Meta For Siah

Meta For Siah

Meta simamora

   "berapa lama lagi aku harus menunggu mu met? Sampai beruban nya aku, tak berubah pun muka kau itu. " keluh susi mengomeli ku.

   Memang sejak pagi buta tadi gadis itu menunggu ku berdandan, karena kami harus segera berangkat ke kampus menghadiri acara wisuda.

   Susi asli orang medan, dia adalah teman satu kos sekaligus juga tetangga dikampung bapak ku, mulut anak itu memang terkadang kasar dan kurang ajar, tapi aslinya dia anak yang baik hati dan tidak sombong.

   Aku Meta simamora yang akan mengakhiri penderitaan ku di universitas. Hari ini aku akan memakai toga yang nanti akan aku lempar kemulut orang-orang yang menghinaku dulu. Ah, maksudku memperlihatkan keberhasilan ku pada mereka yang dulu meremehkan kami.

   Aku sudah memakai kebaya dan berdandan sedikit ala-ala korea gitu, dandan tipis-tipis saja agar terlihat lebih segar.

   Ibu sejak tadi mondar mandir di depan kamar, entah kenapa ibu tampak gelisah sejak tadi, perasaan ku oun jadi tak enak melihatnya, sementara bapak ku sedang duduk santai bersama keluarga yang lain diteras.

    Kosanku yang kecil tidak cukup untuk menampung keluarga bapak yang dari medan. Sementara keluarga ibu yang memang tinggal di bandung, yang datang hanya beberapa orang saja duduk diruang tamu.

   "met, ini dandanan ibu udah bagus belum?" Tanya ibu saat aku baru keluar dari kamar.

   Aku menghela nafas dengan senyum di bibir. "yang wisuda aku, yang heboh malah ibu. " ujar ku melihat dandanan ibu yang sudah seperti 𝘯𝘺𝘢𝘪 itu.

   Ibu terkekeh kecil kemudian berkata. "ibu tidak mau kamu nanti malu, kalau ibu dandan nya biasa saja. Ini kan hari istimewa kamu. " ucap ibu membenarkan letak selendang di pundaknya, entah sudah yang keberapa kalinya dia lakukan.

   Saat asyik merapikan baju ibu, namboru ku datang dengan wajah tak senang.

   "acaranya jam berapa met! Kalau masih lama namboru indak jadi pergi lah met, pasti disana panas, bisa luntur make up namboru. " ucap adik bapak ku yang julidnya luar binasa itu.

   Aku menoleh sekilas."oh iya namboru, ngak apa-apa kok, lagian nanti yang bakal masuk dalam acara cuma ibu sama bapak saja."ucap ku dengan senyum semanis mungkin.

   "lah kok gitu, jadi buat apa kami jauh-jauh dari medan ke sini kalau tidak bisa masuk. " tanya namboru dengan mata bulat.

   "bukan tidak boleh masuk namboru, boleh saja, cuma tidak satu tempat saja sama aku. " kata ku pelan, harus ku jelaskan seperti apa agar namboru cantik ku ini mengerti.

   Sedang asik berdebat dengan adik bapak, suara teriakan keras dari luar menarik perhatian semua orang didalam ruangan.

   "sudah, sudah, suka sekali nya kau mengganggu keponakan mu itu. " tegur bapak pada adik nya.

   "cih, siapa pula yang menganggu, kualat kau meta sudah membohongi namboru." mata ku membulat mendengar ucapan namboru itu.

    Loh, loh, kok jadi aku yang kualat, tega sekali namboru, dihari ku yang baik ini malah menyumpahi ku. 𝘢𝘮𝘪𝘵-𝘢𝘮𝘪𝘵 𝘥𝘦𝘩.

    Bapak menatap kearah ku dan ibu, senyum cerah terbit di bibirnya.

    "kalau sudah siap, marilah kita berangkat, jalanan pasti macet ini. " kata bapak dengan suara pelan, namun entah kenapa seperti berteriak di telinga orang yang mendengarnya.

