Bab 9

Walau di luar rumah matahari bersinar cerah, namun Zella merasa hidupnya kini begitu gelap. Menarik dan menghembuskan napas terasa begitu berat. Zella mengambil bantal dan menenggelamkan wajahnya pada bantal itu.

"Arggggg!"

Teriakan itu tertahan oleh bantal.

"Kejahatan apa yang aku lakukan padamu Kak Akhsan, sehingga kamu memberikan rasa sakit sebesar ini padaku."

Tok! Tok! Tok!

Samar indra pendengaran Zella mendengar ada yang mengetuk pintu rumah seraya memanggil namanya.

Zella berusaha menyudahi tangisanya, sepasang tangannya sibuk mengusap sisa air mata yang tersisa. "Dari suaranya, sepertinya itu Alea."

Zella mengatur napasnya. "Ya Rabb, berikan aku kekuatan untuk terlihat bahagia walau aku sesakit dan sehancur ini."

Karena panggilannya tidak ada yang merespon, Alea mengambil handphone dan menghubungi Zella. Detik yang sama benda pipih persegi panjang milik Zella mengeluarkan suara. Di luar rumah Alea juga mendengar nada dering dari handphone Zella.

"Zell, kamu ngerjain aku ya? Aku kira kamu nggak di rumah. Bukain dong ... ada perkara darurat Zel!" pinya Alea.

Zella masih ragu menampakan wajahnya, mana bisa dia menyembunyikan jejak tangis yang jelas dari wajahnya. Sepasang mata yang masih sembab, hidung yang merah, dan cairan penghuni lubang hidungnya terus berusaha keluar dari lubang gelap itu.

"Zel, kamu baik-baik aja kan? Nggak biasa kamu kayak gini loh, asalkan kamu di rumah, kamu selalu bukain pintu buat aku," ujar Alea sambil menggedor pintu rumah yang Zella tinggali.

"Bukain Alea pintu zel, mungkin Tuhan yang mengantarkan dia kemari sebab urusan penting dia yang harus melibatkan kamu," Zella bermonolog. Sepasang kaki panjang itu mulai mengayun menuju pintu.

Ceklak!

Kala daun pintu itu terbuka, terlihat wajah cemas sahabatnya. Sedang Alea seketika melotot melihat keadaan sahabatnya.

"Kamu kenapa?" Alea langsung masuk, dan mengusap setetes air mata Zella yang terlanjur lepas.

"Kita bicara di dalam." Zella langsung mengunci pintu dan mengajak Alea menuju ruang makan.

"Zella, apa yang terjadi sama kamu? Kamu masih anggap aku sahabat kamu kan? Ayo cerita sama aku."

Zella berusaha menenangkan dirinya yang kembali goyah, karena terharu akan perhatian Alea. "Kamu ke sini katanya ada urusan darurat, apa yang bisa aku bantu?" Suara Zella terdengar sumbang.

"Zella!" Alea kesal karena pertanyaannya dijawab oleh pertanyaan.

"Kamu kasih tau apa yang darurat itu, sehingga kamu harus cari aku, setelah itu baru aku cerita sama kamu apa yang terjadi sama aku."

Alea sangat memahami sahabatnya. Jika dia tidak mengatakan, Zella juga tidak akan bercerita padanya. "Aku ragu kamu bisa bantu aku setelah aku liat keadaan kamu sekarang."

"Fisik aku baik-baik aja Al, yang bermasalah cuma hatiku."

"Zel ...." Alea bingung, harus bagaimana.

"Hal darurat apa? Siapa tahu kedatanganmu memang Allah atur untuk mengurangi rasa sakit hatiku," ucap Zella.

