Terlalu berharap

      Nenek menoleh dan melihatku dengan mata nyalang. "Pintar sekali kau siah, sudah berani menyembunyikan makanan rupanya. "

      " Dia pasti menyimpannya untuk dirinya sendiri nek. "Gena semakin menghasut nenek yang memang gampang oleng sana sini.

      Aku mengubah mimik wajah ku menjadi sedih seolah semua orang sedang menindasku.

      " Aku memetik nya tidak mudah, nenek...Saat melihat jamur ini, aku langsung teringat dengan nenek. Aku membawanya dengan hati-hati, memasukan kedalam baju supaya tidak kotor. " Air mataku menetes, kulihat gena tercengang melihatku. "Nenek, ini karena bakti ku sebagai cucu nenek. Tapi lihat yang dilakukan gena, dia membuang nya, seperti nya gena tidak mau nenek memakan jamur ini. " Lanjutku dengan sedikit terisak, wajah gena semakin tidak enak.

      "Apa.... Nenek jangan percaya padanya, dia pasti berbohong, heh.. Siah, kalau memang jamur ini untuk nenek kenapa tidak langsung kau keluar kan tadi ha...pasti karena sudah ketahuan makanya kau bilang jamur itu untuk nenek. "gena masih berusaha membela diri dan menyalahkan aku.

      Aku tersenyum miring, masih belum cukup ternyata. "Aku baru datang dari luar dan merasa haus, kalian sendiri melihatnya tadi, aku menghabiskan beberapa gelas air. " Tanpa sadar para bibi mengangguk namun sedetik kemudian mereka menggeleng karena mendapat tatapan tajam bibi pertama.

      Aku sedikit tergelak melihat tingkah mereka, namun bukan hal itu yang harus ku pedulikan sekarang. "Nenek, aku tidak akan membawanya pulang kalau untuk diri ku sendiri. "

      Nenek menghela nafas pelan, tatapannya mulai melunak ke arah ku. "Ya sudah, gena, ambil semua jamur itu dan cuci bersih, bantu bibi mu mengolahnya jadi sup. "

      Aku mengerutkan dahi, hanya begitu saja? Aku bahkan sampai menangis tadi? Astaga, kau serius nenek tua? Tidak ada apresiasinya sama sekali, haloo...aku membawakan mu jamur! Tolong lihat kerja keras ku.

      Jamur termasuk jenis makanan mewah didesa, karena memang sedikit sulit mendapatkannya. Jadi wajar saja nenek tua ini sedikit antusias.

      Melihat wajah ku yang tidak baik, nenek meminta ku kembali untuk beristirahat. "Kau kembali lah bersih-bersih, lihat tubuh mu yang kotor, biarkan bibi mu memasak dengan tenang. "

      Setelah mengatakan itu dia berbalik dan meninggalkan dapur dengan tubuh sedikit membungkuk.

      sialaan, apa-apaan nenek tua itu, kenapa jadi aku, memangnya kenapa kalau aku disini? Aku tidak pernah mengacau saat mereka memasak. Awas saja aku balas kau nanti.

      "Kenapa masih disini? " Bibi pertama berkacak pinggang menatap ku, ditangannya sebuah sendok kayu panjang seolah siap memukul kalau aku membantahnya.

      Ibu mengusap punggung ku pelan. "Pergilah, bersihkan dirimu dan istirahat. " Ibu berbisik pelan ditelinga ku.

     Aku mengangguk, dengan malas aku berjalan keluar dapur, saat melewati gena dan bibi pertama aku mendengar suara mereka berdecih. Tapi tidak ku hiraukan, diam adalah senjata mematikan karena lawan akan semakin panas ketika tidak mendapat respon balik.

      Terbukti, gena menghentak kan kakinya dengan kesal karena aku tidak mengacuhkannya.

***

     Aku berjalan menuju rumah, dan sepenjang jalan suara gelak tawa terdengar dari para sepupu yang bermain diteras rumah nenek, dikejauhan aku melihat dodo berdiri di depan pintu rumah, matanya tertuju pada anak-anak yang berlarian dihalaman.

     "Apa yang kau pikirkan bocah. " Aku memukul pelan kepala dodo.

     "Tidak ada. " Jawabnya lesu, namun matanya tetap fokus ke tempat para sepupu yang sedang bermain.

     "Pergilah kalau kau ingin bermain dengan mereka. " Ujar ku sembari duduk di depan pintu, aku melurus kan kaki dan melepas sepatu kain yang sudah bolong, seketika aku tergelak melihat jari-jari ku menyembul di balik kaus kaki yang sudah sobek, dan lucunya kedua kaus kaki itu berbeda warna pula.

     "Tidak aku tidak ingin bermain, maksud ku, mereka tidak mau bermain bersama ku. "Ucapnya dengan kepala menunduk.

