Bab 18 Rencana Indri

Akhsan mengetik pesan baru untuk Shamil, namun ada peringatan kalau dia sudah diblokir oleh nomor tersebut.

"Ya salam ... dia ngambek." Akhsan frustasi, tapi tidak bisa menyusul Shamil, karena pekerjaan harus segera diselesaikan. "Setelah pulang kerja, aku akan samperin dia ke kontrakan."

Akhsan berusaha fokus dengan pekerjaan. Semakin dia stres dengan urusannya, pekerjaan pun tidak akan selesai. Tentu menjadi tambahan beban lagi untuknya.

Baru beberapa menit dia berusaha fokus, notifikasi grup keluarga khusus membuat Akhsan terganggu, dia menon-aktifkan handphonenya demi sebuah ketenangan.

Waktu terus berjalan, Indri sudah siap menunggu Nadi menjemputnya. Beberapa menit berdiri di teras rumah, akhirnya ada sebuah mobil jenis mini bus yang berhenti di depan rumah Zella.

"Sudah aku duga tante bawa banyak barang, nggak salah aku bawa mobil ini." Nadi tersenyum dan langsung memasukan barang Indri ke dalam mobil.

"Kamu masih salah Nad, harusnya kamu bawa mobil bak terbuka, biar tante bisa angkut hasil panen kamu gratisss!"

"Saat ini kebun masih baru tanam lagi tante, belum ada yang panen. Adanya itu kotoran ayam menggunung, kalau mau aku angkutin," canda Nadi.

Setelah Indri masuk ke mobil, Nadi perlahan melajukan mobilnya menuju sekolah putranya dan Tifa. Sedang Indri, dia sibuk mengetik pesan memberi tahu rencananya hari ini.

Di sisi lain, Zella baru selesai melayani pembeli. Rezekinya hari ini begitu manis. Mengingat dari tadi handphonenya berdering, Zella segera memeriksanya. Terlihat beberapa pesan dari ibunya.

*Zella, mama pergi bawa Tifa ke desa Nadi. Tadi pagi mama ketemu Nadi, dia antar mama belanja, terus dia nawarin mama ke desa baru dia. Mama ikutin, karena mama juga misi tersembunyi.

*Do'a in mama, semoga mama bisa dapatkan apa yang mama inginkan. Semakin cepat kita tahu, semakin cepat juga kita mengambil solusi untuk masalah ini.

Zella menghela napasnya dalam. Dia berdo'a dalam hati, semoga apa yang ibunya inginkan segera tercapai.

***

Di desa Nadi.

Desa Nadi tidak jauh dari kota yang Zella tinggali. Memang desa itu termasuk wilayah kota sebelah, namun jaraknya lebih dekat ke kota yang Zella tinggali karena desa itu merupakan perbatasan 2 kota.

"Nek, kita kemana?" tanya Tifa.

"Kita mau rekreasi alam ke perkebunan. Ayahnya Iqbal punya perkebunan," sela Nadi.

"Nggak cuma kebun dek, tapi ada peternakan ayam juga. Hari ini ayam-ayam kecil katanya datang, kita bisa main sambil melepas ayam-ayam itu ke kandang," tambah Iqbal. Sejak berkenalan dengan Tifa, Iqbal begitu baik pada Tifa dan terlihat menyukai anak perempuan itu.

"Anakmu sangat mudah menerima orang baru Nad, tante senang lihatnya, sepertinya kalau dikasih adik, dia sangat bisa menyayangi adiknya, lihat saja cara dia menyayangi Tifa" ucap Indri.

"Iqbal dari umur 4 tahun sudah minta adik, tapi Shamil tidak mau hamil lagi." Nadi berusaha fokus pada jalanan menuju kebun.

"Loh, masih muda kok nggak mau nambah anak?"

"Alasan dia, biar pendidikan buat Iqbal lebih fokus. Mau itu perhatian mau pun per-uangan."

"Ada-ada saja kamu Nad." Indri tertawa mendengar perkataan Nadi.

"Kalau sekarang Iqbal sudah besar. Sudah atur kapan buat kasih adik buat Iqbal?" Indri berharap pertanyaannya bisa membuka pintu tujuannya.

"Kalau sekarang ya ... gimana ya. Aku dan Shamil sudah cerai tant."

"Innalillahi." Indri menutup mulutnya disertai raut wajah yang terkejut.

"Cerai itu apa Nek?" sela Tifa.

"Am ...." Indri bingung bagaimana menjelaskan agar Tifa mengerti.

"Cerai itu mama sama papa tidak tinggal serumah lagi," sela Iqbal.

"Owh ...." Tifa merasa puas dengan jawaban Iqbal.

Mereka sampai di perkebunan Nadi. Di tengah perkebunan luas itu ada sebuah bangunan yang berdiri di tengah-tengah. Sedang di sisi yang lain, terlihat bangunan lain.

"Jangan bilang yang berjejer di sana kandang ayam!" tunjuk Indri kearah bangunan yang berjejer.

"Sayangnya itu memang kandang ayam," sahut Nadi.

"Tante rasa nyeri, kok rumah tante bagusan kandang ayam kamu Nad."

"Inysha Allah, suatu saat tante bisa membangun rumah seperti impian tante."

"Aamiin."

"Tifa mau ikut kak Iqbal ke rumah Kakak nggak?" tawar Iqbal.

"Aku mau di sini saja, sepertinya seru bermain di sini." Tifa terlihat puas menikmati keindahan alam di sana. Perkebunan yang luas dan bersih.

"Kalau gitu Kakak tinggal dulu, Kakak mau ganti baju." Iqbal memanggil salah satu pekerja Ayahnya, dan meminta untuk diantar ke rumah mereka.

