Makan yang sebenarnya

   Sementara di kediaman nenek.

  "Mana barang nya? " bibi pertama menegadahkan tangan sambil mendekati ke arah gena.

   Semua menantu nenek sedang berada didapur menyiapkan makan malam. Bibi pertama memicing memperhatikan tangan gena, mencari sesuatu yang harusnya dia bawa.

   "Tidak ada barang, tapi aku mencium aroma daging tumis yang lezat dari dalam rumah mereka. Mereka sekarang sedang memasak . "Kata gena. Ia bercerita sambil meneguk liur mengingat aroma lezat tadi.

   "Kau jangan bohong gena, mana barangnya? Ibu dan bibi mu akan memasak sekarang. "Ujar nenek dengan nada ketus. "Anak-anak sekarang sangat pandai berbohong. "Ujar nenek lagi.

   "Aku tidak berbohong nek, aku melihat sendiri, asap mengepul di belakang rumah mereka. "Sahut gena tak terima dirinya dituduh berbohong.

   " Yang benar kau gena? Beraninya mereka memasak untuk dirinya sendiri. Dasar tidak tau diri, kau panggil paman ketiga mu kesini. "Kata nenek dengan nada memerintah. Raut wajah nya sudah tidak enak dilihat, seperti akan menerkam seseorang.

   "Baik nek. " Sahut gena kemudian berlalu pergi hendak kembali kerumah siah.

***

   Didalam rumah ibu dan elis telah selesai memasak, semua makanan dihidang kan dimeja bambu yang baru dibuat dilang tadi.

   Bapak berdiri di samping meja, memperhatikan ibu dan elis yang bolak balik menyajikan makanan.

   Bapak menatap ke arah ku dan berkata. "Ini semua kau beli dari hasil menjual sayuran liar? "bapak bertanya dengan nada tak percaya.

   Aku mengangguk meng-iyakan. "Hmm, aku membelinya setelah semua sayuran terjual. "

   Bapak melihat ragam masakan yang dibuat ibu dan elis.

   Nasi putih yang asap nya masih mengepul. Tumis daging, lalu kucai tumis telur. Serta sup jamur kuping.

   Aku berdiri mendekati bapak. "Jangan khawatir, besok bapak dan kakak pertama bisa membuka lahan baru untuk menanam padi dan sayuran untuk keluarga kita, aku dan dodo bisa menjual sayuran lagi. "

   Bapak terdiam.

   Matanya menatap ku dengan tatapan yang sulit diartikan.

   "Bagaimana dengan nenek mu?" Bapak bertanya seraya duduk dikursi panjang yang akan menjadi tempat makan kami sekarang.

   "Jangan pikirkan hal lain, makan lah terlebih dahulu. "

   Tiba-tiba ibu datang dari dapur dan meletak kan piring dan cangkir yang aku beli tadi.

   Sepertinya ibu cukup menikmati menjadi ibu rumah tangga hari ini, dia bisa memasak sesuka hati tanpa ada yang menegur dan meneriaki nya.

   Mendengar ucapan ibu, barulah bapak duduk dengan diam, tak lama dodo dan dilang yang sudah selesai mandi ikut duduk disamping bapak.

   Dodo memandangi makanan diatas meja. Menikmati aroma lezat dari asap yang mengepul.

   Aku ikut duduk ketika ibu dan elis sudah duduk di meja makan.

   Ibu mengambilkan nasi untuk bapak. Dan meletak kan di atas meja.

   "Makan lah. " Ucap ibu, seraya mengambil nasi untuk dirinya sendiri.

   Elis dan dodo terlihat tidak sabar untuk makan. "Senang sekali bisa makan seperti ini, bisa mengambil lauk sesuka hati. " Dodo mengoceh sambil menuangkan sup jamur kepiringnya.

    Tanpa sadar elis ikut menimpali. "Ini baru makan yang sebenarnya. " ucapnya dengan senyum lebar.

   Aku tersenyum puas melihat wajah senang mereka. "Cepat makan, sebelum ada tikus yang datang. "

   Mendengar perkataan ku dodo dan elis langsung mengambil sendok dan menyuapi nasi kemulutnya, mereka tentu tau tikus yang aku maksud, karena tadi aku sudah menceritakan kedatangan gena pada elis.

   "Ibu ini enak sekali, ini makan malam terenak seumur hidupku. "

   Dodo mengoceh sambil mengunyah nasi, sehingga nasi dalam mulutnya sampai menyembur keluar.

  "Jangan bicara saat makan, kau bisa tersedak, dan juga tidak sopan kalau makanan mu mengenai orang lain. " Tegur ibu pada dodo, bocah itu hanya tersenyum sambil terus memasukan nasi kemulutnya yang sudah penuh.

