Meminta apa merampok?

   Aku menarik tangan dodo menghampiri penjual kain itu.

   Dodo yang tidak paham hanya mengikuti ku tanpa bertanya.

   "Berapa harga satu kaki paman? " Tanya ku seraya memperlihatkan, sepotong kain hitam polos padanya.

   Pria paruh baya seusia bapak itu langsung mendekatiku. "Yang polos harganya lebih murah satu koin dari kain yang bermotif. " Ucapnya.

   "Kau mau berapa kaki? " Lanjutnya bertanya.

   Aku berfikir sejenak. Aku akan membelinya untuk ku dan elis. "Dua kaki kain hitam, dua kaki kain coklat. "Jawab ku. " Hm. . . Paman aku juga mau kain bermotif ini. "Tunjuk ku pada segulung kain berwarna coklat muda bermotif bunga.

  Paman penjual kain itu bergegas mengambil sebuah kayu dan mulai mengukur.

  " Yang motif kau mau berapa kaki nak. "Tanya penjual itu padaku.

   " Tiga kaki digabung dengan warna ini paman. "Jawab ku menunjuk kain berwarna cream bermotif dedaunan.

   Paman itu mengangguk, kemudian melanjutkan pekerjaannya.

   " Totalnya 17 koin. "

   Setelah dihitung, paman menyerahkan barangnya ketangan ku.

   Meskipun uang ku habis, namun aku merasa sangat senang.

   Selesai membayar, aku mengajak dodo melanjutkan perjalanan.

   "Ayo, ibu dan kakak sudah menunggu kita. "

   Dodo memgangguk dan mengikuti langkah ku.

***

   Kami berdua tiba dirumah hampir pukul dua siang.

  Aku melihat bagian depan rumah, dinding dan pintunya sudah berganti dengan bambu muda berwarna hijau.

   Dengan semangat dodo membuka pintu dan berteriak. "Ibu, aku dan kakak kedua pulang, kemari cepat kami membawa banyak barang. "

   Elis yang mendengar teriakan dodo keluar dengan tergopoh-gopoh. Dia membantu ku menurunkan keranjang dipunggung ku.

   Pundak ku rasanya nyeri dan kebas.

   Aku berbaring terlentang di depan pintu dengan kaki terbuka. Tidak ada angun-angun nya sedikitpun.

  "Hei, kenapa berbaring disini, masuk lah kedalam. " tegur elis melihat posisi tidurku yang agak???.

   Ibu datang membawa handuk kecil, dia menyeka keringat di kening ku. "Tidur lah di atas dipan, kau pasti lelah. " Ucap ibu dengan wajah khawatir.

   Aku mengangguk dan tersenyum "Terimakasih ibu. "

   Ibu mengelengkan kepala. "Tidak, kau sudah bekerja keras untuk keluarga kita hari ini. "

  "Semua nya ikut bekerja keras. " Sahutku seraya bangun dari tidur.

  Aku segera melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.

  Semuanya terlihat berbeda saat aku pergi tadi.

  Sekarang ada dua kursi panjang dan meja yang terbuat dari bambu.

  Lantai bersih mengkilap, semua dinding berganti dengan bambu. Atap juga sudah diganti tidak ada lagi yang bocor.

   Aku bernafas lega, pekerjaan ayah dan dilang cukup cepat juga, tidak tau apa ada orang yang membantu mereka tadi.

   Alih-alih beristirahat , aku yang penasaran langsung berjalan kebelakang rumah.

  Elis sedang membongkar isi keranjang belanjaan bersama dodo. Tak jauh dari sana bapak dan dilang sedang membuat tungku memasak, sementara ibu sedang membuat keranjang dari anyaman bambu.

   Pemandangan ini membuat ku sedikit merindukan keluarga ku. Dulu dikampung bapak kami juga bekerja sama seperti ini jika sudah masuk masa bertani, entah bagaimana keadaan bapak dan ibu ku sekarang. Lagi-lagi aku teringat mereka.

