kamu masih sendiri, maaf bukan ngatain kamu jomblo, sangat jelas Allah ingin kamu menata hidupmu lebih baik lagi, mungkin laki-laki yang ditakdirkan Allah untuk menjadi suamimu, manusia pilihan."
"Itu mah aku yakin, aku saat ini masih jauh dari kata baik, dan saat yang tepat Allah akan pertemukan aku dengan laki-laki terbaik itu untukku."
"Aamiin ...." Perlahan Zella membaca do'a tidur, bersiap melanjutkan kembali perjalanan alam bawah sadarnya.
"Zell, seingatku pelanggan pertama tadi siang laki-laki yang baik, apa sebab kalian tidak sampai ke pernikahan?"
"Ya karena nggak jodoh, pastinya Allah persiapkan wanita yang lebih baik untuk dia, karena dia orang yang sangat baik."
"Ya, aku bisa rasakan itu kalau dia baik, pertemuan pertama saja aku mengagumi dia." Alea membayangkan asyiknya berbincang dengan mantan Zella.
"Huss! Itu laki orang loh!" sambar Zella.
"Iya-iya, makasih udah dikasih tau kalau itu punya orang."
"Tidur gih, besok kita lanjut berjuang!"
"Iya-iya!"
Zella memejamkan kedua matanya. Benar kata ibunya, Allah sangat sayang padanya, setiap permasalahan yang dia hadapi, Allah selalu memberi pertolongan dengan cara-NYA. Sebelumnya Zella bingung bagaimana Tifa jika dia berjualan. Di luar dugaannya, ternyata ibunya datang.
Ujian dari-MU kali ini sangat berat Ya Rabb, aku hampir menyerah menerima garis hidupku. Terserah ENGKAU ya Rabb mengatur kehidupanku, aku milikMU dan ENGKAU lebih tau apa yang terbaik untukku. Aku mohon ya Rabb, selalu temani aku walau seburuk apapun keadaanku. Sepahit apapun ujian dariMU. Lapangkan hatiku untuk menerima segala takdir yang telah aku setujui saat aku berada di alam rahim ibuku. Maafkan aku yang sering melupakan-MU, karena rasa sakit terbesar saat menjalani hidup ini bila jauh dari-MU.
Keadaan pun seketika hening, semua orang sudah berlabuh ke alam mimpi. Entah berapa lama mata Indri terpejam. Mengingat apa yang Zella alami saat ini membuat mata Indri kembali terbuka. Indri bangun dari tidurnya, dan pelan-pelan membuka pintu kamar. Saat pintu kamar terbuka, terlihat Zella, Alea, dan Tifa tidur begitu lelap. Indri memandangi wajah Zella dan Tifa bergantian.
Aku selalu berdo'a akan kebahagiaan kalian, ternyata Allah memberi ujian yang diluar dugaan. Ya Allah, bantu kami melewati semua cobaan ini. Aku sangat yakin, ENGKAU menyusun kebahagiaan untuk mereka yang tidak bisa kami tebak, karena itu pasti sangat indah
Indri meneruskan langkah menuju kamar mandi, karena rumah Zella hanya memiliki satu kamar mandi dan satu toilet. Setelah mengambil air wudhu, Indri kembali ke kamar Tifa yang dia tempati.
Selesai melakukan sholat sunnah, Indri bersujud begitu lama di sujud terakhirnya.
Aku tidak tahu harus memulai dari mana, izinkan aku mencari tahu kenapa pernikahan kedua menantuku terjadi. Aku juga tidak menyukai perceraian, namun membiarkan anakku berenang dalam rasa sakit aku juga tidak bisa. Ya rabb, jika pernikahan itu Akhsan tidak bersalah, bukakan pintu maaf di hati Zella untuk Akhsan. Buat Zella bisa mengatasi rasa sakitnya. Jika pernikahan ini memang keinginan Akhsan, beri kami jalan untuk mengakhiri ikatan suci ini dengan jalan yang baik. Munajat hati Indri.
Setelah mengadukan segala masalahnya pada sang pencipta, Indri merasa lebih tenang. Dia kembali melanjutkan tidurnya.
Malam berlalu terasa begitu singkat, aktivitas pagi terasa berbeda di rumah Zella, karena tambahan anggota. Setelah melakukan kewajiban subuh, mereka berkumpul di dapur saling bantu untuk memasak bahan yang ada.
"Maaf ya ma, Alea, karena yang ada di dapurku cuma ada ini." Zella menyodorkan masakan yang dia masak.
"Alhamdulillah Zel, ini namanya rezki," sahut Alea.
"Ma, mama keberatan nggak nemenin Tifa saat aku dagang?" tanya Zella.
"Mama di sini ya untuk kalian berdua, posisi apa yang kamu butuhkan untuk mama isi, ya mama siap."
"Maaf ya ma, aku selalu repotin mama."
"Mama bahagia masih bisa bermanfaat untuk anak mama." Perhatian Indri tertuju pada Tifa. "Tifa mau kan sama Nenek di rumah?"
"Mau banget Nek! Tapi nemenin mama jualan juga asyik."
"Sesekali boleh, kalau tiap hari, mama takut Tifa sakit karena kelelahan. Jadi demi kebaikan bersama, tifa sama Nenek dulu."
"Iya ma." sahut Tifa
"Oh iya Zell, mama niatnya mau jalan-jalan, mama boleh ajak Tifa sama mama kan?"
"Tentu aja ma, mama ibu terbaik, aku percayakan Tifa sama mama."
"Ya udah, nanti biar Nenek yang antar Tifa ke sekolah ya ...."
"Mama nggak capek?" Zella takut ibunya belum cukup beristirahat.
"Mama capek kalau diam saja."
