Bab 12

Satu per satu pelanggan Alea dan Zella berdatangan. Alea hanya bisa menatap Zella yang sat-set memasak dan membungkus pesanan pelanggan. Sedang dirinya kewalahan dan menyerah, dia memilih menjadi kasir di sana. Belum jam 5 sore, jualan mereka habis. Alea dan Zella membereskan tempat jualan mereka.

"Besok tambah stok lagi Al, soalnya masih banyak yang pengen tapi nggak kebagian."

"Rezeki dah diatur Zell, saat ini cukup segini dulu aja, aku kasian juga sama Tifa." Bagi Alea mudah menambah jualan, tapi dia tak tega melihat Tifa sendirian di kemah mainan itu.

"Apa Tifa ku antar tempat mama aku aja ya?" pikir Zella.

"Obrolin dulu sama mamamu, apa majikan mama mu bersedia dititip cucu pembantunya?"

Pekerjaan mereka selesai, Zella segera membereskan kemah mainan yang menjadi tempat putrinya bermain dan beristirahat.

"Maafin mama ya, karena mama kerja, Tifa juga ikut capek."

"Tifa suka mah, rasanya Tifa berkemah beneran, biasanya Tifa cuma bisa berkemah di teras rumah."

"Nanti Tifa makin item karena kelamaan di luar rumah!" sela Alea.

"Nggak apa-apa, tapi aku seneng. Aku bisa belajar dan bermain sambil lihat mama jualan."

Aku tidak tahu perjanjian kamu dan Allah, sehingga Allah menghadirkan dirimu di rahimku. Kadang aku juga berpikir, keistimewaan apa yang ada padaku sehingga Allah memberiku anak istimewa seperti kamu. Entah kebaikan apa yang ada padaku, sehingga Allah memberi kebaikan yang luar biasa padamu. kata hati Zella.

"Begini nih Aunty, mama itu suka banget melamun akhir-akhir ini," tunjuk Tifa pada Zella yang mematung menatapnya.

"Mama bukan melamun ih, tapi mama itu bahagia ... banget punya anak secantik dan sebaik Tifa." Zella mengusap lembut sisi kepala putrinya.

"Tifa juga bahagia punya mama."

"Yuk pulang yuk Aunty mau pulang mau ambil baju dan lainnya," sela Alea.

Mereka berdua meninggalkan tempat itu dengan motor mereka masing-masing.

Sesampai di rumah, Zella memastikan PR Tifa sudah dikerjakan, lalu menyelesaikan pekerjaan biasanya yang tak sempat dia kerjakan, karena setelah mengantar Tifa dia menghabiskan waktu untuk menumpahkan air matanya.

Ceklak!

Pintu utama terbuka, terlihat sosok Akhsan dengan wajah bahagianya. Sejenak Zella membeku. Biasanya dia akan menyambut Akhsan dengan senyuman manis, atau sekadar basa-basi. Tapi kali ini, rasa cinta yang selalu menyala tiba-tiba padam.

"Assalamu alaikum ...."

Salam Akhsan tidak ada yang menjawab, Zella memilih menyibukan dirinya. Sedang Tifa masih berada di kamar mandi.

"Mama, kok salam abah nggak dijawab? Dosa loh tidak menjawab salam," ucap Akhsan.

"Dosa juga menambahi suatu bacaan, coba abah lihat kalimat salam, adakah huruf waw (و) setelah kaf (ك)?"

Zella masih menyibukan dirinya, dia tidak menoleh pada Akhsan. "Kalimat salam itu Assalamu'alaikum. Akhirnya kum! Bukan kuum ...."

"Ustadz pernah berkata, jika ada orang yang memberimu salam tapi kalimatnya salah, tidak wajib bagi kita untuk menjawab, kalimat salam itu sebuah do'a, terus kita menambah sendiri harokat yang nggak ada, apakah artinya akan sama?"

"Contoh lagi, ayat pertama dalam surah Al-Ikhlas. Qullhuwallahu Ahad, Qul di sana, kaf besar(ق) Qaff! Bukan kaf! (ك) artinya juga beda. Qullhuwallah hu ahad! Katakanlah olehmu Tuhan itu Esa(satu) tapi jika kullhuwallah, artinnya ku makan Tuhan. Jangan bikin pelesetan seenaknya pada kalimat agama yang mengandung do'a sesuka hatimu. Dengan kamu memelodikan salam dengan nada sesukamu, kuuuum~~~ kamu merasa meng-indahkannya?"

"Oke-oke, abah lama nggak ngaji jadi abah kalah pinter dari mama tentang agama," Akhsan mengalah.

"Apa? Kamu nggak pikun kan? Justru lebih banyak waktu ngaji kamu loh, kamu ngaji dari pulang kerja sampai jam 11 malam, sedang aku hanya 1 jam itu pun tidak setiap hari." Zella menertawakan keceplosan Akhsan yang tidak langsung membocorkan kebohongannya.

"Am ...." Akhsan baru menyadari kebodohannya.

"Abah merasa ada yang berbeda dari mama, mama nggak nyambut abah, mama nggak tanya-tanya abah, bicara mama juga aneh, biasanya bicara sama abah, sebutnya abah, bukan kamu." Akhsan berusaha merubah pembahasan.

"Terus aku harus gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana, tetap seperti istriku yang selama ini." Akhsan ingin memeluk Zella, namun Zella sengaja menepisnya.

"Jika sesuatu berubah, pasti ada yang merubahnya," ucap Zella lirih.

"Masa?" Akhsan berusaha menyambar bibir Zella. Lagi-lagi Zella menjauhinya.

"Abah pengen berdua sama mama."

