Bab 16 Rencana

Setelah menceritakan semuanya pada ibunya, Zella meminta ibunya segera tidur dan dia kembali keluar di mana ada Tifa dan Alea. Melihat mata Zella sembab, Alea yakin Zella sudah menceritakan semuanya pada ibunya.

"Apa komentar mamamu?"

"Mama tidak setuju aku langsung mendaftarkan perceraian, mama minta aku bersabar. Mama berjanji akan mencari tahu apa sebab pernikahan mereka."

"Apapun sebabnya, yang jelas Akhsan sudah menyakitimu! Aneh ya mama mu, kalau aku di posisi mama mu, akan ku sunat lagi burung tak bersayap punya Akhsan!" Alea emosi.

"Astahgfirullah kata-katamu Al ... pantas saja Allah saat ini menggariskan kamu masih sendiri, maaf bukan ngatain kamu jomblo, sangat jelas Allah ingin kamu menata hidupmu lebih baik lagi, mungkin laki-laki yang ditakdirkan Allah untuk menjadi suamimu, manusia pilihan."

"Itu mah aku yakin, aku saat ini masih jauh dari kata baik, dan saat yang tepat Allah akan pertemukan aku dengan laki-laki terbaik itu untukku."

"Aamiin ...." Perlahan Zella membaca do'a tidur, bersiap melanjutkan kembali perjalanan alam bawah sadarnya.

"Zell, seingatku pelanggan pertama tadi siang laki-laki yang baik, apa sebab kalian tidak sampai ke pernikahan?"

"Ya karena nggak jodoh, pastinya Allah persiapkan wanita yang lebih baik untuk dia, karena dia orang yang sangat baik."

"Ya, aku bisa rasakan itu kalau dia baik, pertemuan pertama saja aku mengagumi dia." Alea membayangkan asyiknya berbincang dengan mantan Zella.

"Huss! Itu laki orang loh!" sambar Zella.

"Iya-iya, makasih udah dikasih tau kalau itu punya orang."

"Tidur gih, besok kita lanjut berjuang!"

"Iya-iya!"

Zella memejamkan kedua matanya. Benar kata ibunya, Allah sangat sayang padanya, setiap permasalahan yang dia hadapi, Allah selalu memberi pertolongan dengan cara-NYA. Sebelumnya Zella bingung bagaimana Tifa jika dia berjualan. Di luar dugaannya, ternyata ibunya datang.

Ujian dari-MU kali ini sangat berat Ya Rabb, aku hampir menyerah menerima garis hidupku. Terserah ENGKAU ya Rabb mengatur kehidupanku, aku milikMU dan ENGKAU lebih tau apa yang terbaik untukku. Aku mohon ya Rabb, selalu temani aku walau seburuk apapun keadaanku. Sepahit apapun ujian dariMU. Lapangkan hatiku untuk menerima segala takdir yang telah aku setujui saat aku berada di alam rahim ibuku. Maafkan aku yang sering melupakan-MU, karena rasa sakit terbesar saat menjalani hidup ini bila jauh dari-MU.

Keadaan pun seketika hening, semua orang sudah berlabuh ke alam mimpi. Entah berapa lama mata Indri terpejam. Mengingat apa yang Zella alami saat ini membuat mata Indri kembali terbuka. Indri bangun dari tidurnya, dan pelan-pelan membuka pintu kamar. Saat pintu kamar terbuka, terlihat Zella, Alea, dan Tifa tidur begitu lelap. Indri memandangi wajah Zella dan Tifa bergantian.

Aku selalu berdo'a akan kebahagiaan kalian, ternyata Allah memberi ujian yang diluar dugaan. Ya Allah, bantu kami melewati semua cobaan ini. Aku sangat yakin, ENGKAU menyusun kebahagiaan untuk mereka yang tidak bisa kami tebak, karena itu pasti sangat indah

Indri meneruskan langkah menuju kamar mandi, karena rumah Zella hanya memiliki satu kamar mandi dan satu toilet. Setelah mengambil air wudhu, Indri kembali ke kamar Tifa yang dia tempati.

Selesai melakukan sholat sunnah, Indri bersujud begitu lama di sujud terakhirnya.

Aku tidak tahu harus memulai dari mana, izinkan aku mencari tahu kenapa pernikahan kedua menantuku terjadi. Aku juga tidak menyukai perceraian, namun membiarkan anakku berenang dalam rasa sakit aku juga tidak bisa. Ya rabb, jika pernikahan itu Akhsan tidak bersalah, bukakan pintu maaf di hati Zella untuk Akhsan. Buat Zella bisa mengatasi rasa sakitnya. Jika pernikahan ini memang keinginan Akhsan, beri kami jalan untuk mengakhiri ikatan suci ini dengan jalan yang baik. Munajat hati Indri.

Setelah mengadukan segala masalahnya pada sang pencipta, Indri merasa lebih tenang. Dia kembali melanjutkan tidurnya.

Malam berlalu terasa begitu singkat, aktivitas pagi terasa berbeda di rumah Zella, karena tambahan anggota. Setelah melakukan kewajiban subuh, mereka berkumpul di dapur saling bantu untuk memasak bahan yang ada.

"Maaf ya ma, Alea, karena yang ada di dapurku cuma ada ini." Zella menyodorkan masakan yang dia masak.

"Alhamdulillah Zel, ini namanya rezki," sahut Alea.

"Ma, mama keberatan nggak nemenin Tifa saat aku dagang?" tanya Zella.

"Mama di sini ya untuk kalian berdua, posisi apa yang kamu butuhkan untuk mama isi, ya mama siap."

"Maaf ya ma, aku selalu repotin mama."

"Mama bahagia masih bisa bermanfaat untuk anak mama." Perhatian Indri tertuju pada Tifa. "Tifa mau kan sama Nenek di rumah?"

"Mau banget Nek! Tapi nemenin mama jualan juga asyik."

"Sesekali boleh, kalau tiap hari, mama takut Tifa sakit karena kelelahan. Jadi demi kebaikan bersama, tifa sama Nenek dulu."

"Iya ma." sahut Tifa

"Oh iya Zell, mama niatnya mau jalan-jalan, mama boleh ajak Tifa sama mama kan?"

"Tentu aja ma, mama ibu terbaik, aku percayakan Tifa sama mama."

"Ya udah, nanti biar Nenek yang antar Tifa ke sekolah ya ...."

"Mama nggak capek?" Zella takut ibunya belum cukup beristirahat.

"Mama capek kalau diam saja."

"Kalau gitu motor aku, aku tinggal di rumah, semoga mama masih ingat cara bawa motor."

"Enak aja naik motor, mama mau cari taksi online."

"Hmmm, terserah mama."

Obrolan terpaksa berakhir, karena benda pipih persegi panjang milik Indri berdering. Terlihat nama majikannya yang memanggilnya.

"Duh! Semoga aja baginda raja nggak minta mama kerja sekarang!" dumel Indri, dia segera menerima panggilan itu.

"Selamat pagi Tuan."

"Ammak, kota tinggal anak ammak jauh nggak sama kota ...." orang di ujung telepon menyebutkan alamat lengkap sebuah kota.

"Nggak jauh, kenapa Tuan?"

"Aku mau ke sana, ada masalah di peternakan ayam potong dan ayam petelurku."

"Masalah peternakan, apa masalah kamu yang tidak bisa jauh dari saya?" goda Indri.

"Ahh sepertinya ini juga salah satu masalah saya, ammak bisa susul saya ke sana ya ammak ...."

"Alvin ... kapan urusan saya selesai kalau harus nempel sama kamu."

"Nggak bisa ya ammak?"

"ammak pikirin dulu ya nak."

"Aduh ... hati saya sakit ammak ...."

"Aduh ... kepala saya juga mendadak sakit gara-gara kamu! Intinya, kalau bisa, saya akan kabari lagi." Indri harus menyudahi sambungan telepon mereka, karena dia harus bersiap untuk mengantar Tifa ke Sekolah.

"Kalau majikan mama butuh mama, ya mama temani dia aja nggak apa-apa," sela Zella.

