Satu per satu pelanggan Alea dan Zella berdatangan. Alea hanya bisa menatap Zella yang sat-set memasak dan membungkus pesanan pelanggan. Sedang dirinya kewalahan dan menyerah, dia memilih menjadi kasir di sana. Belum jam 5 sore, jualan mereka habis. Alea dan Zella membereskan tempat jualan mereka.
"Besok tambah stok lagi Al, soalnya masih banyak yang pengen tapi nggak kebagian."
"Rezeki dah diatur Zell, saat ini cukup segini dulu aja, aku kasian juga sama Tifa." Bagi Alea mudah menambah jualan, tapi dia tak tega melihat Tifa sendirian di kemah mainan itu.
"Apa Tifa ku antar tempat mama aku aja ya?" pikir Zella.
"Obrolin dulu sama mamamu, apa majikan mama mu bersedia dititip cucu pembantunya?"
Pekerjaan mereka selesai, Zella segera membereskan kemah mainan yang menjadi tempat putrinya bermain dan beristirahat.
"Maafin mama ya, karena mama kerja, Tifa juga ikut capek."
"Tifa suka mah, rasanya Tifa berkemah beneran, biasanya Tifa cuma bisa berkemah di teras rumah."
"Nanti Tifa makin item karena kelamaan di luar rumah!" sela Alea.
"Nggak apa-apa, tapi aku seneng. Aku bisa belajar dan bermain sambil lihat mama jualan."
Aku tidak tahu perjanjian kamu dan Allah, sehingga Allah menghadirkan dirimu di rahimku. Kadang aku juga berpikir, keistimewaan apa yang ada padaku sehingga Allah memberiku anak istimewa seperti kamu. Entah kebaikan apa yang ada padaku, sehingga Allah memberi kebaikan yang luar biasa padamu. kata hati Zella.
"Begini nih Aunty, mama itu suka banget melamun akhir-akhir ini," tunjuk Tifa pada Zella yang mematung menatapnya.
"Mama bukan melamun ih, tapi mama itu bahagia ... banget punya anak secantik dan sebaik Tifa." Zella mengusap lembut sisi kepala putrinya.
"Tifa juga bahagia punya mama."
"Yuk pulang yuk Aunty mau pulang mau ambil baju dan lainnya," sela Alea.
Mereka berdua meninggalkan tempat itu dengan motor mereka masing-masing.
Sesampai di rumah, Zella memastikan PR Tifa sudah dikerjakan, lalu menyelesaikan pekerjaan biasanya yang tak sempat dia kerjakan, karena setelah mengantar Tifa dia menghabiskan waktu untuk menumpahkan air matanya.
Ceklak!
Pintu utama terbuka, terlihat sosok Akhsan dengan wajah bahagianya. Sejenak Zella membeku. Biasanya dia akan menyambut Akhsan dengan senyuman manis, atau sekadar basa-basi. Tapi kali ini, rasa cinta yang selalu menyala tiba-tiba padam.
"Assalamu alaikum ...."
Salam Akhsan tidak ada yang menjawab, Zella memilih menyibukan dirinya. Sedang Tifa masih berada di kamar mandi.
"Mama, kok salam abah nggak dijawab? Dosa loh tidak menjawab salam," ucap Akhsan.
"Dosa juga menambahi suatu bacaan, coba abah lihat kalimat salam, adakah huruf waw (و) setelah kaf (ك)?"
Zella masih menyibukan dirinya, dia tidak menoleh pada Akhsan. "Kalimat salam itu Assalamu'alaikum. Akhirnya kum! Bukan kuum ...."
"Ustadz pernah berkata, jika ada orang yang memberimu salam tapi kalimatnya salah, tidak wajib bagi kita untuk menjawab, kalimat salam itu sebuah do'a, terus kita menambah sendiri harokat yang nggak ada, apakah artinya akan sama?"
"Contoh lagi, ayat pertama dalam surah Al-Ikhlas. Qullhuwallahu Ahad, Qul di sana, kaf besar(ق) Qaff! Bukan kaf! (ك) artinya juga beda. Qullhuwallah hu ahad! Katakanlah olehmu Tuhan itu Esa(satu) tapi jika kullhuwallah, artinnya ku makan Tuhan. Jangan bikin pelesetan seenaknya pada kalimat agama yang mengandung do'a sesuka hatimu. Dengan kamu memelodikan salam dengan nada sesukamu, kuuuum~~~ kamu merasa meng-indahkannya?"
"Oke-oke, abah lama nggak ngaji jadi abah kalah pinter dari mama tentang agama," Akhsan mengalah.
"Apa? Kamu nggak pikun kan? Justru lebih banyak waktu ngaji kamu loh, kamu ngaji dari pulang kerja sampai jam 11 malam, sedang aku hanya 1 jam itu pun tidak setiap hari." Zella menertawakan keceplosan Akhsan yang tidak langsung membocorkan kebohongannya.
"Am ...." Akhsan baru menyadari kebodohannya.
"Abah merasa ada yang berbeda dari mama, mama nggak nyambut abah, mama nggak tanya-tanya abah, bicara mama juga aneh, biasanya bicara sama abah, sebutnya abah, bukan kamu." Akhsan berusaha merubah pembahasan.
"Terus aku harus gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana, tetap seperti istriku yang selama ini." Akhsan ingin memeluk Zella, namun Zella sengaja menepisnya.
"Jika sesuatu berubah, pasti ada yang merubahnya," ucap Zella lirih.
"Masa?" Akhsan berusaha menyambar bibir Zella. Lagi-lagi Zella menjauhinya.
"Abah pengen berdua sama mama."