"Kalau gitu motor aku, aku tinggal di rumah, semoga mama masih ingat cara bawa motor."
"Enak aja naik motor, mama mau cari taksi online."
"Hmmm, terserah mama."
Obrolan terpaksa berakhir, karena benda pipih persegi panjang milik Indri berdering. Terlihat nama majikannya yang memanggilnya.
"Duh! Semoga aja baginda raja nggak minta mama kerja sekarang!" dumel Indri, dia segera menerima panggilan itu.
"Selamat pagi Tuan."
"Ammak, kota tinggal anak ammak jauh nggak sama kota ...." orang di ujung telepon menyebutkan alamat lengkap sebuah kota.
"Nggak jauh, kenapa Tuan?"
"Aku mau ke sana, ada masalah di peternakan ayam potong dan ayam petelurku."
"Masalah peternakan, apa masalah kamu yang tidak bisa jauh dari saya?" goda Indri.
"Ahh sepertinya ini juga salah satu masalah saya, ammak bisa susul saya ke sana ya ammak ...."
"Alvin ... kapan urusan saya selesai kalau harus nempel sama kamu."
"Nggak bisa ya ammak?"
"ammak pikirin dulu ya nak."
"Aduh ... hati saya sakit ammak ...."
"Aduh ... kepala saya juga mendadak sakit gara-gara kamu! Intinya, kalau bisa, saya akan kabari lagi." Indri harus menyudahi sambungan telepon mereka, karena dia harus bersiap untuk mengantar Tifa ke Sekolah.
"Kalau majikan mama butuh mama, ya mama temani dia aja nggak apa-apa," sela Zella.
"Kerja mah nggak ada habisnya, sudah cukup banyak waktu mama yang hilang karena sibuk ngebabu. Rasanya kemaren itu mama baru ngeden kamu, eh tiba-tiba kamu dah nikah aja."
"Mana ada begitu, Saat aku lolos SMA, mama sudah berhenti kerja walau sebentar, itu rasa sayang mama karena mama kepikiran dan takut aku nggak ada yang jagain."
"Tetap saja sebagian besar waktu mama habis buat bekerja, mama tidak ada disisimu sepanjang waktu untukmu, kamu itu di jaga sama Nenekmu!"
Indri menghela napasnya. "Sebanyak apapun waktu mama sama kau, rasanya masih kurang, makanya jika mama cuti, mama pengen isi waktu mama sama kalian."
***
Setelah taksi online yang Indri pesan tiba, Indri segera mengajak Tifa untuk berangkat. Sedang Zella dan Alea, segera menuju rumah Alea, untuk mengawasi pekerja yang mengupas pisang, mempersiapkan sambal untuk pisang geprek, dan kuah dari gula merah dan santan kelapa untuk pisang gapit.
Sepanjang jalan Indri terus mengajak Tifa membahas banyak hal, hingga saat mobil tak jauh dari gerbang sekolah, Indri merasa mengenal sosok yang baru saja melintas di gerbang itu.
"Bukannya itu Nadi?" gumam Indri.
Aku ingin mencari tahu sebab pernikahan Akhsan, langkah baik jika aku mencari tahu sebab perceraian Nadi dan Shamil. Aku harus mencari jalan untuk berbicara dengan Nadi.
"Nenek, kita sampai!" seru Tifa.
"Iya sayang, ayok kita masuk." Indri sengaja meminta sopir taksi itu pergi, dia berharap Nadi memberinya tumpangan saat melihatnya nanti.
Indri dan Tifa berjalan bersama melewati gerbang sekolah. Tifa dengan bangga memperkenalkan Neneknya pada teman-teman yang menanyakan sosok yang datang bersamanya. Setelah memastikan Tifa masuk ke Sekolahnya, Indri segera berjalan menuju jalan besar, dia berusaha memperkirakan arah Nadi pulang.
"Assalamu'alaikum, tante Indri?"
"Rasa kenal, siapa ya?" Indri pura-pura tidak mengenali Nadi.
"Aku Nadi, anak buahnya--" Nadi ragu menyebut nama juragan Taufik.
"Masyha Allah, Nadi? Apa kabar kamu?"
"Alhamdulillah, baik tante. Eh tante Indri sendiri ngapain di sini? Zella mana?"
"Owh ... Zella lagi persiapan jualan sama temannya, tante di sini baru antar Tifa. Kamu sendiri?"
"Aku juga antar Anak aku tante, sejak kami semua meninggalkan desa, sulit bagi saya mencari Sekolah yang disukai anak saya. Alhamdulillah, ada yang buat dia betah."
"Pergi sedesa? Kenapa?"
"Desa kami kena area tambang batu bara."
"Wah, banyak dong isi rekeningnya, boleh ngintip nggak?"
Nadi tertawa mendengar candaan Indri.
"Tante mau kemana?"
"Tante mau belanja, tapi nggak tahu pasar modern di sini di mana, mau pulang tapi bahan makanan belum Zella beli."
"Sini aku antar, aku dan juragan Taufik salah satu pemasok sayuran di pasar traditional di sini, aku antar tante buat belanja."
Alhamdulillah, rencana pertamaku berjalan lancar. Semoga mendapatkan hasil yang aku harapkan.
Indri segera naik ke jok belakang motor Nadi, motor itu pun perlahan meninggalkan area Sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
strawberry
bukankah zella dapat hibah kebun dari papanya akshan? mungkin itu alasan shamilah mau menikah dgn akshan. untuk membujuk akshan agar zella mau menjual kebunnya.
2024-02-26
1
Fahri Surbakti Fahri
semoga dpt titik terang ya mama...semangat untuk mencari informasi.
2023-10-14
0
Riana
sippp👍👍semoga terbuka kebenaran
2023-10-10
0