"kakak bawa lah ibu kerumah dan segera bersih-bersih. Sisanya biar bibi yang menyelesaikan. " ucap ku saat melihat semua bahan sudah selesai dibersihkan, bawang, cabe dan sayur sudah disiangi dan dicuci bersih, daging juga sudah di potong-potong, nasi juga sudah masak.
"apa maksudmu bersih-bersih? pekerjaan belum selesai, tapi kau sudah menyuruh ibu dan kakakmu istirahat?" protes bibi kedua berkacak pinggang.
aku melirik elis dengan sudut mataku, seolah mengerti dengan tatapan ku, segera dia membawa ibu keluar dari dapur. Aku kembali menatap bibi kedua.
" pekerjaan bagian ibu ku sudah selesai, bahkan lebih banyak dari pekerjaan para bibi. "ucap ku santai.
" lebih banyak dari pekerjaan kami? "tanya bibi ke empat. Sepertinya mereka memang terbiasa hidup nyaman ya. Jadi dengan senang hati aku akan menarik kalian dari kenyamanan itu.
" mencuci baju, memasak air, memasak nasi, membersihkan rumah, menyiangi bahan-bahan untuk memasak sampai bersih. "ucap ku menegaskan setiap kata.
" pekerjaan para bibi yang enam orang ini, tinggal memasukan bahan ini kedalam kuali, selesai. "ucap ku tersenyum remeh, melihat wajah masam mereka satu-persatu.
Mereka yang ada didapur hanya diam. aku tersenyum senang melihat wajah kesal mereka.
" bibi... Sebentar lagi kakek dan nenek akan bangun, sementara sarapan belum selesai, aku takut jika nenek sampai mengamuk. Atau jangan-jangan para bibi sekalian tidak pandai memasak? "sengaja aku memanasi mereka. Terbukti mereka mulai mendekati tungku.
" kau pikir hanya ibu mu yang berguna, kami jauh lebih pintar dari ibumu itu. "ucap bibi pertama yang sudah mulai memasak. Aku terkikik geli melihat mereka yang berebutan untuk memasak.
" bibi jangan rebutan, pelan-pelan saja. di belakang cucian baju bibi juga sudah menunggu. "ucap ku tersenyum geli.
" cucian apa? "tanya bibi ke empat. Enteng sekali mulutnya itu bertanya, sepertinya dia lupa memiliki pakaian kotor.
" mulai sekarang sena tidak mau mencuci baju kita lagi! "bukan aku, tapi bibi pertama yang menjawab.
" apaaaa.....!!! "teriak mereka serempak.
Aku tertawa sambil menutup mulut kemudian meninggalkan mereka dengan wajah ternganga. Mampus.
****
Dimeja semua makanan sudah tersaji, semua orang juga sudah berkumpul bersiap untuk sarapan kecuali ayah dan kakak pertama ku. Aku duduk bersama ibu dan elis, sementara dodo duduk disamping ibu.
Penampilan ibu dan kakak pagi ini tampak lebih segar karena mereka sempat membersihkan diri, berbeda dengan para bibi, wajah mereka terlihat kusut, seperti orang baru bangun tidur.
Kakek menatap kami satu persatu, kemudian dia memperhatikan kan aku sedikit lebih lama, sepertinya dia mengetahui sesuatu, tapi aku tidak peduli, toh kami juga tidak melakukan kesalahan.
"ekhem.... " jika kakek sudah berdehem, artinya hidangan didepan ini sudah bisa di makan.
Seperti biasa bibi pertama dan bibi kedua membagikan makanan, saat tiba giliran ku, aku berbisik pelan ditelinga nya.
"bibi, aku yakin masakan bibi tidak se-enak masakan ibu ku. Ibu ku paling pintar memasak. " aku memanasinya sampai wajah bibi pertama memerah.
Dia memberiku sepotong kecil daging, sayur dan sambal, semua orang mendapat bagian sama rata. Aku mengulum bibir menahan tawa. ternyata mudah sekali memancingnya.
"kau akan tau masakan siapa yang paling enak, ibu mu yang kampungan itu, tidak ada apa apanya. " bisiknya menyeringai kearah ku.
Ya ampun bibi, sejak kau membalas ucapan ku, saat itu juga kau sudah masuk kedalam jebakan ku. Ingin sekali aku mengatakan itu tapi masih kutahan, suatu hari aku akan mengatakannya dengan lantang tapi bukan sekarang. Tunggu saja.
Aku makan dengan cepat, sebentar saja aku sudah selesai, aku juga meminta ibu, elis dan dodo memakan makanan nya dengan cepat. Meski bingung dengan ucapan ku, mereka tetap melakukannya. Setelah mereka menghabiskan makanannya segera ku ambil piring kotor itu dan menumpuk nya di atas piring ku.
Bibi pertama mengerutkan kening melihat apa yang kulakukan, aku diam saja bahkan tidak menoleh padanya.
Kakek, nenek dan para paman sudah selesai makan dan saat mereka meninggalkan meja, segera aku bangkit lalu berjalan ke arah meja, ku ambil piring kakek dan nenek lalu menumpuknya diatas piring ku tadi. Aku meminta ibu dan kakak membawanya kebelakang untuk dicuci. Para bibi yang penasaran dengan yang kulakukan langsung bersuara.
"apa yang kau lakukan. " tegur bibi kedua yang sudah berdiri disamping ku.
"apa bibi tidak melihatnya? " kepandaian ku memancing amarah sudah naik tingkat.
"tentu saja aku melihat nya, tapi kenapa kau menyisakan piring yang lainnya. " teriaknya dengan hidung kembang kempis mulai emosi.
"apa yang bibi katakan, apa bibi meminta kakak dan ibu ku melayani suami bibi. " ucap ku dengan polos.
Mata bibi kedua membola mendengar ucapan ku. Dia menepuk dadanya beberapa kali. lalu menoleh kebelakang. "kakak pertama, ke-kemarilah. " dia memanggil bala bantuan. Apa kalimat ku tadi membuat dia shock.
"ada apa, kenapa memanggilku? " bibi pertama berdiri di depanku, tatapan tidak suka.
"anak siaalaan ini mengatakan, apa kita meminta ibu dan kakaknya melayani suami kita. " adunya. Seketika bibi pertama melotot menatapku.
"apa yang kau katakan gadis siaalaan." teriak bibi pertama memekak kan telinga. Seperti auman singa yang mencari mangsa, aku bergidik ngeri mendengarnya.
"bibi, apa bibi tidak sadar? Ibu dan kakak ku mencuci baju suami bibi, memasak untuk suami bibi, membersihkan piring kotornya, kemudian melipat bajunya sampai rapi. Bukankah itu tanda bakti istri pada suami, dan itu semua ibu dan kakak ku yang melakukannya. "aku mengatakan nya dengan wajah polos namun sarat akan ketegasan.
Mereka berdua ternganga mendengar ucapan ku, bibi pertama memijit pelipisnya. Sementara bibi kedua mengambil sisa air dalam gelas dimeja, lalu meminumnya hingga tandas, entah air sisa siapa yang dia minum.
"apa yang aku katakan salah bibi?bibi hanya mengurus anak saja, menjaga anak termasuk pekerjaan ibu rumah tangga, bukan pekerjaan utama istri. " aku menambahkan lebih banyak bensin, apakah mereka akan langsung terbakar?
"aaarrghh.... Rawrr... " bibi pertama berteriak dengan mata merah. Dia menatap nyalang ke arahku, sepertinya singa betina itu sudah bangun sepenuhnya, lihat saja, bibi pertama terlihat akan memakan ku.
"sebaiknya kau pergi, kami akan melayani suami kami sendiri. " pekik bibi kedua histeris. Aku benar-benar membuat kekacauan hari ini. Ah, senangnya.
Karena urusan ku dengan mereka sudah selesai, aku akan pergi saja, namun baru tiga langkah aku teringat hal penting lainnya, aku menoleh kebelakang.
"apa lagi. " tanya bibi kedua menatap marah padaku.
"omong-omong bibi kedua, air yang bibi minum tadi adalah gelas paman pertama, itu artinya... " aku melirik bibi pertama yang sudah melotot kearah bibi kedua.
"pergi kau bajiingaan kecil, aku akan membuunuh mu, ku habisi kau. " umpatnya histeris melempar gelas padaku.
Secepat kilat aku menghindar dari lemparan gelas itu, lalu berlari kebelakang rumah menemui ibu dan kakak.
"keributan apa lagi yang kau buat. " tanya ibu yang melihat ku berlari mendekat kearahnya sambil tertawa.
"mulai sekarang, cucilah piring yang ini saja, karena para bibi akan melayani suaminya sendiri. " ucap ku dengan nafas ngos-ngosan.
Ibu menghela nafas pelan. "pergilah, ibu sudah mengerti, jangan mengacau lagi. " usir ibu melambaikan tangan.
"baik, hari ini aku akan pergi dengan adik laki-laki ku, kami akan pulang sebelum matahari terbenam. " Ujar ku lalu meninggalkan ibu dan elis yang masih menatap bingung kearahku.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
momi
sarjana di lawan 🤭🤭🤣🤣🤣
2025-02-12
0
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
bagus kerjain aja terus biar kapok tuh para bibi
2023-08-08
0