Memuji dan membuat hati orang berbunga-bunga adalah keahlian ku saat berbelanja di pasar dengan susi, aku paling pintar soal merayu penjual.
"Kalau begitu aku ambil dua ikat. " Wanita itu menyerah kan enam koin perak, dan mengambil dua ikat ubi kemudian memasukan kedalam keranjang.
Beberapa bibi yang lain juga ikut membeli ubi yang tersisa. Sebelum para bibi itu pergi aku mengeluarkan jamur dari bungkus daun talas.
"Bibi, sup jamur untuk makan malam, akan membuat tubuhmu terasa lebih hangat. " Aku memperlihatkan jamur kuping yang segar dan besar.
Semua bibi-bibi itu tertawa lepas mendengar itu.
"Kau benar-benar pintar dalam berbisnis, aku akan menjadi langganan mu. " Puji seorang bibi lalu ia mengambil satu bungkus jamur.
"Aku hanya membawa tiga bungkus jamur hari ini, jadi jangan marah kalau ada yang tidak mendapat bagian. " Aku sedikit memprovokasi mereka.
Seorang bibi lagi datang mendekati ku. "Berapa harganya? "
"Berikan harga yang pantas untuk jamur yang segar dan besar ini, aku yakin bibi adalah orang yang baik, dan tidak akan menipuku. "Aku memuji mereka sekali lagi.
Padahal sebenarnya, aku memang tidak tahu harus memberikan harga atas jamur itu, jadi ini lah trik yang bisa aku gunakan.
" Haha... Baiklah, baiklah, kau anak yang jujur, mana mungkin kami menipu mu. "Ujar bibi itu kemudian mengambil sebungkus jamur.
" Empat koin perak, itu sudah harga terbaik karena jamur mu memang besar dan segar. "
Dengan cepat aku menerima uangnya. "Terimakasih bibi, selain cantik bibi juga orang yang jujur. " kalimat indah itu mengalir begitu saja.
" Aduh, mulutmu itu manis sekali, besok bawalah lagi hasil ladang mu yang lain kesini. "
"Benar, sayur-sayuran juga kalau ada. " Timpal bibi yang lain. "
"Sisa jamur ini aku yang ambil. "
"Baik terimakasih bibi-bibi semuanya, semoga hari ini bisa berkumpul dan makan enak bersama keluarga, plus, makin disayang suami, karena sudah masak enak hari ini. " Ucap ku sambil tertawa.
Mereka pun ikut tertawa mendengar ucapan ku.
Setelah mereka semua pergi, aku merogoh baju ku dan mengeluarkan tumpukan uang koin hasil penjualan.
Aku menoleh kesamping mendapati dodo yang melihat ku dengan mulut menganga.
Aku sedikit terkejut melihat air liurnya yang hampir menetes.
Ada apa dengan bocah ini, dia tidak mungkin kesurupan kan?
Aku menjentik kan jari didepan wajah dodo. "Hei, ada apa? Kau sakit? "
Dodo terkesiap, kesadarannya sudah kembali, ia menyeka mulutnya dengan lengan baju, kemudian menatap ku lalu beralih pada tumpukan koin ditangan.
Mata dodo berbinar melihat benda yang aku pegang. Aku pun ikut tersenyum, aku yakin sekali dia tidak pernah menyentuh uang selama hidupnya.
"Kak apa ini uang kita? " Dodo memegang satu koin perak dengan tangan gemetaran.
"Benar ini uang kita, mulai sekarang kita memiliki uang sendiri. " Ucapku sembari berdiri dan meregangkan punggungku.
Setelah menghitung uang hasil penjualan hari ini, uang yang kami dapatkan sebanyak, 42 koin perak.
Dodo menggaruk kepalanya.
"Empat puluh dua koin perak itu sebanyak apa kakak ketiga? "Tanya nya dengan wajah ingin tahu.
Bagaimana aku menjelaskan nya, aku sendiri juga tidak tahu. Agar tidak mati penasaran, aku harus mencari tahunya, supaya tidak ketahuan bodoh, caranya adalah membelanjakan uang ini.
Aku menyimpan uang kedalam saku baju, kemudian mengajak dodo kepasar dikabupaten kota.
Di jaman ini semua barang dijual bebas dipasar kabupaten, toko-toko berdiri berderetan. Kalau di dunia ku dulu, pasar ini mirip dengan pasar biasa ibu ku berbelanja. Cuma bedanya barang yang mereka jual tidak ada barang moderen, selain bahan makanan yang lainnya tidak ada di kehidupan ku dulu.