   "Belum selesai pak? " Tanya ku mendekati bapak. Aku tidak boleh larut dalam kesedihan, mereka yang ada didepan ku saat ini adalah keluarga ku sekarang.

   Bapak menoleh sekilas, lalu melanjutkan pekerjaannya. "Kau sudah pulang? " pertanyaan sarkas dari bapak membuat aku ingin mengumpat. Apa bapak tidak melihat ku disini? Hei, aku ada didepan bapak sekarang.

   Aku tertawa kecil, lalu berkata. "Belum pak. "

   Dilang dan ibu yang mendengar nya langsung tertawa, sementara bapak hanya mendengus.

   "Anak nya sudah didepan mata, masih saja bertanya, pak. . . pak. . "

  Ibu tertawa dengan lepas.

  Melihat ibu tertawa aku pun ikut tertawa, pada akhirnya kami tertawa bersama-sama.

   Setelah semua barang dikeranjang dikeluarkan, dodo langsung heboh menceritakan apa saja yang dilihatnya tadi dipasar.

   "Semua barang dijual disana, pokoknya sangat lengkap, banyak barang-barang bagus, tapi harganya sangat mahal.

   " Benarkah? Apa kau senang? "Tanya elis yang melihat dodo tampak bersemangat.

   Aku menyela obrolan seru kakak beradik itu. " Kakak kedua ada sedikit daging disana untuk makan malam kita. "

   Semua orang terdiam dan terpaku.

   "Kenapa diam saja? Kalian tidak lapar? " Tanyaku mendekati elis.

   Sebelum pulang tadi aku dan dodo pergi kegunung lagi mengambil daun kucai dan jamur serta beberapa buah ubi jalar untuk makan kami hari ini.

   Mereka masih saja diam hingga tiba-tiba bapak bersuara. "Cepat selesaikan tungkunya, biar ibu mu dan elis segera memasak, adik-adik mu pasti sudah lapar. " Sahut bapak pada dilang. Aku lihat sudut mata bapak berair. Aku tidak tau bagimana perasaan pria itu, tapi aku harap dia tidak merasa rendah diri karena ini.

   Tidak lama bapak dan dilang selesai membuat tungku.

   Ibu dan elis mulai mengolah makanan untuk makan malam.

  Aku dan dodo telah selesai mandi, kemudian mengajak dodo untuk bersantai didepan rumah menunggu waktu makan malam.

   Begitu membuka pintu seorang tamu tak di undang sedang berdiri dengan wajah penuh permusuhan.

   Gena killer.

   Apa yang dia lakukan didepan rumah kami? Padahal sebelumnya dia tidak pernah mau datang kesini karena menganggap rumah kami seperti kandang babi.

   "Aku kesini atas perintah nenek! " Ucapnya. Dia bicara sebelum aku bertanya. "Nenek menyuruh ku meminta barang yang kau bawa dari luar hari ini. " Lanjutnya dengan senyum menyebalkan.

   Aku menatap gena dengan pandangan malas. Dia ini sudah gila ya, aku bekerja keras dari pagi tidak diberi makan, sekarang beraninya mereka ingin merebut barang yang aku beli. Mereka ini sudah seperti preman saja.

   "Mana barang nya, aku sibuk, tidak punya waktu berlama-lama disini. "Desak gena dengan wajah angkuh.

     Sok sibuk pula, paling sibuk memikirkan bagaimana mengalahkan aku. Huh! Dasar.

   "Kalau sibuk, pulang sana, siapa yang minta kau kesini. "Ucap ku dengan santai.

   "Aku juga tidak sudi datang kesini kalau tidak disuruh nenek, sekarang cepat, mana barangnya? "Kata gena menegadahkan tangan kearahku.

Kau ini meminta apa merampok?

  Ingin nya sih aku ludahi saja tangannya, tapi karena aku tidak mau memancing keributan, akhirnya mode gadis polos dan bodoh pun aku perlihatkan.

