Walau di luar rumah matahari bersinar cerah, namun Zella merasa hidupnya kini begitu gelap. Menarik dan menghembuskan napas terasa begitu berat. Zella mengambil bantal dan menenggelamkan wajahnya pada bantal itu.
"Arggggg!"
Teriakan itu tertahan oleh bantal.
"Kejahatan apa yang aku lakukan padamu Kak Akhsan, sehingga kamu memberikan rasa sakit sebesar ini padaku."
Tok! Tok! Tok!
Samar indra pendengaran Zella mendengar ada yang mengetuk pintu rumah seraya memanggil namanya.
Zella berusaha menyudahi tangisanya, sepasang tangannya sibuk mengusap sisa air mata yang tersisa. "Dari suaranya, sepertinya itu Alea."
Zella mengatur napasnya. "Ya Rabb, berikan aku kekuatan untuk terlihat bahagia walau aku sesakit dan sehancur ini."
Karena panggilannya tidak ada yang merespon, Alea mengambil handphone dan menghubungi Zella. Detik yang sama benda pipih persegi panjang milik Zella mengeluarkan suara. Di luar rumah Alea juga mendengar nada dering dari handphone Zella.
"Zell, kamu ngerjain aku ya? Aku kira kamu nggak di rumah. Bukain dong ... ada perkara darurat Zel!" pinya Alea.
Zella masih ragu menampakan wajahnya, mana bisa dia menyembunyikan jejak tangis yang jelas dari wajahnya. Sepasang mata yang masih sembab, hidung yang merah, dan cairan penghuni lubang hidungnya terus berusaha keluar dari lubang gelap itu.
"Zel, kamu baik-baik aja kan? Nggak biasa kamu kayak gini loh, asalkan kamu di rumah, kamu selalu bukain pintu buat aku," ujar Alea sambil menggedor pintu rumah yang Zella tinggali.
"Bukain Alea pintu zel, mungkin Tuhan yang mengantarkan dia kemari sebab urusan penting dia yang harus melibatkan kamu," Zella bermonolog. Sepasang kaki panjang itu mulai mengayun menuju pintu.
Ceklak!
Kala daun pintu itu terbuka, terlihat wajah cemas sahabatnya. Sedang Alea seketika melotot melihat keadaan sahabatnya.
"Kamu kenapa?" Alea langsung masuk, dan mengusap setetes air mata Zella yang terlanjur lepas.
"Kita bicara di dalam." Zella langsung mengunci pintu dan mengajak Alea menuju ruang makan.
"Zella, apa yang terjadi sama kamu? Kamu masih anggap aku sahabat kamu kan? Ayo cerita sama aku."
Zella berusaha menenangkan dirinya yang kembali goyah, karena terharu akan perhatian Alea. "Kamu ke sini katanya ada urusan darurat, apa yang bisa aku bantu?" Suara Zella terdengar sumbang.
"Zella!" Alea kesal karena pertanyaannya dijawab oleh pertanyaan.
"Kamu kasih tau apa yang darurat itu, sehingga kamu harus cari aku, setelah itu baru aku cerita sama kamu apa yang terjadi sama aku."
Alea sangat memahami sahabatnya. Jika dia tidak mengatakan, Zella juga tidak akan bercerita padanya. "Aku ragu kamu bisa bantu aku setelah aku liat keadaan kamu sekarang."
"Fisik aku baik-baik aja Al, yang bermasalah cuma hatiku."
"Zel ...." Alea bingung, harus bagaimana.
"Hal darurat apa? Siapa tahu kedatanganmu memang Allah atur untuk mengurangi rasa sakit hatiku," ucap Zella.
"Kamu tahu Ragil kan, dia orang yang ku ajak kerjasama jualan pisang gapit dan pisang geprek. Tanpa alasan dia berhenti gitu aja, stok aku masih banyak pula. Tadinya aku mau minta tolong kamu buat nemenin aku habisin stok. Kamu tahu sendiri aku nggak bisa masaknya, yang bisa itu kamu, karena resep itu dan ide jualan itu dari kamu. Tapi ... Melihat keadaan kamu sekarang, aku nggak yakin ajak kamu."
"Lapak kamu kan nggak jauh dari sekolah Tifa, sepertinya aku bisa. Tapi tunggu sebentar aku bersiap buat aku dan Tifa." Zella terlihat begitu semangat.
"Kamu yakin Zell?"
"Keadaan aku sekarang sangat mengenaskan, tapi ... jika aku bisa melupakan satu detik saja rasa sakitku, satu detik itu sangat berharga demi kewarasanku. Lapakmu lumayan rame, sibuk di sana sangat membantu untuk ketegaran bangunan hatiku." Zella berusaha tersenyum. Walau rasa sakit ini luar biasa, Zella bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan untuk melupakan sejenak rasa sakit itu.