     " Ya sudah, kalau begitu, main saja dengan anak-anak desa yang lain. "

     Dodo menatap ku, senyum tersungging dibibirnya, tapi air matanya mengalir sekejap. "Siapa yang mau berteman dengan ku, tidak ada satu pun. "

     Aku mengerutkan kening, memangnya apa yang salah?

     Aku memeluk tubuh dodo yang bergetar menahan tangis. Aku menggertak kan gigi, alasan tidak ada anak-anak desa yang mau berteman dengan dodo karena kami keluarga miskin, dengan pakaian yang compang camping ini, bahkan mereka tidak sudi untuk sekedar melihat.

     Ku usap pelan punggung dodo dan berbisik. "Kau tidak membutuhkan mereka, kedepannya kakak ketiga adalah teman mu, kita akan bermain dan berpetualang bersama. "

     Dodo tertegun.

     Dia memandangi wajah ku lekat-lekat dan berkata. "Kakak jauh lebih baik semenjak bangun dari kecelakaan itu. "

     Aku mengangguk, dulu siah tidak begitu peduli dengan adiknya, setiap hari kerjaannya hanya bermalas-malasan dan terus mengikuti gena. Karena siah ingin berteman dengan gena dia pun rela menjadi kacung sepupunya itu.

     Ku angkat kepala dan menatap keseliling rumah, dengan tatapan penuh dendam. "Maaf dulu kakak mengabaikan mu, kakak janji akan membuat hidup kita lebih baik dari sekarang.

     Dodo menghela nafas, entah dia percaya atau tidak, tapi aku akan membuktikan itu secara perlahan.

      " Sudah lah, jangan terlalu banyak berfikir atau kau bisa lebih tua dari kakak pertama. "Goda ku sembari mencubit hidung mancung dodo.

      Adik ku itu terbahak dengan keras, suara tawa yang begitu renyah, membuat orang ikut tersenyum mendengarnya.

***

      Malam menjelang, aku dan dodo sudah selesai mandi dan bersiap untuk makan malam.

      Dreeek...

      Pintu dibuka dari luar, elis masuk dan berjalan dengan pelan. " Bersiap lah untuk makan malam, bantu para sepupu menyajikan makanan, kakak mau bersih-bersih dulu. "

      Ku lihat punggung elis yang menghilang dibalik pintu, wajahnya terlihat sangat lelah, tubuhnya terlalu kurus untuk ukuran gadis seusia elis, lengan nya sangat kecil seolah akan patah jika dijepit.

      "Asyik... Kakak ketiga, malami ini kita makan sup jamur, benarkan? "Dodo berteriak senang dengan senyum yang tak pudar.

      Ini yang aku khawatirkan, apa kami bisa menikmati sup itu nanti.

      Kami berdua langsung bergegas berlari kecil menuju kediaman nenek, disana semua sepupu sudah berkumpul, para paman dan ayah ku juga sudah duduk di meja makan.

      Setelah semua orang berkumpul, makanan mulai dibagikan, aku mengalihkan pandangan tidak ada sup jamur, apa semuanya disajikan di atas meja. Aku menoleh dan mendapati dodo yang juga melihat ke arah ku.

      Aku melirik kearah nenek, yang sedang menyuapkan sup jamur kemulutnya, aku meneguk ludah, aromanya tercium sangat gurih, itu pasti sangat enak.

      "Nenek... "Panggil ku pelan.

      "Makan makanan mu, atau tinggalkan. " Sela nenek seolah paham apa yang akan aku katakan.

     Tiba-tiba hidung ku terasa berair.

      Dodo menunduk dengan mata penuh kekecewaan.

      Sifat licik nenek siah sudah mendarah daging, dan tidak akan pernah bisa di ubah, meskipun aku membawakan banyak makanan, juga tidak akan mengubah pandangannya pada keluarga ku.

      Dodo mengangkat kepalanya menatap ku.

      "Sebenarnya aku tidak terlalu suka jamur. " Ucap dodo.

      Bocah ini, aku tau dia berbohong, makanan apa yang tidak disukainya? Bahkan rumput dihalaman jika dimasak akan dia makan.

      Aku berbisik pelan ditelinganya.

     "Besok, kita makan enak lagi. " Ujar ku tersenyum tipis.

      Selesai makan malam, aku menyuruh ibu dan dodo kembali terlebih dahulu, sementara aku dan elis mencuci piring, tentu saja hanya piring kami dan kakek nenek.

      Aku tidak mengindahkan tatapan tajam dari para bibi-bibi yang terus menatap ku penuh kebencian.

      "pemuda mana yang mau menikahi gadis kasar sepertinya. " Ejek bibi pertama, sepertinya dia sangat dendam padaku.

***

Terpopuler

Comments

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

Awas lu naik keselek kamu nggak tahu aja yang bawa dan cari jamur siapa lo makan sendiri Awas mati kau

2023-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!