"Kerja mah nggak ada habisnya, sudah cukup banyak waktu mama yang hilang karena sibuk ngebabu. Rasanya kemaren itu mama baru ngeden kamu, eh tiba-tiba kamu dah nikah aja."

"Mana ada begitu, Saat aku lolos SMA, mama sudah berhenti kerja walau sebentar, itu rasa sayang mama karena mama kepikiran dan takut aku nggak ada yang jagain."

"Tetap saja sebagian besar waktu mama habis buat bekerja, mama tidak ada disisimu sepanjang waktu untukmu, kamu itu di jaga sama Nenekmu!"

Indri menghela napasnya. "Sebanyak apapun waktu mama sama kau, rasanya masih kurang, makanya jika mama cuti, mama pengen isi waktu mama sama kalian."

***

Setelah taksi online yang Indri pesan tiba, Indri segera mengajak Tifa untuk berangkat. Sedang Zella dan Alea, segera menuju rumah Alea, untuk mengawasi pekerja yang mengupas pisang, mempersiapkan sambal untuk pisang geprek, dan kuah dari gula merah dan santan kelapa untuk pisang gapit.

Sepanjang jalan Indri terus mengajak Tifa membahas banyak hal, hingga saat mobil tak jauh dari gerbang sekolah, Indri merasa mengenal sosok yang baru saja melintas di gerbang itu.

"Bukannya itu Nadi?" gumam Indri.

Aku ingin mencari tahu sebab pernikahan Akhsan, langkah baik jika aku mencari tahu sebab perceraian Nadi dan Shamil. Aku harus mencari jalan untuk berbicara dengan Nadi.

"Nenek, kita sampai!" seru Tifa.

"Iya sayang, ayok kita masuk." Indri sengaja meminta sopir taksi itu pergi, dia berharap Nadi memberinya tumpangan saat melihatnya nanti.

Indri dan Tifa berjalan bersama melewati gerbang sekolah. Tifa dengan bangga memperkenalkan Neneknya pada teman-teman yang menanyakan sosok yang datang bersamanya. Setelah memastikan Tifa masuk ke Sekolahnya, Indri segera berjalan menuju jalan besar, dia berusaha memperkirakan arah Nadi pulang.

"Assalamu'alaikum, tante Indri?"

"Rasa kenal, siapa ya?" Indri pura-pura tidak mengenali Nadi.

"Aku Nadi, anak buahnya--" Nadi ragu menyebut nama juragan Taufik.

"Masyha Allah, Nadi? Apa kabar kamu?"

"Alhamdulillah, baik tante. Eh tante Indri sendiri ngapain di sini? Zella mana?"

"Owh ... Zella lagi persiapan jualan sama temannya, tante di sini baru antar Tifa. Kamu sendiri?"

"Aku juga antar Anak aku tante, sejak kami semua meninggalkan desa, sulit bagi saya mencari Sekolah yang disukai anak saya. Alhamdulillah, ada yang buat dia betah."

"Pergi sedesa? Kenapa?"

"Desa kami kena area tambang batu bara."

"Wah, banyak dong isi rekeningnya, boleh ngintip nggak?"

Nadi tertawa mendengar candaan Indri.

"Tante mau kemana?"

"Tante mau belanja, tapi nggak tahu pasar modern di sini di mana, mau pulang tapi bahan makanan belum Zella beli."

"Sini aku antar, aku dan juragan Taufik salah satu pemasok sayuran di pasar traditional di sini, aku antar tante buat belanja."

Alhamdulillah, rencana pertamaku berjalan lancar. Semoga mendapatkan hasil yang aku harapkan.

Indri segera naik ke jok belakang motor Nadi, motor itu pun perlahan meninggalkan area Sekolah.

Terpopuler

Comments

strawberry

strawberry

bukankah zella dapat hibah kebun dari papanya akshan? mungkin itu alasan shamilah mau menikah dgn akshan. untuk membujuk akshan agar zella mau menjual kebunnya.

2024-02-26

1

Fahri Surbakti Fahri

Fahri Surbakti Fahri

semoga dpt titik terang ya mama...semangat untuk mencari informasi.

2023-10-14

0

Riana

Riana

sippp👍👍semoga terbuka kebenaran

2023-10-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!