   "Bapak." Panggil ku saat laki-laki itu hanya menatap makanan nya yang belum disentuh.

   Bapak mengangkat wajah nya dan menatap ku.

   "Makan lah selagi hangat. " Aku meletak kan daging di atas nasi bapak.

   Bapak mengangguk dengan cepat, kemudian mulai memasuk kan nasi bercampur daging kedalam mulutnya. Lalu bapak memandangi kami semua dengan mata berkaca-kaca.

    Tidak tau apa yang sedang dipikirkan nya, tapi aku yakin perasaannya saat ini pasti senang, sedih dan lega.

   Aku pun melanjutkan makan, tumis kucai dan telur dengan irisan bawang putih, aromanya lezat.

  Enak! Sangat enak!

   Kami menikmati makan malam dengan khidmat dengan perasaan tenang.

   "Kakak tambah lagi nasinya. " Aku menambahkan satu sendok penuh nasi kedalam piring dilang.

   Dilang terdiam, dia menatap ku tanpa berkedip.

  "Kenapa melihat ku seperti itu? Lihat dodo, makannya sangat banyak, sebentar lagi dia akan mengalahkan kakak. " Ujar ku melihat wajah dilang yang terpana.

   Dodo yang namanya disebut langsung menyahut. "Aku akan jadi pemuda tampan nanti. "

   Aku dan elis tertawa mendengar ucapan dodo.

   Dilang menghela nafas panjang kemudian melanjutkan makannya. Sejujurnya aku merasa takut melihat tubuh kurus dilang, dia seorang pemuda dewasa, porsi makan nya pasti lebih banyak dari pada kami, tapi dalam satu hari dia hanya makan satu kali disaat makan malam, karena pagi hari sebelum sarapan dia dan bapak sudah harus keladang sebelum matahari terbit.

   Bekerja sepanjang hari tanpa makan, betapa menderitanya dia selama ini. Tiba-tiba mata ku berkabut. Segera aku menenangkan hati sebelum ada yang menyadarinya.

  Namun usapan lembut di punggung ku membuat ku sadar bahwa seseorang telah melihatnya.

   "Terimakasih atas makan malam yang lezat ini. " Kata ibu sedikit berbisik. Ibu tersenyum lebar sehingga kerutan diwajahnya tampak dengan jelas.

   Aku tidak ingin menangis, sekuat tenaga aku menahannya. Aku hanya mengangguk menjawab ucapan ibu.

***

   "Siah, siah buka pintunya. "Saat asik membersihkan meja, aku mendengar suara teriakan dari luar rumah. Aku sudah bisa menebak siapa yang memanggil ku. Tapi aku berpura-pura tuli, dan melanjutkan kegiatan ku.

   "Siah, jangan sembunyi kau, nenek meminta ku memanggil paman ketiga kesini, buka atau aku dobrak pintunya. "teriak gena. Ia mengedor pintu semakin keras.

  Dilang datang dari dapur, mungkin dia mendengar suara gedoran yang keras dari luar.

   " Siapa yang datang? "Tanya nya saat melewatiku.

  " Tidak tau . "Jawab ku acuh.

   Dilang membuka pintu, tampak wajah gena merah padam, aku yakin dia sangat kesal sekarang.

   " Mana paman ketiga, nenek suruh datang ke rumah utama. "Ujarnya menatap dilang. Sementara kakak tampan ku itu, tidak bicara sepatah pun.

  Dilang menoleh kebelakang dan bersuara. " Adik, panggil bapak, katakan nenek menyuruh kerumah utama. "

    "Iya." Jawab ku singkat.

   Kemudian meninggalkan dilang dan gena memanggil bapak.

   Tidak lama aku datang bersama bapak. Dia mendekati keponakan nya itu dan bertanya dengan dahi berkerut. "Ada apa? "

   "Nenek menyuruh paman kerumah utama "Kata gena memberitahu bapak.

   "Ya sudah. " kata bapak kemudian berbalik menatapku. "katakan pada ibu mu, bapak menemui nenek dulu. "Kata bapak padaku. Setelah makan malam tadi bapak memang terlihat lebih santai dari biasanya. Aku cukup senang karena beliau sudah mulai mau berbicara banyak dengan kami.

   "Iya, bapak bicaralah dengan tegas. Ini semua demi keluarga kita. "Sahut ku mengingatkan bapak. Aku sudah tahu alasan bapak dipanggil, sudah pasti karena aduan gena.

   Aku pun kembali kedalam rumah. Dan membawa bahan kain yang aku beli tadi, ingin memperlihatkan pada elis, sekaligus bertanya apa dia bisa menjahit. Ditanganku juga sudah ada sebuah kertas dan kuas. Aku akan membuat desain pakaian di kertas ini dan meminta elis membuat kan nya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!