"Bukannya kamu bilang jika pulang cepat ingin istirahat dan tidak mau diganggu?" Zella terus memikirkan cara untuk menghindar, sati sisi dirinya juga berusaha menahan emosinya, saat ini ingin sekali dia meninju Akhsan sepuas yang dia bisa. Berulang kali Zella mengatur napasnya.
"Itu kan kemaren, saat ini abah pengen ditemani mama." Akhsan berusaha merangkul Zella.
"Bentakan kamu kemaren masih terasa sampai sekarang, kamu ingat apa yang kamu katakan? Ini nih bikin aku malas di rumah! Kamu tu bawel! Penting atau tidak kerjaan aku nggak ada urusan sama kamu! Mulai sekarang, aku nggak akan nanya-nanya, dan nggak akan nyambut kamu."
"Jangan gitu amma ....." ucap Akhsan.
Zella tersenyum kecut mendengar panggilan itu.
Oh ... itu panggilan kesayangan kamu buat bidadari keduamu? Batin Zella.
"Maksud abah, mama. begini, kemaren itu pikiran abah sangat mumet, makanya abah bener-bener ingin sendiri. Kalau sekarang abah bisa melakukan banyak hal untuk kebersamaan kita."
"Abah ...." Tifa kegirangan melihat abahnya. Namun saat itu juga expresinya berubah, dia teringat bentakan Akhsan waktu itu.
"Tifa masuk kamar terus istirahat di sana ya, abah mau bicara banyak sama mama," ujar Akhsan
"Tifa kangen kamu, sebaiknya kamu temani dia," sela Zella. Zella bisa menebak apa akhir dari berduaan itu, andai Akhsan tidak memberinya luka, dengan senang hati dia melayani suami. Tapi kali ini, jangan harap Akhsan bisa menyentuhnya.
"Tapi saat ini aku butuh kamu," ucap Akhsan pelan.
"Assalamu'Alaikum!" suara salam terdengar dari arah pintu.
"Sepertinya itu Alea, dia izin mau nginep di sini, tadi aku mau kirim pesan sama kamu, tapi aku lupa." Zella berlalu meninggalkan Akhsan.
"Asem!" Akhsan sangat kesal, hari ini dia benar-benar apes. Saat panas-panasnya bersama Shamil, tiba-tiba partai bulanan Shamil berkunjung. Obat keperkasaan terlajur dia tegak, niat hati ingin melampiaskan pada Zella, seperti bulan-bulan sebelumnya, jika Shamil halangan, maka dia menuntaskannya pada Zella. Tapi ada saja rintangan yang menghalangi keinginannya kali ini. Akhsan masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya yang kian memanas.
Setelah pintu terbuka, Zella langsung memeluk Alea. "Kamu benar-benar penyelamat aku Al, kalau kamu nggak datang, mungkin saja pisau dapur ku tancapkan di perut Akhsan." ringis Zella.
"Jangan gila kamu Zell! Ingat ada Tifa yang harus kamu jaga!"
"Bagaimana aku tetap waras dalam keadaan seperti ini? Kegilaan itu wajar, dan mendapatkan kewarasan terasa sangat berat."
"Ya sudah nggak apa-apa gila, tapi jangan sampai sinting ya ...." Alea mengusap lembut punggung Zella.
Zella sangat bahagia adanya keberadaan Alea di sekitar mereka malam ini. Sedang Akhsan masih bersungut dalam hati, karena burung perkututnya harus dikunci rapat dalam sarung. Kedua wanita itu sangat bahagia, sesekali mereka mengajak Tifa dalam obrolan mereka. Akhsan merasa seperti orang asing dalam rumahnya sendiri.
"Kamu nggak ngaji malam ini San?" tanya Alea.
"Lagi capek banget sama kerjaan, jadi istirahat dulu."
"Kamu ngaji sama ustadz siapa San? Setahu aku, ustadz Fazar tidak membuka pengajian sampai jam 11 malam. Pengajian beliau juga nggak setiap malam, hanya ada 3 kali dalam seminggu, pagi minggu, sore senin, dan malam kamis. Sedang dari cerita Zella kamu ngaji setiap hari sampai jam 11 malam."
"Am ...." Akhsan berusaha mencari rumput untuk dia pegang. "Aku ikut pengajian dari ustadz yang lain, sama ustadz Fazar jadwal pengajian dia sama kerjaan aku bentrok. Jadi lama nggak ikut."
"Terus sama ustadz siapa? Kalau masih di kota ini, insyha Allah aku tahu," ujar Alea.
"Ustadznya tidak terkenal, terus pengajiannya hanya untuk laki-laki, tidak banyak juga jamaahnya. Hanya orang-orang yang beruntung yang bisa ikut," kilah Akhsan.
"Pengajiannya bahas apa aja San? Tauhid? Tasauf? Fiqih? Ilmu baca Al-qur'an?"
Akhsan membatu, jika dia berbohong lagi, maka Alea akan menanyakan perihal pelajaran yang dia sebut sebagai kebohongan dia.
"Al, besok kita mulai jualan jam berapa?" sela Zella. Dia muak mendengar kebohongan Akhsan.
"Nanti kita atur."
"Kita? Jualan?" Aksan menatap pada Zella.
"Berarti pesan yang aku kirim nggak kamu baca?"
Akhsan terlihat seperti orang bodoh, jujur selama ini dia selalu mengabaikan pesan dari Zella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
mantap della buang suami selingkuh
2025-03-09
0
Hanipah Fitri
mantab .... zella sdh ambil tindakan
2023-12-08
0
Nuraini Gs09
lanjut
2023-10-07
0