"Kamu tahu Ragil kan, dia orang yang ku ajak kerjasama jualan pisang gapit dan pisang geprek. Tanpa alasan dia berhenti gitu aja, stok aku masih banyak pula. Tadinya aku mau minta tolong kamu buat nemenin aku habisin stok. Kamu tahu sendiri aku nggak bisa masaknya, yang bisa itu kamu, karena resep itu dan ide jualan itu dari kamu. Tapi ... Melihat keadaan kamu sekarang, aku nggak yakin ajak kamu."

"Lapak kamu kan nggak jauh dari sekolah Tifa, sepertinya aku bisa. Tapi tunggu sebentar aku bersiap buat aku dan Tifa." Zella terlihat begitu semangat.

"Kamu yakin Zell?"

"Keadaan aku sekarang sangat mengenaskan, tapi ... jika aku bisa melupakan satu detik saja rasa sakitku, satu detik itu sangat berharga demi kewarasanku. Lapakmu lumayan rame, sibuk di sana sangat membantu untuk ketegaran bangunan hatiku." Zella berusaha tersenyum. Walau rasa sakit ini luar biasa, Zella bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan untuk melupakan sejenak rasa sakit itu.

"Tapi ... Apa yang terjadi sama kamu? Kamu belum cerita sama aku," protes Alea.

"Aku akan cerita, tapi sambil kita siapin lapak." Zella pergi menuju kamarnya, mempersiapkan keperluannya dan Alea selama berada di lapak jualan Alea nanti.

Alea melihat semua bawaan Zella. "Banyak banget, kamu mau minggat?"

"Itu Tenda mainan Tifa, kan di bawah pohon dekat lapakmu, aku bisa bangunin tenda buat main Tifa, anggap saja berkemah. Sisanya baju ganti aku sama Tifa, kipas angin portable, sama jajanan."

"Kita satu motor berdua ya?"

"Kalau satu motor berdua, nanti kamu malah harus antar kami lagi, udah kita naik motor masing-masing."

Alea sangat tersiksa oleh rasa penasarannya sebab apa Zella menangis. Semakin dia bertanya, semakin lama pula Zella memberi jawaban. Alea pasrah mengikuti keinginan Zella. Mereka berdua menaiki motor mereka menuju lapak jualan Alea.

Sesampai di tempat jualan, Alea masih berharap Zella membuka suara dan bercerita apa yang dia alami, namun perempuan itu sibuk mempersiapkan lapak. Jualan mereka hampir siap. Alea membersihkan tempat jualan, sedang Zella mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan mereka.

"Pisang kepoknya bagus-bagus, tua dan kencang," Zella memandangi stok pisang jualan Alea.

"Kan katamu jualan pisang janda-janda, eh maaf kan namanya aku modif jadi pisang geprek. Nah katamu dulu kan pisangnya harus bagus untuk rasa yang enak, apalagi pisang gapit, harus pisang yang mengkal, nggak mentah dan nggak terlalu mateng, jadi aku ikutin semua saran kamu untuk pisang bagaimana."

"Masalahnya sekarang sulit dapatin pisang yang tua beneran, banyak pisang-pisang muda yang dipaksa mateng oleh oknum, entah itu penjual atau pemilik sebelumnya," ucap Zella.

"Ya pakai taktik, akhirnya aku ketemu penjual yang jujur," sahut Alea.

"Jualan selama ini gimana omsetnya Al?"

"Alhamdulillah, makanya aku sayang banget kalau sampe tutup, sebab itu aku langsung nyari kamu pas Ragil chat tiba-tiba bilang berhenti."

"Jadi gimana selanjutnya?" tanya Zella.

"Niat aku, sebelum aku dapat pengganti Ragil, ya kita berdua dulu yang jalanin, di balik lapak sederhana ini, ada beberapa pekerja yang mendapat keuntungan kecil karena aku butuh tenaga mereka. Tapi, itu juga kalau kamu mau dan dapat izin dari Akhsan."

Pandangan Zella beralih pada penggorengan yang berisi banyak pisang mentah yang digoreng utuh untuk pisang geprek. "Kayaknya hubungan aku dan Kak Aksan akan segera berakhir."