"Bukannya kamu bilang jika pulang cepat ingin istirahat dan tidak mau diganggu?" Zella terus memikirkan cara untuk menghindar, sati sisi dirinya juga berusaha menahan emosinya, saat ini ingin sekali dia meninju Akhsan sepuas yang dia bisa. Berulang kali Zella mengatur napasnya.

"Itu kan kemaren, saat ini abah pengen ditemani mama." Akhsan berusaha merangkul Zella.

"Bentakan kamu kemaren masih terasa sampai sekarang, kamu ingat apa yang kamu katakan? Ini nih bikin aku malas di rumah! Kamu tu bawel! Penting atau tidak kerjaan aku nggak ada urusan sama kamu! Mulai sekarang, aku nggak akan nanya-nanya, dan nggak akan nyambut kamu."

"Jangan gitu amma ....." ucap Akhsan.

Zella tersenyum kecut mendengar panggilan itu.

Oh ... itu panggilan kesayangan kamu buat bidadari keduamu? Batin Zella.

"Maksud abah, mama. begini, kemaren itu pikiran abah sangat mumet, makanya abah bener-bener ingin sendiri. Kalau sekarang abah bisa melakukan banyak hal untuk kebersamaan kita."

"Abah ...." Tifa kegirangan melihat abahnya. Namun saat itu juga expresinya berubah, dia teringat bentakan Akhsan waktu itu.

"Tifa masuk kamar terus istirahat di sana ya, abah mau bicara banyak sama mama," ujar Akhsan

"Tifa kangen kamu, sebaiknya kamu temani dia," sela Zella. Zella bisa menebak apa akhir dari berduaan itu, andai Akhsan tidak memberinya luka, dengan senang hati dia melayani suami. Tapi kali ini, jangan harap Akhsan bisa menyentuhnya.

"Tapi saat ini aku butuh kamu," ucap Akhsan pelan.

"Assalamu'Alaikum!" suara salam terdengar dari arah pintu.

"Sepertinya itu Alea, dia izin mau nginep di sini, tadi aku mau kirim pesan sama kamu, tapi aku lupa." Zella berlalu meninggalkan Akhsan.

"Asem!" Akhsan sangat kesal, hari ini dia benar-benar apes. Saat panas-panasnya bersama Shamil, tiba-tiba partai bulanan Shamil berkunjung. Obat keperkasaan terlajur dia tegak, niat hati ingin melampiaskan pada Zella, seperti bulan-bulan sebelumnya, jika Shamil halangan, maka dia menuntaskannya pada Zella. Tapi ada saja rintangan yang menghalangi keinginannya kali ini. Akhsan masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya yang kian memanas.

Setelah pintu terbuka, Zella langsung memeluk Alea. "Kamu benar-benar penyelamat aku Al, kalau kamu nggak datang, mungkin saja pisau dapur ku tancapkan di perut Akhsan." ringis Zella.

"Jangan gila kamu Zell! Ingat ada Tifa yang harus kamu jaga!"

"Bagaimana aku tetap waras dalam keadaan seperti ini? Kegilaan itu wajar, dan mendapatkan kewarasan terasa sangat berat."

"Ya sudah nggak apa-apa gila, tapi jangan sampai sinting ya ...." Alea mengusap lembut punggung Zella.

Zella sangat bahagia adanya keberadaan Alea di sekitar mereka malam ini. Sedang Akhsan masih bersungut dalam hati, karena burung perkututnya harus dikunci rapat dalam sarung. Kedua wanita itu sangat bahagia, sesekali mereka mengajak Tifa dalam obrolan mereka. Akhsan merasa seperti orang asing dalam rumahnya sendiri.

"Kamu nggak ngaji malam ini San?" tanya Alea.

"Lagi capek banget sama kerjaan, jadi istirahat dulu."

"Kamu ngaji sama ustadz siapa San? Setahu aku, ustadz Fazar tidak membuka pengajian sampai jam 11 malam. Pengajian beliau juga nggak setiap malam, hanya ada 3 kali dalam seminggu, pagi minggu, sore senin, dan malam kamis. Sedang dari cerita Zella kamu ngaji setiap hari sampai jam 11 malam."

"Am ...." Akhsan berusaha mencari rumput untuk dia pegang. "Aku ikut pengajian dari ustadz yang lain, sama ustadz Fazar jadwal pengajian dia sama kerjaan aku bentrok. Jadi lama nggak ikut."

"Terus sama ustadz siapa? Kalau masih di kota ini, insyha Allah aku tahu," ujar Alea.

"Ustadznya tidak terkenal, terus pengajiannya hanya untuk laki-laki, tidak banyak juga jamaahnya. Hanya orang-orang yang beruntung yang bisa ikut," kilah Akhsan.

"Pengajiannya bahas apa aja San? Tauhid? Tasauf? Fiqih? Ilmu baca Al-qur'an?"

Akhsan membatu, jika dia berbohong lagi, maka Alea akan menanyakan perihal pelajaran yang dia sebut sebagai kebohongan dia.

"Al, besok kita mulai jualan jam berapa?" sela Zella. Dia muak mendengar kebohongan Akhsan.

"Nanti kita atur."

"Kita? Jualan?" Aksan menatap pada Zella.

"Berarti pesan yang aku kirim nggak kamu baca?"

Akhsan terlihat seperti orang bodoh, jujur selama ini dia selalu mengabaikan pesan dari Zella.

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

mantap della buang suami selingkuh

2025-03-09

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

mantab .... zella sdh ambil tindakan

2023-12-08

0

Nuraini Gs09

Nuraini Gs09

lanjut

2023-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!