Masih Flash Back ya ....
*****
Sepanjang siang berada di kebun Nadi, sore harinya Zella dan Akhsan kembali ke rumah orang tua Zella. Di sana hanya ada ibu Zella. Ibu dan Ayah Zella bercerai saat Zella masih kecil. Sebab kegagalan rumah tangga yang diaami ibunya hal ini membuat Zella tidak terlalu berani mempercayakan hatinya pada laki-laki. Dia takut kegagalan ibunya juga dia rasakan.
Pernikahannya dengan Akhsan dia setujui semata demi kebahagiaan Neneknya yang sangat menyukai Akhsan. Zella berserah pada penguasa langit dan bumi, jika sang pencipta menggariskan takdir itu padanya, dia yakin ada kebaikan di sana.
"Kemana saja kalian seharian ini?" tanya Indri.
"Kami jalan-jalan ma, keliling ngukur jalan, eh Kak Akhsan pas lihat perkebunan di provinsi sebelah malah kayak perangko nempel di amplop, nggak mau pulang," jelas Zella.
"Kamu ke--" Ibu Zella mengisyarat Taufik.
"Iya ma, mama tenang aja, masa lalu itu, dan aku benar-benar melupakan hal itu."
"Memangnya apa masa lalu kamu?" sela Akhsan.
"Sepenting itu masa laluku sehingga harus aku ceritakan? Kalau memang penting, aku akan cerita," ucap Zella.
Akhsan mematung, dia berharap Zella menceritakan masa lalunya, tapi jika Zella meminta hal yang sama padanya, apakah dirinya siap?
"Dulu saat masih SMA, Zella punya hubungan dengan salah satu pemuda di sana, semua berjalan baik dan mereka hampir menikah, namun saat menjelang lamaran, ibu dari pemuda itu tidak mau menerima Zella setelah tau Zella putriku."
Ibu Zella menatap sedih pada Zella. "Semua karena kecerobohan mama, tapi anaknya juga kena."
Zella mengusap kedua pundak ibunya. "Semua kehendak Allah ma, apa yang bukan untuk Zella walau sudah Zella pegang erat, hal itu akan pergi begitu saja. Jangan nyalahin diri mama."
Ibu Zella menarik napasnya begitu dalam, mempersiapkan diri untuk melanjutkan ceritanya. "Aku dan Ayah pemuda itu pernah punya hubungan, tapi itu juga karena kebohongan Ayah pemuda itu, dia bilang istrinya tiada, aku juga percaya dan kami menikah. Saat aku tahu ternyata istrinya masih ada, saat itu juga kami bercerai, namun gelar perebut tetap saja menempel padaku, walau saat itu posisiku adalah korban kebohongan, sejak kejadian itu, aku tidak ingin menikah lagi, pikiranku hanya Zella. Saat ini aku merasa tenang, karena Zella sudah ada yang mengurus."
Akhsan mengangguk pelan, yang dia mengerti gosip hangat yang dimaksud oleh Kakak perempuan Nadi waktu di kebuh, ternyata batalnya pernikahan Zella, karena Zella anak dari perempuan yang pernah menjadi madu dari orang tua pemuda itu.
"Aku tidak punya bukti nyata untuk membuatmu percaya padaku, tapi sebelum aku memutuskan untuk menikah denganmu, aku benar-benar menyelesaikan kisah masa laluku, karena masa depan akan terganggu jika ada kisah masa lalu yang belum diselesaikan." Zella menatap lembut pada Akhsan.
Tatapan Zella itu membuat Akhsan merasa bersalah, Zella bisa menyelesaikan masa lalunya sebelum memulai hubungan yang baru, tapi dirinya? Jangankan menyelesaikan kisahnya, dirinya masih terpasung oleh cinta masa lalu.
"Sudah-sudah ayok kita santai dulu, ingat nyanyian Inul, masa lalu biarlah masa lalu," ujar indri.
"Aku udah bilang gitu, mama aja yang ungkit lagi, aku benar-benar bisa melupakan masa lalu, dan menyambut masa depanku dengan ihklas." Zella menatap malu pada Akhsan.
Sedang Akhsan menunduk sedih, namun menunduknya Akhsan membuat Zella semakin bahagia, dia merasa Akhsan memiliki perasaan yang sama dengannya.