Plak!

Satu pack gelas plastik terlepas dari tangan Alea.

"Tanpa sepengatahuan aku, Kak Akhsan nikah lagi." Zella terlihat tenang sambil membungkusi sambal geprek untuk pisang geprek yang akan dia jual.

"Jadi ... tadi kamu nangis--" Alea mengisyarat akan penyebab kehancuran Zella.

"Suami yang 11 tahun bersamaku, tiba-tiba aku tahu dia punya bidadari kedua, bagaimana aku bisa tegar? Aku manusia biasa Al, aku hancur dan aku nangis."

Alea tidak bisa berkata apa-apa. Dia langsung memeluk Zella. "Sahabat macam apa aku ini? Kamu terpuruk aku malah minta bantuan kamu untuk bisnis aku." Alea terisak membayangkan rasa sakit Zella.

"Kamu sahabat yang baik, saat aku hampir tidak kuat menerima semua rasa sakitku, Allah mengirim dirimu agar aku bisa melupakan masalahku sejenak. Selama bersiap untuk jualan ini, aku benar-benar bisa lupa sejenak akan rasa sakitku."

"Maafin aku ...." sesal Alea.

"Nggak ada yang harus di maafin, aku malah makasih sama kamu."

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

jadilah perempuan mandiri zellia biar bisa lepas dari suami yg gak tau duri

2023-12-08

0

Fahri Surbakti Fahri

Fahri Surbakti Fahri

bagitau sakitnya hati ku Thor , berasa ikut didalamnya. Aksan..... tunggu lah karma mu, apa yg kamu tanam, itu lah yang kamu tuai nanti nya.

