Change Soul
Cit
Brak
"Sial! " Tidak sengaja Ia menabrak mobil belakang milik Papanya yang ada di garasi, padahal Ia sudah sangat hati-hati untuk memarkirkan motornya.
Pasrah sudah, dirinya akan kembali di marahi.
Ares bawa langkah kakinya mendekat ke arah pintu utama, di bukanya pintu dengan perlahan berharap penghuni rumah ini sudah tidur. Sebab ini sudah larut malam.
Saat pintu terbuka lebar.
Plak!
Tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Ares yang mulus itu, rasa panas menjalar ke seluruh tubuh apalagi pipinya. Di tatap orang yang telah menamparnya dengan sorot mata tajam.
"Kamu sudah bikin malu keluarga! Sialan!" ucapnya dengan nada dingin nan rendah, tangannya kembali terangkat dan.
Plak!
Satu tamparan kembali mendarat di pipi kiri Ares, bahkan rasa panas tadi masih ada kini di tambah lagi rasa panas itu semakin menjadi.
"KENAPA KAMU MELAKUKAN BALAPAN LIAR HAH! KAMU PIKIR PAPA TIDAK TAU HAH!" bentaknya, Roy sosok yang begitu temperamen, susah untuk menahan emosinya.
"SEHARUSNYA KAMU CONTOH ARAS! DIA ANAK BAIK, TIDAK PERNAH MEMBANGKANG, KEBANGGAN KELUARGA. SEDANGKAN KAMU APA? BENALU DAN BEBAN!" sarkas Roy.
"Apa peduli saya hah! Saya di anggap disini saja tidak! Bahkan semua orang tau keluarga Wilson ini tidak menganggap saya bagian dari keluarga itu. Lantas saya ikut balapan membuat keluarga Wilson malu? Dan.. " Ia menjeda ucapannya lantas Ares terkekeh, Ia melihat Papanya diam tapi detik berikutnya Ares melihat kilatan marah di wajah Papanya bahkan urat-urat lehernya begitu jelas terlihat.
"Meskipun saya dan Aras kembar, tidak memungkinkan segala sesuatu harus sama persis! Bahkan saya jijik melihat Aras dengan wajah sok polosnya. " lanjutnya.
Bugh!
Tubuh Ares terhuyung ke belakang punggungnya membentur pintu yang sudah tertutup, Ia meringis namun Ares bukan laki-laki lemah Ia bangkit dan kembali menatap Papanya nyalang.
"Benar kan apa yang di ucapkan? "
"Jadi untuk apa keluarga ini merasa malu? Kan dari dulu Ares tidak pernah di anggap ada. Dari dulu kalian hanya membangga-banggakan Aras! " Ia berhasil membungkam papanya itu lantas tersenyum sinis dan melenggang pergi.
Ares paling benci jika sudah di banding bandingkan dengan kembarannya itu. Padahal mereka tidak tahu yang sebenarnya seperti apa, bagaimana sifat asli dari Aras hanya Ares yang tahu.
Saat di tangga Ia kebetulan sekali berpapasan dengan Aras yang sedang tersenyum sinis ke arahnya, "Gue menang.. "
"Gue udah gak butuh keluarga ini!" bisik Ares.
Keesokan harinya rumah ini begitu ramai, Ares mendengar banyak orang yang sedang tertawa. Ia mengernyit bingung perasaan malam tadi rumah sepi namun pagi ini kenapa jadi ramai?
Ia turun ke bawah untuk sarapan pagi, tepat di pijakan tangga terakhir cukup terkejut ternyata seluruh keluarga besar Wilson ada di meja makan yang besar itu sedang melakukan sarapan pagi.
Bahkan Ares melihat tidak ada kursi kosong di sana, ah memang benar dari dulu Ares tidak pernah di anggap ada oleh mereka.
Dengan langkah gontai Ia berbalik arah menaiki tangga kembali, namun berhenti saat Indra pendengarannya mendengar ucapan yang begitu menusuk hati.
"Seharusnya beban keluarga itu di usir, bukan di tampung!" ucapnya begitu tegas! Ares tahu itu suara siapa. Ia mengepalkan tangannya, dan mencoba meredamkan emosinya.
"Lihat, tidak ada sopan santunnya--"
"Cukup kakek!" Ares berbalik dan menatap tajam Kakeknya, iya kakeknya Tuan Wilson yang tadi melontarkan kalimat menyakitkan.
"Berani kamu sama saya hah!" Wilson berdiri dan membanting sendok yang ada di genggamannya.
