Aku duduk dilantai dengan cahaya pelita yang menerangi, aku mulai mengambar sketsa pakaian yang ingin aku gambar.
Selesai membuat sketsa aku buru-buru menghampiri elis yang berada didapur bersama ibu, mereka sedang memanas kan makanan sisa tadi agar esok masih bisa dimakan.
"Kakak lihat ini. " Aku berseru saat sudah berada didekat elis.
Elis mengerutkan keningnya melihat kertas ditangan ku. Kemudian dia mengambilnya, sesaat setelahnya matanya langsung berbinar.
"Ini. . . apa ini gaun? Kau yang membuat nya? " elis terlihat antusias, mata nya berbinar seperti melihat harta karun.
Aku mengangguk. " Benar aku yang membuatnya. "
Aku mengeluarkan kantong berisi kain dan memperlihatkan pada elis. Mata elis melotot dan segera menyambar kain itu dari tangan ku. Elis mengelus dan menciumi aroma kain. Matanya berair menatap kearahku.
"Kau juga membeli ini? "
Aku mengangguk lagi. "Emm, aku pikir mungkin kita butuh sepasang baju baru. "
"Tidak tau apa kakak bisa menjahit kan nya untuk ku. " Aku melihat elis menyeka sudut matanya, namun aku pura-pura tidak melihat.
"Bisa-bisa, sangat bisa, kau ingin baju seperti yang digambar ini? " Tanya elis yang kembali melihat sketsa yang aku buat.
"Cantik, terlihat cocok di tubuh mu. " Ibu yang dari tadi diam ikut menimpali.
"Benar ini sangat cantik, baru pertama kali aku melihat model seperti ini. " Ujar elis dengan mata penuh semangat.
"Kakak bisa menjahit seperti ini kan? Aku ingin memakai gaun ini. " Aku ingin memastikan apa elis benar-benar bisa membuat pakaian seperti yang aku mau. Kalau tidak mungkin aku akan mencari orang yang bisa menjahitnya.
"Bisa, kakak akan menjahitnya dengan rapi. " Ucap elis mengangguk mengerti.
Aku memberikan dua kain pada elis, kain polos coklat dan kain motif berwarna cream. "Ini untuk membuat pakaian ku.
Lalu menyerahkan kain dalam bungkusan untuk elis. " Yang dalam sini untuk kakak. "
Elis menerimanya dengan tangan gemetaran. Dibawanya kain itu dalam pelukannya, didekap dengan erat seolah ada yang mau merebut darinya.
"Jahit lah diam-diam dalam rumah, jangan sampai orang diluar melihatnya. "Kata ku berbisik dengan suara pelan ditelinga elis. Elis hanya mengangguk sebagai balasan nya.
" Ibu, setelah mendapatkan uang lagi, aku juga akan membelikan untuk ibu. "Aku berujar agar ibu tidak sedih.
Ibu tersenyum seraya mengelus rambutku. " apa yang kau katakan. asal kalian sudah punya itu sudah cukup untuk ibu. "
Aku tersenyum dan memeluk ibu.
Hangat.
Pelukan ibu terasa hangat, aku memejamkan mata dan menikmati pelukan ibu.
Beberapa menit Ibu mengurai pelukan kami. "Pergi lah tidur, kau pasti sudah lelah. "
Aku mengangguk kemudian mengajak elis untuk ikut tidur bersama.
***
Diruang makan kediaman nenek.
Semua orang telah selesai menikmati makan malam, namun masih belum beranjak dari duduknya.
Bapak duduk dikursi seolah tengah di introgasi.
Nenek belum membuka suara, namun matanya masih menatap ke arah bapak.
"Apa benar sena memasak daging? " tanya nenek, setelah lama diam.
Bapak hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Apa!!! Beraninya kau makan daging sendiri, apa kau sudah giilaa? "Teriak nenek dengan keras.
Dia begitu marah mendengar jawaban anas. Bagaimana mungkin mereka makan daging, sedangkan dirinya hanya memakan sayuran saja. Nenek tentu saja tidak terima. Ini sebuah penghinaan baginya.
"Benar kau membuat dapur dirumah mu? " Kali ini kakek yang bertanya. Wajah kakek tampak dingin.
"Benar." Jawab bapak singkat.
Semua orang tercengang mendengar jawaban bapak, yang membuat mereka bertanya-tanya adalah, dari mana bapak mendapatkan daging dan bahan masakan.
Mencuri?
Atau menipu?
Kakek terlihat mengepalkan tangan nya, dia pasti kesal mendapat jawaban singkat dari putranya itu.
"Kau jangan macam-macam anas, dari mana kau mendapatkan daging? Untuk apa juga kau membuat dapur? Sudah bisa menghidupi keluarga mu sendiri? Jangan merasa hebat kau anas. "Kakek menunjuk bapak dengan tongkat kayunya.
"Sepertinya kau berhasil menyelundupkan hasil ladang, hebat. "Kata paman pertama mengacungkan jempolnya.