2023-10-07

0

Riana

Riana

betul betul harus segere krek

2023-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8 Teman Masa Kecil
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12 Bab 12
13 Bab 13 Titip Salam
14 Bab 14 Warisan
15 Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16 Bab 16 Rencana
17 Bab 17 Drama Shamil
18 Bab 18 Rencana Indri
19 Bab 19 Misi Dimulai
20 Bab 20 Bau
21 Bab 21 Percaya
22 Bab 22 Tragedi
23 Bab 23 Elisa
24 Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25 Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26 Bab 26 Ibu Sakit
27 Bab 27 Berjasa?
28 Bab 28 Rongsokan
29 Bab 29 Tante itu siapa?
30 Bab 30 Menggila
31 Bab 31 Tawaran
32 Bab 32 Cerai
33 Bab 33 Hadiah dari Ayah
34 Bab 34 Rumah
35 Bab 35 Kesepian
36 Bab 36 Takut Nikah
37 Bab 37 Kemarahan Zella
38 Bab 38 Sadis
39 Bab 39 Kamu Dipecat!
40 Bab 40 Mereka Menipuku
41 Bab 41
42 Bab 42 Makin Bahagia
43 Bab 43 Di Rumahkan
44 Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45 Bab 45 Ranti Vs Shamil
46 Bab 46 Lamaran?
47 Bab 47 Ditolak
48 Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49 Bab 49 Ide Gila Ranti
50 Bab 50 Jalani Aja Dulu
51 Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52 Bab 52 Penipu Sebenarnya
53 Bab 53 Shamil Penipu
54 Bab 54 Kesempatan
55 Bab 55 Bensin dan Api
56 Bab 56 Pelakor
57 Bab 57 Kemarahan Ibu
58 Bab 58. Didiamkan Sahabat
59 Bab 59 Tak Kenal Sehari
60 Bab 60 Salah Faham
61 Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62 Bab 62 Hutang Jasa
63 Bab 63 Syarat?
64 Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65 Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66 Bab 65 Sebatas Mimpi
67 Bab 66 Ikhlaskan
68 Bab 67 Mimpi
69 Bab 68 Zella ... Munaroh
70 Bab 69 Jubae vs Elisa
71 Bab 70 Tak Punya Urusan
72 Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73 Bab 72 Itu Sudah Biasa
74 Bab 73 Mama Mengerti
75 Bab 74 Bukan Salah Kamu
76 Bab 75 Tidak Mengerti
77 Bab 76 Tak Semudah Itu
78 Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79 Bab 78 Tak Berdaya
80 Bab 79 Pulang lah
81 Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82 Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83 Bab 82
84 Bab 83 Dukungan Ayah
85 Bab 84 Bukan Zella
86 Bab 85
87 Bab 86 Dilabrak
88 87 Dia Anakku
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8 Teman Masa Kecil
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 Ikhlaskan Masa Lalu
12
Bab 12
13
Bab 13 Titip Salam
14
Bab 14 Warisan
15
Bab 15 Firasat Seorang Ibu
16
Bab 16 Rencana
17
Bab 17 Drama Shamil
18
Bab 18 Rencana Indri
19
Bab 19 Misi Dimulai
20
Bab 20 Bau
21
Bab 21 Percaya
22
Bab 22 Tragedi
23
Bab 23 Elisa
24
Bab 24 Tulang Rusuk Jadi Tulang Punggung
25
Bab 25 Sumber Rasa Sakit Itu
26
Bab 26 Ibu Sakit
27
Bab 27 Berjasa?
28
Bab 28 Rongsokan
29
Bab 29 Tante itu siapa?
30
Bab 30 Menggila
31
Bab 31 Tawaran
32
Bab 32 Cerai
33
Bab 33 Hadiah dari Ayah
34
Bab 34 Rumah
35
Bab 35 Kesepian
36
Bab 36 Takut Nikah
37
Bab 37 Kemarahan Zella
38
Bab 38 Sadis
39
Bab 39 Kamu Dipecat!
40
Bab 40 Mereka Menipuku
41
Bab 41
42
Bab 42 Makin Bahagia
43
Bab 43 Di Rumahkan
44
Bab 44 Kami Sudah Bercerai
45
Bab 45 Ranti Vs Shamil
46
Bab 46 Lamaran?
47
Bab 47 Ditolak
48
Bab 48 Membangun Kembali Mimpi
49
Bab 49 Ide Gila Ranti
50
Bab 50 Jalani Aja Dulu
51
Bab 51 Gatot (Gagal Total)
52
Bab 52 Penipu Sebenarnya
53
Bab 53 Shamil Penipu
54
Bab 54 Kesempatan
55
Bab 55 Bensin dan Api
56
Bab 56 Pelakor
57
Bab 57 Kemarahan Ibu
58
Bab 58. Didiamkan Sahabat
59
Bab 59 Tak Kenal Sehari
60
Bab 60 Salah Faham
61
Bab 61 Memangnya Kita Siapa?
62
Bab 62 Hutang Jasa
63
Bab 63 Syarat?
64
Bab 64 Sebuah Kepercayaan
65
Bab 65 Meninggalkan Demi Menyelesaikan
66
Bab 65 Sebatas Mimpi
67
Bab 66 Ikhlaskan
68
Bab 67 Mimpi
69
Bab 68 Zella ... Munaroh
70
Bab 69 Jubae vs Elisa
71
Bab 70 Tak Punya Urusan
72
Bab 71 Karena Anak Bu Jubae
73
Bab 72 Itu Sudah Biasa
74
Bab 73 Mama Mengerti
75
Bab 74 Bukan Salah Kamu
76
Bab 75 Tidak Mengerti
77
Bab 76 Tak Semudah Itu
78
Bab 77 Balas Dendam Itu ...
79
Bab 78 Tak Berdaya
80
Bab 79 Pulang lah
81
Bab 80 Sendirian Di Masa Tua
82
Bab 81 Perempuan Paling Cantik
83
Bab 82
84
Bab 83 Dukungan Ayah
85
Bab 84 Bukan Zella
86
Bab 85
87
Bab 86 Dilabrak
88
87 Dia Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!