"Kenapa harus takut? "
"Dimana sopan santun mu!"
"Ares akan sopan kepada orang yang memperlakukan Ares dengan baik! Sedangkan kalian? Lihat bagaimana kalian bertingkah laku layaknya anjing menggonggong yang terus mengoceh, membandingkan, mencaci maki bahkan menghi--"
Plak!
"Keterlaluan kamu!" Ares tidak tahu sejak kapan kakeknya ini berada di hadapannya, tapi kini Ia bisa menatap tajam Kakeknya itu.
"Kenapa? Itu fakta! Kalian berpendidikan tinggi, punya gelar di kagumi banyak orang di hormati bahkan di takuti. Tapi!" Ares menjeda ucapannya dan pandangannya beredar melihat mereka semua yang kini sedang menatapnya.
"Kalian buruk dalam berperilaku dan akhlak kalian yang begitu rendah! " Ada rasa lega dalam diri Ares karena berhasil mengeluarkan unek-uneknya walaupun hanya sebagian.
Bugh!
Pukulan keras itu mendarat di rahang tegas Ares, namun Ia berhasil menahan tubuhnya sendiri agar tida jatuh.
"Berani-beraninya berbicara seperti itu, sialan!" umpat kakek.
Wilson tidak terima, harga dirinya di injak-injak oleh cucu sialannya ini! Memang cucu satunya ini benar-benar benalu di keluarganya. Seharusnya Ia membunuh anak ini jika besarnya menyusahkan seperti ini.
"Dan-"
Dor!
Tubuh Ares ambruk di kaki Wilson, belum sempat Ia melanjutkan ucapannya peluru sudah lebih dahulu masuk ke dalam tubuhnya tepat di jantungnya.
Wilson terkejut sungguh, saat berbalik Ia melihat Roy anak pertamanya yang melakukan penembakan itu.
Roy mendekati Papanya dan memberikan pistol itu kepadanya, lantas di terima dengan senang hati dan..
Dor!
Peluru itu kembali bersarang kini di kepala Ares, sudah keinginan mereka sudah terwujud. Ares meninggal di bunuh oleh keluarga kandungnya sendiri.
"Lega rasanya dia sudah tidak ada. "
___________
"Maaf.. " cicit Jason.
Ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar menatap mereka, Ia takut bahkan tubuhnya gemetar.
"Maaf? Setelah apa yang kamu lakukan kamu minta maaf?" suara tegas itu memenuhi Indra pendengaran Jason.
Bugh!
"Tidak semudah itu bodoh! "
Jason meringis, punggungnya membentur sudut meja tv di ruang keluarga. Ia berharap salah satu dari keluarganya ada yang menolong dirinya namun kembali lagi faktanya mereka begitu membenci Jason.
Dari dulu sampai sekarang, bahkan setelah kedatangan Revan anak dari adik Mamanya ini mereka semua semakin membenci Jason. Mereka tidak akan segan-segan untuk menyiksanya bahkan Ia diam pun tetap di salahkan.
Maka percuma saja Jason membuka mulut untuk membela dirinya sebab mereka tidak akan pernah percaya sedikitpun.
"Akhh.. sakit.. ayah... "
Plak!
"Diam kamu!" Jason di seret ke gudang yang berada di belakang rumah ini. Dengan susah payah Ia bangkit dan berjalan mengikuti langkah sang ayah.
Jason sudah pasrah dengan semuanya, ingin mati saja rasanya sudah tidak ada harapan untuk hidup semua orang membenci dirinya tanpa sebab.
"Dunia ini begitu kejam. " ~ Jason.
Bruk!
"Shh, ayah.. " suaranya begitu parau, Ia berharap ayahnya mendengarkan ocehan untuk terakhir kalinya.
"Jason sayang ayah.. tapi, tapi kenapa ayah dan yang lainnya benci Jason hiks.. hiks.. Jason salah apa? Selama ini Jason selalu melakukan yang tekhbaik agakh bisa membanggakan ayah dan yang lainnya hiks.. hiks.. Jason bahkan tidak pekhnah melakukan hal itu semua ayah.. Jas--"
Jleb!!
"Banyak bicara kamu! Pusing saya dengernya. " Robert ayah Jason pergi meninggalkan putranya yang sudah tidak berdaya itu, darah semakin banyak keluar namun Ia acuh dan pergi dari sana.
"A-yah.. " perlahan mata indah itu tertutup bersamaan dengan Robert yang menutup pintu gudang.
____________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments