Kakek menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan hatinya, kehilangan satu anak bukan masalah, bagaimana pun juga dia punya banyak anak laki-laki jadi tidak ada yang perlu dia khawatirkan.
Kalaupun tidak menanam padi mereka bisa membeli beras, walaupun akan menghabiskan banyak uang. Tapi itu tidak masalah karen anak-anak nya memiliki gaji.
"Bagus, sebagai seorang laki-laki memang harus tegas, namun kau juga harus bertangung jawab dalam keputusan yang kau buat. "
"Terimakasih ayah. "
"Lihat saja setelah ini, hidupnya pasti bertambah miskin, memang tidak ada otaknya si anas ini. " Bibi pertama masih saja terus mengomel.
Bapak mendengarnya tapi tidak menghiraukan.
Karena bagi bapak, ucapan mereka sama sekali tidak penting.
"Anas, anas, dikasih hidup enak malah ingin hidup susah. Ini pasti istrimu itu yang menghasut kan, dia itu tidak rela melihat kamu berbakti pada ibu, bekerja sedikit saja sudah mengeluh, seperti dia saja yang mengerjakan semua nya. Memang istri mu itu licik, tidak tau diri. "Nenek mengumpat dengan suara penuh amarah.
"Bu, sudah cukup bu, kenapa ibu selalu saja menghina istriku, yang padahal dia juga menantu ibu, dia sudah mengabdi dikeluarga kita selama bertahun-tahun. Aku tidak akan membiarkan istriku dihina lagi. "Kata bapak yang tak terima dengan ucapan nenek. Sudah cukup dia selama ini membiarkan mereka menghina istrinya. teringat bagaimana wajah kecewa putrinya saat bicara dengan nya kemarin.
" Anak kurang ajar, kau ini memang anak durhaaka ya, sama dengan ibu mu yang jalaang itu, aku sudah membesarkan mu sampai seperti ini, malah ini balasan nya. "Ucap nenek dengan amarah meledak-ledak.
" Sudah diam, apa yang kau katakan. "Kakek menatap tajam kearah nenek.
Bapak berdiri dari duduknya dengan mata melotot kaget kearah nenek. Sedangkan nenek tampak gelagapan setelah menyadari apa yang baru saja dia katakan.
" Apa maksud perkataan ibu? Aku sama dengan ibu ku yang jaalang? Memang nya ibu bukan ibu ku? "Bapak mencecar nenek dengan banyak pertanyaaan.
"Kau salah dengar, memang kapan aku bicara begitu. " Kata nenek, suaranya mulai melunak, tidak sekeras tadi.
Tidak puas dengan jawaban nenek, bapak mengalihkan pandangan ke arah kakek, dengan tatapan minta penjelasan.
Kakek yang ditatap bapak, langsung membuang muka. Seolah menghindari topik itu.
"Ayah, tidak ada yang ingin ayah jelaskan pada ku? "Bapak menatap kakek dengan sorot mata kecewa.
"Heh, sudah ibu katakan kau salah dengar, penjelasan apa lagi yang ingin kau minta ha. "Nenek memukul bapak dengan tongkat kayunya. Dan bapak tidak mengelak dia membiarkan tongkat itu mendarat dilengan nya.
"Telinga ku masih berfungsi dengan baik bu, jadi aku tidak salah dengar, kalau tidak ada yang mau menjelaskan, akan ada orang desa yang bisa memberitahu ku. "Bapak menatap kakek dengan penuh amarah.
" Kau memang tidak tau diri ya, menyesal aku membiarkan mu tinggal disini. Lebih baik kau hidup miskin saja dengan ibu mu itu. "Teriak nenek dengan suara yang sudah parau karena terus berteriak.
Kakek mengusap wajahnya dengan kasar, sudah dua kali istrinya kelepasan bicara, bagaimana dia bisa mengelak lagi.
Terlanjur ketahuan.
Ya sudah, ceritakan saja semuanya.
"Sudah bu, biar kan saya yang menjelaskan. " Tegur kakek pada nenek.
Lalu kakek meminta semua cucunya untuk kembali beristirahat. Sementara anak dan menantunya tetap disana untuk mendengar penjelasan kakek.
"Apa perlu memanggil istrimu? " Tanya kakek yang sudah mendapatkan ketenangan nya kembali.
"Tidak perlu, dia pasti sudah tidur sekarang. " Jawab bapak singkat.
Nenek mendengus mendengar ucapan bapak. Tapi bapak tidak peduli yang dia ingin tahu saat ini adalah siapa ibunya? Dan dimana dia?
"Baik, kalau begitu, dengarkan kalimat yang akan saya katakan ini. "Kata kakek sambil menghela nafas.
"Sibay, duduk lah dekat kakak ketiga mu. " Pinta kakek pada anak kelimanya.
Semua orang semakin penasaran, kenapa sekarang kakek malah memanggil paman kelima. Bukannya kakek sedang membahas tentang ibunya bapak? Semua pertanyaan-pertanyaan itu hanya ada dipikiran mereka, rasanya tidak sabar mendengar penjelasan kakek.