***
Masa cuti Akhsan selesai, Akhsan membawa Zella ke kotanya dan memulai hidup baru di sana. Sebulan menjalani kehidupan sebagai istri, tidak ada masalah bagi Zella, hingga di suatu hari Zella bertemu dengan teman Akhsan yang bernama Ari. Laki-laki itu bertamu ke rumah Akhsan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Melihat Ari dan Akhsan tengah bersantai, Zella perlahan mendekat dengan membawa nampan yang berisi kopi dan gorengan. "Gimana udah selesai pekerjaannya?" tanya Zella.
"Alhamdulillah sudah Zell," sahut Ari.
"Oh iya Ri, kapan itu aku sama Kak Akhsan bertemu Shamil."
"Shamil? Dia siapa?" Ari berusaha mengingat siapa sosok itu.
"Mantan pacar kamu, kamu tenang aja Ri, mantanmu insya Allah akan bahagia sama suaminya, Nadi itu orangnya baik dan jujur, pemuda yang baik pokoknya, kamu yakin aja, Shamil pasti akan bahagia sama dia." Zella meyakinkan.
Namun Ari menggaruk kepalanya, mantan pacarnya seingatnya tidak ada yang bernama Shamil. "Aku bener-bener lupa deh sama Shamil."
Zella mematung, bukannya Shamil sangat berarti bagi Ari, sampai memberi amanah pada Akhsan untuk memastikan mantannya bahagia, mengapa Ari malah terlihat bingung.
"Shamil yang itu Ri ...." Akhsan memberi isyarat pada Ari.
Firasat hati Zella semakin tidak enak, jika Shamil berarti bagi Ari, mengapa Akhsan memberi kode pada Ari? Jika memang Shamil mantan pacar Ari yang sangat dia khawatirkan, tentu Ari mudah mengingatnya.
Jangan-jangan pikiran aku benar, Shamil mantan kak Akhsan, bukan Ari, pikir Zella.
"Owh ... yang nikah sama orang kepercayaan juragan Taufik yang terkenal memiliki perkebunan luas itu." Ari memahami kode dari Akhsan, dia mengerti mengapa Akhsan menyebut Shamil mantan pacarnya, pikirnya Akhsan ingin menjaga perasaan istrinya.
Melihat Ari mengingat Shamil, Zella berusaha menyimpan pikiran sesatnya. "Kemaren aku sama Kak Akhsan ke kebun dia, salut aku sama pertemanan kalian, demi memastikan kebahagiaan mantan pacar temannya, Kak Akhsan rela jauh-jauh naik motor ketempat itu."
Akhsan menunduk malu, dia tidak enak pada Ari karena memakai namanya untuk kebohongan dirinya. Sedang Ari, menatap curiga pada Akhsan. Namun karena ada Zella dia menahan diri untuk tidak menanyakan tujuan Akhsan menemui mantannya.
"Silakan dinikmati, aku pamit ya," ujar Zella.
Zella meninggalkan ruang tamu, jujur hatinya masih terhalang sesuatu, dari raut wajah Ari sangat jelas dia tidak mengenal Shamil. Yang semakin mengganggu pikirannya selalu terlintas di benaknya saat melihat Akhsan memberi kode pada Ari.
Flash Back Off.
Di kediaman pengantin baru yang menikah kemaren. Keadaan rumah itu terlihat sepi, karena akad nikah diadakan di rumah kontrakan Shamil, setelah akad nikah selesai, keluarga Shamil langsung meninggalkan rumah itu. Sehingga pengantin baru itu sesuka hati mereka melakukan apa saja di rumah itu.
Rasa cinta yang mereka pendam belasan tahun, walau bercinta semalaman masih belum mencurahkan segala rasa yang mereka simpan selama ini. Jarum jam menunjuk pada angka 9. Akhsan terkapar di tempat tidur, sedang Shamil duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
Shamil terbayang indahnya masa pacaran online mereka via maya, 1 tahun menjalin hubungan terlarang, saat dia masih berstatus sebagai istri, dan 1 tahun berhubungan online setelah dirinya resmi menjanda.
"Kamu udah cantik aja," ucap Akhsan dengan suara seraknya.
"Eh udah bangun kamu sayang?" Shamil segera mendekati Akhsan dan masuk kedalam pelukan suami sirinya itu.