"Memberi makan anak istri dengan hasil curian? huh! Lagaknya sudah menghasilkan uang sendiri. " Bibi pertama mencibir ke arah bapak.
"Anak-anak nya juga sombong, tidak punya tata krama, harus nya dia menyisihkan sedikit daging untuk ibu mertua. "Bibi kedua ikut menimpali, membuat hati nenek semakin panas.
Bapak mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk. Matanya melotot tajam melihat kearah bibi pertama dan bibi kedua.
Kedua wanita itu langsung terdiam, kemudian mengalihkan pandangan kearah lain.
" Jangan melihat istri ku seperti itu, kau semakin kurang ajar adik ketiga. "Kata paman pertama dengan suara membentak.
"Kenapa? Saat istri kakak, mengatai istri ku, kakak tidak menegurnya, aku cuma melihat nya sebentar kakak langsung marah. "Kata bapak, ia melihat kakak pertamanya itu dengan pandangan tajam.
"Jangan salah kan orang lain, memang dasarnya istrimu itu yang pantas dihina. Sok,sok-an bertangung jawab sendiri, memangnya mau kau kasih makan apa anak istri mu, makan batu?"Nenek terus mencecar dan meremehkan bapak.
Saat bapak akan menjawab ucapan ibu, bentakan keras dari suara kakek mengejutkan semua orang.
" Cukup! Anas kau tidak ingin mengatakan dari mana asal daging itu. ? "Kakek bertanya dengan suara tegas.
"Mulai besok, aku akan bekerja untuk keluarga ku sendiri, istri juga anak ku akan memasak dirumah kami. Jadi aku tidak akan bekerja diladang seperti biasa lagi. "Bapak mengatakan dengan penuh penekanan dalam setiap kata yang dia ucapkan.
"Ha! Sepertinya anas sudah gila, mau dikasih makan apa anak istrinya. "Sahut bibi pertama dengan nada tidak terima.
Tentu saja, karena selama ini pekerjaan dikediaman utama sena dan elis lah yang paling banyak mengerjakan, jadi kalau mereka sudah memasak sendiri, otomatis semua pelerjaan akan dilimpahkan pada mereka.
"Iya benar, kau kan bukan seorang pelajar, mau kerja apa kalau tidak mencangkul diladang? "Bibi kedua ikut menimpali lagi, memang tidak ada kapoknya mereka.
" Soal pekerjaan apa yang aku kerjakan, tidak perlu kakak ipar pikirkan, itu biar menjadi urusan ku. " Ujar bapak menatap istri kakak nya itu dengan tatapan menghunus.
Nenek melirik bapak dengan tatapan maut, seolah siap mencabut nyawanya saat ini juga.
"Kau yakin dengan keputusan mu? Sekali nya kau mengatakan 𝘪𝘺𝘢, maka tidak ada lagi kata menyesal, karna setelah itu apapun yang terjadi pada keluargamu kami tidak akan ikut campur. " Ujar kakek dengan tegas.
"Kami tidak akan membantu mu saat kau dalam kesulitan apapun. " Tambah kakek lagi.
Ucapan kakek membuat bapak mengangguk, ia mulai paham dan mengerti, bahwa pengabdian nya selama ini, tidak pernah di anggap . Bapak juga menyadari kalau semua saudaranya tidak bisa ia harapkan. Mereka semua hanya butuh tenaganya saja, tapi tidak butuh orangnya. Lalu apa lagi yang dia ragukan? Bukankah sudah jelas, hanya keluarga kecilnya itu lah yang bisa dia percaya dan harapkan.
Setelah mendengar semua nya hari ini keputusan bapak semakin mantap, dia tidak boleh banyak berfikir lagi, ini demi dirinya dan juga keluarganya.
Sedih dan juga kecewa, keluarga yang selama ini dia anggap sebagai rumah, ternyata tidak pernah menganggapnya. Lalu untuk apa lagi dia harus menderita seperti ini.
"Aku siap ayah, mulai besok aku akan bekerja untuk keluarga ku sendiri. " Putus bapak dengan mantap.
Semua orang kembali tercengang mendengar jawaban bapak, laki-laki yang biasanya penurut itu sekarang dengan beraninya mengatakan pendapatnya sendiri.
Ini diluar dugaan semua orang. Kakek dan nenek sampai ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Padahal kakek sudah mengancam nya sedemikian rupa, namun bapak tetap bersikeras dengan keputusannya.
Kakek menghela nafas berulang kali. Ia memijit pelipisnya, dia pasti bingung, jika bapak tidak lagi bekerja diladang untuk mereka, lalu siapa yang akan bercocok tanam menggantikan bapak?
Kakek sudah tua, sementara anak-anak nya yang lain memiliki pekerjaan sendiri. Dan lagi pula mereka itu seorang pelajar, bagaimana mungkin membiarkan mereka turun keladang.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
biar pada makan batu mereka karena tidak menghargai pengorbananmu
2023-08-11
0