"Lho, jadi itu bukan rumah kamu Nad?" Indri keheranan.

"Itu multifungsi tante, dibilang tempat peristirahatan iya, dibilang gudang bisa, dibilang penginapan juga bisa, karena jika ada tamu jauh, aku menawarkan tempat itu untuk mereka bermalam. Saat ini bos peternakan kami yang akan menginap di sana selama dia menyelidiki masalah yang terjadi di peternakan."

Nadi mengajak Indri menuju sebuah bangunan yang tidak memiliki dinding, tempat itu biasa digunakan para pegawai untuk istirahat dan menunaikan salat, kadang juga menjadi tempat makan bersama. Nadi meletakan barang bawaan Indri di sana. Sedang Tifa, dia tertarik dengan aliran air jernih yang mengalir tidak jauh dari tempat istirahat itu.

"Tifa! Ganti seragam sekolahnya dulu baru boleh main air!" tegur Indri.

Anak yang pintar itu segera mematuhi nasihat Neneknya. Dia segera mengambil baju ganti yang Neneknya berikan.

"Ganti baju di mana?" tanya Tifa.

"Di sana." Nadi menunjuk ruangan bersekat di dekat tempat wudhu.

"Tifa ini nggak bisa lihat air, kalau ketemu air dia bakal duduk di sana dan main di sana!" keluh Indri.

"Namanya juga anak-anak tant. Tapi tante nggak usah khawatir, air di sini bersih dan tempatnya juga aman."

Tifa mengayunkan sepasang kakinya menuju tempat itu, dia hanya fokus pada tujuannya. Semakin cepat dia mengganti bajunya, semakin cepat pula dia bisa bermain air.

Taufik merasa familiar dengan wajah anak kecil tersebut. Dia berusaha mengingat di mana pernah bertemu anak kecil itu.

"Nggak ku sangka, katanya pulang ingin menyelesaikan masalah. Tapi apa yang terjadi di depan mataku? Tenyata ammak selingkuh!"

Sontak perhatian semua orang tertuju pada lelaki yang berkata barusan.

"Astaghfirullah, aku sudah pergi sejauh ini, kenapa kita masih dipertemukan?" keluh Indri. "Ternyata dunia ini memang sangat sempit untuk kita."

Orang-orang yang berjalan bersama bos besar mereka merasa heran. Ada hubungan apa Alvin dengan wanita paruh baya yang tengah bersama Nadi.

"Siapa yang bersama ammak? Jangan bilang dia juga anak ammak!"

"Alvin, sudah bercandanya, mereka tidak mengenal bagaimana kita, yang ada candaan kita membuat desas-desus goib yang merugikan nama kita."

"Maaf ammak, kalau ketemu ammak, serasa kurang kalau tidak bercanda." Alvin segera mendekati wanita yang dia anggap seperti ibunya itu.

Menyadari di sana ada Taufik, membuat Indri mengingat kalau Ayah Alvin dan Ayah Taufik teman bisnis. Indri bekerja sebagai pembantu, dan Ayah Taufik sering datang berkunjung membuat mereka sering bertemu dan seiring berjalannya waktu mereka saling jatuh cinta.

Andai benar seperti pengakuannya kalau Ayah Taufik duda, mungkin sampai saat ini mereka masih bersama. Namun saat pertemuan dua keluarga, untuk membahas penikahan Zella dan Taufik, kedua ibu calon mempelai itu baru menyadari kalau suami mereka orang yang sama. Hingga bukan hanya hubungan ibu Zella saja yang kandas. Karena rasa sakit dari ibu Taufik, Taufik dipaksa meng-akhiri hubungannya dengan Zella.

Kejadian masa lalu seakan kembali berputar di benak Indri. Dia tidak menyalahkan siapa-siapa karena jarak yang jauh semakin mempermudah Ayah Taufik menutupi kebohongannya. Bukan salah Ayah Alvin jika dia juga percaya kalau ibu Taufik meninggal. Yang tertipu bukan hanya dirinya, tapi yang sangat dirugikan adalah dirinya. Ditipu tapi juga permanen dicap sebagai pelakor.

Aku pikir Taufik dan Alvin tidak meneruskan bisnis yang dulu dijalin Ayah mereka. Ternyata mereka terlihat sangat dekat. Batin Indri.

"Assalamu'alaikum, apa kabar tante Indri?" Taufik segera menyalimi mantan ibu tirinya dan juga mantan calon mertuanya itu.

"Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri?"

"Alhamdulillah tant, baik juga. Oh iya, tante masih kerja di keluarga Alvin?"

"Sebenarnya ammak Indri sudah berhenti saat aku selesai kuliah, tapi nggak ada yang bisa ganti posisi dia di hati aku, aku terus paksa buat kembali sama aku, dan tidak akan ku lepaskan!" ucap Alvin.

"Nenek! Nenek! Ada ikan-ikan kecil berenang Nek!" seru Tifa, dia begitu bahagia melihat banyak ikan berenang di pancuran itu.

Hal itu membuat Taufik mengingat, kalau anak kecil tadi adalah anak Zella.

Nggak cuma saat ketemu ibunya aku nggak karuan rasa, melihat anaknya saja jantungku serasa tidak sehat. Batin Taufik.

"Nenek? Kamu jaga dia?" sela Alvin.

"Dia cucuku yang sebenarnya, jangan mikir itu cucu hasil mungut!" protes Indri.

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

😅😅😅 Masyaallah baiknya hubungan art sama anak majikannya

2024-09-06

0

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Cinta untuk Zella masih bersemayam di hati Taufik...

2023-10-17

0

Riana

Riana

sama siapa ini zella nanti🤔

2023-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!