   Akhirnya kami semua berangkat naik mobil yang sudah kurental kemaren, kami berangkat tiga mobil, satu mobil berisi keluarga bapak, yang satu lagi keluarga ibu, dan yang terakhir berisi aku bapak, ibu dan susi.

   Jalanan sangat ramai, sulit sekali jika ingin menyalip, bapak sesekali memotong pengendara lain yang jalan nya pelan seperti bebek masuk kandang.

   "bapak, pelan saja bawa mobilnya. " tegur ibu ketika bapak mulai menyalip lagi. " bapak ndak lihat jalan ramai begini? Rawan ini pak. " ibu mulai mengoceh. Beliau memang sedikit penakut kalau soal salip menyalip ini, katanya perutnya langsung kembung saat berselisih dengan mobil.

   "kalau pelan kapan sampainya bu! Bisa-bisa kita sampai acara nya sudah selesai. " protes bapak yang tidak akan mau mengalah kalau berdebat dengan ibu.

      Brak... Ckieeetttttt...

   Suara tabrakan dibelakang mobil kami mengema keseluruh jalanan. Ibu dan bapak sampai berteriak saking kagetnya. Aku menoleh kebelakang, sedetik kemudian mata ku melotot saat melihat sebuah mobil terguling dan dibelakangnya ada mobil lain yang melaju kencang tepat ke arah mobil kami.

      Brak.... Bom.... Pttsss..

   Secepat kilat, aku bahkan beum sempat bersuara, mobil kami sudah dihantam dengan keras sehingga kaca mobil belakang pecah, leher ku terasa perih, saat kuraba, ternyata ada pecahan kaca menancap disana, kepala ku juga terasa sakit dan aku merasakan ada cairan kental meleleh di pelipis ku, dibangku sebelahku susi tergeletak tak sadarkan diri dengan kepala berlumuran darah, tubuh ku mulai terasa dingin dan menggigil, suaraku tercekat, mataku berkunang-kunang.

   "meta..Meta sayang bangun nak. Tolooong. Tolong anak ku. "ibu memanggil ku dengan suara berteriak bercampur tangis.

   kalau tidak salah itu kalimat terakhir yang aku dengar, sebelum aku kehilangan kesadaran.

****

        Eugh....

   '𝘢𝘥𝘶𝘩, 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘤𝘢𝘩, 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘥𝘪 𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘶𝘮𝘱𝘶𝘩? 𝘰𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘫𝘢𝘻𝘢𝘩 𝘬𝘶?, 𝘵𝘰𝘨𝘢 𝘬𝘶?. '

   '𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪, 𝘣𝘢𝘱𝘢𝘬.... 𝘪𝘣𝘶... 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘯𝘢𝘧𝘢𝘴 𝘬𝘶 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘬, 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪?. 𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘶𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘪𝘬𝘶, 𝘢𝘸𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘴, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪. '

   Aku terus membatin sendiri, karena memang suara ku tidak bisa keluar. Hidung ku semakin geli, rasanya aku ingin bersin.

    Hachim....

    Ha, lega sekali rasanya, aku mengosok-gosok hidungku yang terasa gatal. Secara perlahan aku membuka mata yang terasa lengket, punggungku rasanya sakit sekali, entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri.

   Aku melebarkan mataku sedikit panik kemudian menarik nafas dalam-dalam. Bukannya rasa lega malah nafas ku terasa sesak dibuatnya.

   uhuk... Uhuk...

   Banyak sekali debu yang terhirup hidungku, aku mengedarkan pandangan sekeliling. Tempat ini terlihat asing, tidak, ini memang asing. Atap dari daun 𝘯𝘪𝘱𝘢𝘩, dinding dari bambu yang terlihat sudah lapuk dan berdebu. lantainya dari papan terlihat kotor, ruangan ini kecil dan sumpek, banyak kain bertumpuk dan bergelantungan dimana-dimana.