" Kalian berdua adalah saudara kandung. "Ucap kakek dengan suara jelas tanpa keraguan. Dan semua orang yang berada diruangan itu dapat mendengarnya.
Jdeeer. . .
Seperti disambar petir kedua laki-laki itu terkejut bukan main. Dua saudara kandung? Apa maksudnya itu? Lalu bagaimana dengan yang lainnya apa mereka tidak bersaudara?
Semua orang langsung terdiam mendengar ucapan kakek, berbagai dugaan sudah terpikir oleh otak jahat mereka.
"Apa maksudnya ini? Ayah, kami berdua saudara kandung lalu bagaimana dengan yang lainnya? " sibay bertanya dengan perasaan tak menentu.
"Yang lain tentu saja anak kandung saya, sudah begitu jelas, masih saja bertanya. " Sahut nenek dengan kesal. Dia selalu emosi kalau teringat dengan kejadian bertahun-tahun lalu.
Dimana suaminya membawa pulang seorang anak dengan perempuan lain disaat dirinya sedang memiliki anak yang juga masih kecil. Setiap kali dia teringat dengan penghianatan suaminya itu dia selalu marah dan melampiaskan nya pada anas kecil.
Dijaman sekarang seorang laki-laki memiliki banyak istri bukan lah hal yang aneh, namun sangat jarang terjadi karena faktor kemiskinan, kebanyakan yang mempunyai istri lebih dari satu itu hanya dari kalangan bangsawan saja, karena mereka punya uang dan sanggup menafkahi mereka.
"Istri ku diam lah, jangan menambah kekacauan. " Kakek kembali mengingatkan istrinya.
Huh!!!
Nenek membuang muka dengan kesal.
"Lalu siapa ibu kami? " Tanya sibay. Dari sorot matanya tampak jelas saat ini dia tengah menahan amarah.
"Tuti, yang tinggal di ujung gerbang desa. "Jawab kakek dengan raut sedih. Dia selalu merasa bersalah jika teringat dengan wanita itu. Tuti adalah kekasih kakek dulu, sementara nenek adalah orang yang dijodohkan orang tuanya.
Mendengar jawaban dari kakek, bapak dan paman kelima langsung terdiam. Mereka tidak menyangka, pantas saja wanita itu selau bersikap baik pada mereka saat kecil dulu, ketika keduanya tidak diberi makan oleh nenek, tutik lah yang sering diam-diam memberikan mereka makanan.
"Jadi bibi tuti adalah ibu kandung kami? " Tanya bapak memastikan lagi ucapan kakek. Takutnya dia salah dengar.
"Benar, dia adalah ibu kandung kalian. " Jawab kakek kembali menegaskan.
Nenek yang mendengar itu langsung tersenyum sinis, sudah cukup selama ini dia berpura-pura baik pada kedua anak tirinya itu. Kehadiran mereka berdua benar-benar menjadi duri dalam rumah tangganya.
"Sekarang kalian sudah tau semuanya, jadi kembali lah kerumah kalian, karena kami juga ingin beristirahat. "Sahut kakek lagi. Matanya memang terlihat sudah mengantuk.
" Dan untuk kamu anas, tanah yang ada dibawah gunung belakang bisa kamu garap jika ingin bercocok tanam. "Ujar kakek lagi.
Nenek kembali tersenyum puas, tanah gunung belakang itu tidak pernah digemburkan karena selain tanahnya sedikit keras, lahan itu terletak dibawah gunung bintang, yaitu gunung 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨. Tidak ada yang berani mendekati gunung itu. Jadi lahan mereka yang ada disana adalah tanah terabaikan. Jadi tidak apa-apa, meski tanah itu cukup luas dia juga tidak rugi memberikan pada anas. Karena dia juga tidak akan membiarkan anak-anaknya menggarap lahan itu.
Raut wajah bapak nampak terkejut. Ada amarah yang siap meledak didadanya. Bagaimana mungkin tanah itu yang diberikan padanya, jelas-jelas alasan tanah itu di abaikan selama ini karena memang tempat itu berbahaya, lalu sekarang malah diberikan padanya.
Ini sangat keterlaluan!
"Jika kau menolak, maka kau tidak akan mendapatkan apapun. " Ujar kakek sebelum meninggalkan bapak dalam perasaan berkecamuk.
"ayah kau selalu pilih kasih padaku, padahal aku juga anak kandung mu. " gumam bapak lirih. Kemudian meninggalkan rumah utama dan kembali kerumahnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nuratipah C'borreg
semangat Thor,makin kesini makin seru dan makin gk sabar nunggu kelanjutannya,semoga kakak authornya selalu dalam keadaan sehat wal Afiat
2023-08-11
0
Nadine Wulans
tenang pak anas ada siah yg bisa memberi solusi dia tidak akan membiarkan keluarganya menderita.
lanjut thor 👍🌹⭐⭐⭐⭐⭐
semangat up yg banyak berasa kurang ada saya merasa berada dalam cerita ini n makasih untuk karyamu🙏
2023-08-11
1