"Ternyata menikahi orang yang kita cinta sangat indah, aku merasa menyesal karena dulu tidak berani memperjuangkan kamu lebih keras lagi, andai aku berusaha lebih keras, pasti hubungan kita sudah sah sejak lama, tanpa ada Nadi dan Zella dalam kehidupan kita."
Mengingat nama Zella seketika Shamil melepaskan pelukannya pada Akhsan. "Terus bagaimana selanjutnya hubungan kita? Kamu pasti ingin mempertahankan Zella juga kan?"
"Zella adalah istri pilihan dari ibuku, 11 tahun hidup dengan dia aku tidak ada keinginan untuk melepaskan dia. Aku menikahimu karena kamu mau jadi istri rahasiaku, rasa cintaku yang terlalu besar membuatku tidak memikirkan apa lagi, aku hanya ingin dirimu." Akhsan menarik Shamil ke pelukannya dan melahap habis bibir seksi wanita yang tidak pernah pergi dari hatinya.
Perlahan pangutan mereka terlepas. "Terus bagaimana selanjutnya? Jujur rasa cintaku hanya membimbing otakku agar bisa memilikimu, tapi bagaimana menjalani kehidupan setelahnya aku tidak tahu," ucap Shamil.
"Aku akan kontrakin rumah buat kamu dekat kantor, kamu kan juga bekerja di kota yang sama dengan aku, anakmu juga sekolah di kota itu. Setiap ada waktu aku pastikan aku bersamamu, karena kamu yang aku cinta. Jujur aku tidak pernah merasa mencintai Zella."
Keadaan pun kembali memanas. Bersama Shamil, Akhsan merasa seperti ABG lagi, yang baru merasakan cinta. Saat pergulatan ranjang mereka semakin panas, tiba-tiba handphone Akhsan berdering, sontak hal itu mengundang kekesalan Akhsan.
"Zella yang telepon?" tebak Shamil.
Akhsan mengangguk lemah.
"Angkat saja, aku mau lihat kamu fokus sama yang mana." Shamil merubah posisi pergulatan mereka, dia memimpin pertarungan mengambil alih posisi diatas, sedang Akhsan pasrah di bawah sambil berbicara dengan Zella.
"Assalamu'alaikum, bah."
Sapaan yang Akhsan dengar setelah menggeser icon hijau.
"Wa'alaikum salam. Gimana kabar kamu?" tatapan Akhsan tertuju pada Shamil yang menaikan tempo kecepatan naik turun dan putarannya. Membuat kepala bawahnya semakin berdenyut. Akhsan berusaha menjaga kesadarannya yang mulai goyah karena jepitan dan pijatan special dari dalam diri Shamil pada bagian sensitif tubuhnya.
"Alhamdulillah aku baik," sahutan di ujung telepon sana. Mendengar napas Akhsan yang tidak teratur membuat Zella khawatir. "Abah ..."
"I--ya ...." Akhsan berusaha untuk tetap sadar, walau saat ini dirinya merasa mulai terbang dengan rasa itu.
"Abah baik-baik saja?" Zella sangat khawatir.
"Abahhh, baik-- ummm--" hampir sebuah desssahan lepas dari mulut Akhsan
"Tapi dari suara kamu, kayaknya kamu kurang tidur ya?" tebak Zella.
Akhsan semakin goyah, dia menahan napasnya karena setiap hentakan yang Shamil berikan membuat segala rasa aneh berkumpul di ubun-ubunnya. "Emm, begitulah ...."
"Yakin abah baik-baik aja? Mama khawatir, suara abah seperti tertahan gitu, abah sakit ya?" Zella cemas mendengar suara suaminya yang terdengar semakin aneh.
"Aku baik aja, aku udah gak tahan, dari tadi nahan mau ke toilet, karena liat kamu telpon aku--" Akhsan tidak sanggup lagi bertahan, dia memutuskan panggilannya dengan Zella, dia melempar sembarang handphone itu dan mengimbangi pelayanan Shamil.
Sedang di sisi lain, Zella tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Pantas saja suaranya aneh, ternyata kebelet!" Zella terus tertawa membayangkan suaminya menahan sesuatu demi menerima panggilan teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
ya ampun ada suami spt itu.
2025-03-09
0
Rusiani Ijaq
suami dan teman biadab, semoga author nya ngak pro sama 2 binatang yg berwujud manusia hiha dan tukang zinah
2024-11-01
1
Hanipah Fitri
suami kurang ajar
2023-12-08
0