   Perasaan ku mulai cemas, mataku memanas rasanya ingin menangis.

   "ibu.... Bapak.... " teriak ku dalam hati karena suara ku masih belum bisa keluar karena tenggorokan ku rasanya perih. Entah dimana aku sekarang. Bapak dan ibu juga tidak datang, padahal aku sudah berteriak cukup keras. oh, maksudku aku berteriak dalam hati jadi mungkin itulah sebabnya ibu dan bapak tidak mendengar.

   Tiba-tiba pintu yang terlihat akan roboh dengan satu tendangan ku itu terbuka.

   Dreeekk...

   Seorang gadis yang mungkin sedikit lebih muda dari ku masuk dan menghampiri ku, aku terkejut dan sedikit takut. bukan karena kehadiran orang itu, tapi aku takut karena penampilannya, bajunya terlihat aneh, kumuh dan penuh tambal seperti baju pengemis. dia semakin mendekati ku.

   "adik, kau sudah sadar? Apa kau lapar? " suara lembut gadis itu mengejutkan ku.

    '𝘩𝘦𝘪, 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘤𝘰𝘤𝘰𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘪𝘭𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘰𝘬𝘦. '

   Tunggu, apa tadi aku salah dengar, gadis ini memanggil ku adik?. siapa dia sebenarnya. Kau tidak tahu aku sudah 23 tahun. 𝘏𝘦𝘭𝘭𝘰.

   "kakak akan bawakan makanan untukmu, ibu dan ayah masih banyak pekerjaan di luar, kau diam lah disini, jika nenek tau kau sudah sadar, mungkin dia akan memintamu kembali bekerja. " tanpa menunggu jawaban ku, gadis itu melangkah keluar dan menutup pintu.

   kakak??apa lagi ini, aku sangat bingung sekarang, sebenarnya apa yang terjadi?ini ada dimana?siapa gadis tadi? dia memanggil dirinya kakak, lalu juga nenek, nenek siapa yang dia maksud.

   Sekarang aku benar-benar bingung, kakiku tidak bisa bergerak. Tapi yang menjadi pikiran ku sekarang adalah makanan yang akan dibawa anak itu, apa dia akan meracuni ku, dan yang terburuk adalah apa makanan itu bisa dimakan, mungkin dia akan membawa sepiring serangga atau cacing.

   hoek.... Aku tidak sanggup membayangkannya.

   Dreeek...

   Tidak berselang lama gadis tadi datang lagi dengan sebuah nampan ditangannya. Dia menghampiri ku dengan senyum ramah, kemudian duduk di sisi ranjang.

   "ini makan lah apa yang ada, semua makanan sudah dihabis kan oleh bibi dan sepupu kita, hanya ini yang tersisa. " ucapnya dengan wajah sedih, matanya berkaca-kaca.

   Aku mencoba untuk duduk, didalam hati aku berdoa semoga makanan ini, tidak seperti dalam bayanganku. Melihat ku kesulitan bergerak, gadis itu mencoba membantu ku, meski ada sedikit perasaan jijik karena dia terlihat sangat kotor, namun aku diam saja karena saat ini aku butuh bantuannya.

   Setelah berhasil duduk, punggungku terasa sakit dan pegal. Kulirik kaki ku sebelah kanan ada perban yang warna nya sudah menguning. Aku melihat pakaian ku yang sama dengan anak itu, compang camping dan penuh tambalan, jangan-jangan aku di selamatkan pemulung waktu kecelakaan itu.

  GIMANA KALAU KALIAN ADA DI POSISI META ?

NANGIS ?

ATAU LANGSUNG TERIAK KAYAK ORANG KESURUPAN?

like dan komen ya!

***

Terpopuler

Comments

Nadyne

Nadyne

mungkin ini yg akan AQ lakukan......
😁😁😁😁

2023-08-08

0

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

mungkin syok berat

2023-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!