Di desa kecil seperti desa aster, mereka akan datang kepasar satu kali dalam sebulan, hanya untuk membeli perabot atau bahan kain untuk membuat baju.
Untuk bahan makanan pokok, warga desa menanamnya sendiri. Mereka memiliki sawah dan ladang yang luas, jadi mereka akan menggarap lahan untuk menanam sayur dan padi.
Kami memasuki sebuah toko pakaian jadi, biasanya agar lebih hemat kebanyakan orang akan membeli kain dan menjahit baju sendiri. Karena kalau beli pakaian jadi harganya lebih tinggi.
Aku mengedarkan pandangan, melihat-lihat baju yang digantung, harga setiap baju sudah ditempel di kerah baju.
Aku melirik harga baju sekilas. Sepuluh koin perak untuk sepasang baju seusia dodo.
Aku menoleh kesamping, mata dodo bersinar penuh minat menatap baju ditangan ku. Aku tersenyum tipis melihatnya.
"Kau mau baju ini? "
Dodo mengangguk tanpa ragu, matanya berkaca-kaca karena terharu. Harus nya dia basa-basi duku kek, pura-pura tanya apa boleh kakak ketiga, begitu. Ini langsung iya-iya aja nih bocah, dia pikir gampang apa cari uang.
Akhirnya aku membeli sepasang baju untuk dodo. Bahkan baju itu langsung dipakainya. Senyum di bibir dodo tidak pudar sepanjang jalan, ia terus saja mengusap dan mengelus lengan baju yang terasa sedikit lembut dibanding baju sebelumnya.
Kami terus berjalan dan kemudian memasuki toko kedua. Deretan sepatu kain berwarna putih terlihat begitu cantik. Kulirik harga yang tergantung dibelakangnya, tujuh koin perak ukuran dewasa, dan lima koin perak usia dodo. Setelah kuhitung, jika aku membeli dua pasang sepatu berarti hari ini kami sudah berbelanja sebanyak dua puluh dua koin perak.
Kami berjalan keluar toko dengan membawa barang belanjaan yang sudah di ikat rapi dalam bungkusan.
Aroma roti kukus yang menggiurkan membuat ku menelan air liur.
Aku membeli enam buah roti kukus seharga tiga koin perak per buah.
Di saku ku tersisa dua koin perak. Ah, menghabiskan uang memang hal yang sangat mudah dan cepat.
Besok harus bekerja lebih keras.
Dalam perjalanan pulang, aku dan dodo masing-masing memakan satu buah roti kukus, dan menyisakan empat buah roti untuk keluargaku.
Hampir satu jam lebih dalam perjalanan.
Pukul 3 sore kami sudah sampai di gerbang rumah, sedikit mengintip dipintu masuk, aku memastikan tidak ada orang diluar.
Bergegas aku dan dodo masuk kedalam rumah dan menguncinya dari dalam.
Sambil berbicara aku buru-buru menyembunyikan roti kukus dibalik tumpukan baju.
"besok harus lebih rajin bekerja. "ucap ku pada dodo yang sudah duduk diranjang.
Dodo hanya mengganguk kan kepala pelan.
Aku dan dodo mencoba sepatu kain yang baru kami beli tadi, lain kali aku juga akan membelikan untuk ibu dan elis.
Besok aku akan mencari lebih banyak sayuran.
***
Makan malam kali ini selesai dengan damai tanpa drama dan keributan, walaupun banyak mata-mata tajam seperti serigala lapar menatap ke arah ku dan dodo.
Aku bangkit dari duduk ingin membantu elis membersihkan piring kotor. Namun anehnya kenapa orang-orang tua ini belum pergi, biasanya setelah selesai makan mereka akan langsung pergi karena kami akan membersihkan meja.
Hingga tiba-tiba suara dingin nenek mengalihkan perhatian ku.
"Anas, berapa banyak uang yang kau punya? " Tanya nenek pada ayah ku, namun matanya malah menatap ke arah aku dan dodo. Bukan hanya nenek, namun semua orang melihat ke arah kami berdua.
"Saya tidak memiliki uang bu. " Jawab ayah dengan singkat. Ditatapnya nenek dengan wajah penuh tanda tanya, mungkin ayah bingung kenapa ibunya bertanya soal uang, padahal selama ini dia tidak pernah memegang uang sama sekali.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
Waduh tuh pasti saudara-saudaranya pada ngadu ke nenek kalau lihat dodo habis pakai baju baru
2023-08-08
0
@de_@c!h
up gie thor...berasa kurang trus tiba" dach abiz z bacaannya...😁
2023-08-08
0