   "Barang apa? Perasaan nenek tidak menyuruh ku membeli barang apa pun! "Jawab ku dengan polos.

  "Heh, kami semua melihat kau dan adik bodoh mu itu membawa keranjang dan terlihat berat tadi. " dia menunjuk kami dengan jari telunjuk nya yang lentik.

Boleh tidak aku patahkan jari gadis ini? Rasanya ingin ku kunyah saja saking geramnya.

"tidak ada yang bisa aku berikan. Lagian aku hanya membawa barang tidak berguna. "

"Jangan bohong kau siah. Atau kau ingin dimarahi nenek?jatah makan kalian mungkin akan dikurangi lagi nanti. "Ujar gena dengan wajah pongah. Dia menatap ku dengan swnyum mengejek.

   Aku mangut-mangut, untungnya mereka tidak tau apa yang aku bawa, dan itu membuat ku cukup lega.

  Gena yang masih berdiri didepan rumah tiba-tiba terpaku. Senyum menyebalkan diwajahnya berubah tegang.

  Aroma daging tumis dengan daun kucai. Gena mendongak keatas asap mengepul dibelakang rumah kami.

Ah siaal, hal ini memang tidak akan bisa dihindari.

  Gena tiba-tiba bersuara dengan keras. "Kalian memasak? Ini aroma daging tumis kan? "

  Aku memandang gena yang masih menikmati aroma daging yang menarik perhatian nya, aku yakin malam ini tidak akan mudah, tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi sebelum seluruh keluarga ku makan dengan kenyang.

   "Kalian benar-benar memasak daging? Aku akan melaporkan pada nenek. "Ujar gena kemudian berbalik pergi.

   Aku benar-benar merasa geram luar biasa. Kenapa sejak aku datang sehari pun tidak bisa hidup tenang.

   Keluarga bapak siah ini, benar-benar sudah gila. Mereka semua benar-benar orang gila.

   Jantung ku rasanya sesak sekali, apa yang harus ku lakukan sekarang, aku takut kalau tangan suciku ini sampai membunuh orang.

   Padahal kami baru saja tertawa senang tadi, tapi sekarang aku harus dihadapi sifat toxit dari keluarga bapak.

   Huft.

   "Kakak apa nenek akan mengambil makanan kita? " wajah dodo penuh dengan khawatir.

   Dodo bukan anak yang bodoh. Dia pasti tau bagaimana karakter nenek nya, meski tidak rela pun, jika nenek sudah meminta nya pasti mereka juga harus menyerahkan makanan itu nanti.

   "Tidak akan, jangan takut, sebelum nenek datang kita habiskan semua makanan nya, mengerti? " Ucapku menenangkan dodo.

   Aku mengepalkan tinju, jelas-jelas kami yang bekerja kenapa nenek tua itu malah bersikap se-enaknya. Dia pikir aku akan takut padanya.

   Melihat wajah dodo yang cemas aku pun ikut merasa khawatir, dengan tubuh kecil ini, apa aku akan sanggup melawan mereka?

  Yang paling penting sekarang adalah, memastikan makanan itu tetap aman.

    Dan tempat yang paling aman adalah lambung kami, jadi makanan itu harus segera berada ditempat itu sebelum nenek sihir datang.

***

Terpopuler

Comments

Pudji Alfarizi

Pudji Alfarizi

mga aj cpt dimakn itu daging biar ps nenekny ksna udh hbs 😁

2023-08-10

0

Suzana Diro

Suzana Diro

nenek kerepot= mana makan yang korang masak!!!???
siah= darimana datang makanan kalau tak ada jantah makan..
nenek== jangan nak tipu @$@@^&&"'acbbh cepat bagi makanan tu
siah= cari s3diri sana..

2023-08-10

0

@de_@c!h

@de_@c!h

ayolah thor...jngn ampe nenek tua tuch ambil mkanannya...kan kasian siah zma dodo yg cape...

2023-08-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!