"Tapi ... Apa yang terjadi sama kamu? Kamu belum cerita sama aku," protes Alea.
"Aku akan cerita, tapi sambil kita siapin lapak." Zella pergi menuju kamarnya, mempersiapkan keperluannya dan Alea selama berada di lapak jualan Alea nanti.
Alea melihat semua bawaan Zella. "Banyak banget, kamu mau minggat?"
"Itu Tenda mainan Tifa, kan di bawah pohon dekat lapakmu, aku bisa bangunin tenda buat main Tifa, anggap saja berkemah. Sisanya baju ganti aku sama Tifa, kipas angin portable, sama jajanan."
"Kita satu motor berdua ya?"
"Kalau satu motor berdua, nanti kamu malah harus antar kami lagi, udah kita naik motor masing-masing."
Alea sangat tersiksa oleh rasa penasarannya sebab apa Zella menangis. Semakin dia bertanya, semakin lama pula Zella memberi jawaban. Alea pasrah mengikuti keinginan Zella. Mereka berdua menaiki motor mereka menuju lapak jualan Alea.
Sesampai di tempat jualan, Alea masih berharap Zella membuka suara dan bercerita apa yang dia alami, namun perempuan itu sibuk mempersiapkan lapak. Jualan mereka hampir siap. Alea membersihkan tempat jualan, sedang Zella mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan mereka.
"Pisang kepoknya bagus-bagus, tua dan kencang," Zella memandangi stok pisang jualan Alea.
"Kan katamu jualan pisang janda-janda, eh maaf kan namanya aku modif jadi pisang geprek. Nah katamu dulu kan pisangnya harus bagus untuk rasa yang enak, apalagi pisang gapit, harus pisang yang mengkal, nggak mentah dan nggak terlalu mateng, jadi aku ikutin semua saran kamu untuk pisang bagaimana."
"Masalahnya sekarang sulit dapatin pisang yang tua beneran, banyak pisang-pisang muda yang dipaksa mateng oleh oknum, entah itu penjual atau pemilik sebelumnya," ucap Zella.
"Ya pakai taktik, akhirnya aku ketemu penjual yang jujur," sahut Alea.
"Jualan selama ini gimana omsetnya Al?"
"Alhamdulillah, makanya aku sayang banget kalau sampe tutup, sebab itu aku langsung nyari kamu pas Ragil chat tiba-tiba bilang berhenti."
"Jadi gimana selanjutnya?" tanya Zella.
"Niat aku, sebelum aku dapat pengganti Ragil, ya kita berdua dulu yang jalanin, di balik lapak sederhana ini, ada beberapa pekerja yang mendapat keuntungan kecil karena aku butuh tenaga mereka. Tapi, itu juga kalau kamu mau dan dapat izin dari Akhsan."
Pandangan Zella beralih pada penggorengan yang berisi banyak pisang mentah yang digoreng utuh untuk pisang geprek. "Kayaknya hubungan aku dan Kak Aksan akan segera berakhir."
Plak!
Satu pack gelas plastik terlepas dari tangan Alea.
"Tanpa sepengatahuan aku, Kak Akhsan nikah lagi." Zella terlihat tenang sambil membungkusi sambal geprek untuk pisang geprek yang akan dia jual.
"Jadi ... tadi kamu nangis--" Alea mengisyarat akan penyebab kehancuran Zella.
"Suami yang 11 tahun bersamaku, tiba-tiba aku tahu dia punya bidadari kedua, bagaimana aku bisa tegar? Aku manusia biasa Al, aku hancur dan aku nangis."
Alea tidak bisa berkata apa-apa. Dia langsung memeluk Zella. "Sahabat macam apa aku ini? Kamu terpuruk aku malah minta bantuan kamu untuk bisnis aku." Alea terisak membayangkan rasa sakit Zella.
"Kamu sahabat yang baik, saat aku hampir tidak kuat menerima semua rasa sakitku, Allah mengirim dirimu agar aku bisa melupakan masalahku sejenak. Selama bersiap untuk jualan ini, aku benar-benar bisa lupa sejenak akan rasa sakitku."
"Maafin aku ...." sesal Alea.
"Nggak ada yang harus di maafin, aku malah makasih sama kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
jadilah perempuan mandiri zellia biar bisa lepas dari suami yg gak tau duri
2023-12-08
0
Fahri Surbakti Fahri
bagitau sakitnya hati ku Thor , berasa ikut didalamnya. Aksan..... tunggu lah karma mu, apa yg kamu tanam, itu lah yang kamu tuai nanti nya.
2023-10-07
0
Riana
betul betul harus segere krek
2023-10-04
0