Pukul enam pagi, Jason sudah siap dengan balutan seragam sekolahnya. Kini ia keluar dari kamar menuju ruang makan dan di sana terlihat belum ada siapa-siapa.
Camkan baik-baik, ini pertama kalinya Jason makan di meja makan. Dan mulai detik ini ia akan selalu makan di rumah setiap pagi sebelum berangkat sekolah.
Persetan dengan cacian dan hinaan dari mereka, karena ini sudah menjadi tekad Jason. Cukup selama Ares menempati raga Jason berpura-pura, kini Ia akan hidup dengan sifat Ares yang sesungguhnya.
Jason mengambil nasi dan lauk satu persatu, hingga suara dari seseorang memberhentikan aktifitasnya itu.
"Ngapain lo di sini!" Geram Rexi ia awalnya begitu semangat, tapi setelah melihat Jason duduk di kursi meja makan moodnya hancur seketika.
"Makan lah, emang mau ngapain lagi. " Timpal Jason dengan santai, ia mulai memakan makanan itu.
Dan satu persatu anggota keluarga turun dapat Jason lihat tatapan mereka begitu sinis dan dengan terang-terangan menampilkan raut wajah tidak suka adanya Jason di sana.
Hingga satu orang terakhir turun, "Jason itu tempat duduk aku. "
"Duduk aja di bawah, kan tempat masih luas. " Jawab Jason tanpa melihat lawan bicaranya.
"Tapi aku selalu duduk di sana. "
"Gue anggota keluakhga asli ini! Jadi gue bekhhak atas semua yang ada di sini. Sedangkan lo.. " Jason menggantungkan ucapannya, ia menunggu reaksi keluarga yang lainnya tapi tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun.
"Lo bukan siapa-siapa di sini, lo hanya numpang!!" Makanan Jason sudah habis, nikmatnya makan pagi ini.
"Ma-af ak--"
Brak!!
Jason menggebrak meja makan itu semua anggota menatap dirinya tajam, namun Jason terkekeh melihat reaksi mereka.
"Kenapa? Kenapa tidak ada yang membela dia?" Tanya Jason dengan menunjuk Revan.
"Benakh bukan? Ucapan gue bakhusan? "
Hening tidak ada yang mengeluarkan satu kata pun.
"Lo semua bisu ya? Semalam aja lo semua adu bacot sama gue. Dan sekakhang--"
Brak!!
"Jaga ucapanmu Jason!" Desis Robert.
"Oh iya, Tuan Khobekht gue hanya sekedakh mengingatkan dengan pekhjanjian itu. Gue bakalan buktiin diawali dengan olimpiade. "
Jason berjalan mendekati Revan dan berbisik, "Mulai sekakhang gue akan ambil semua yang telah lo ambil!"
Jason menyambar kunci motor yang tergeletak di meja ruang tamu, lantas keluar tanpa mendengarkan teriakan dari Rezy. Ia tahu kunci motor itu milik Rezy.
Ia menuju garasi dan segera menaiki kuda besi ini untuk pergi ke sekolah. Di perjalanan Jason mengendarai kuda besi itu bak kesetanan, banyak umpatan dari orang-orang melihat Jason berkendara ugal-ugalan.
Ini lah yang Ares rindukan dan sekarang kerinduan itu terpenuhi.
Sampai di sekolah, Jason memarkirkan motornya di tempat parkir khusus motor. Di sana juga ada teman-teman kakaknya.
Jason tersenyum smirk di balik helm full face nya, mungkin mereka mengira yang bawa motor ini Rezy. Kita lihat reaksinya.
"Jason?" Gumam Geri yang masih terdengar oleh Jason sebab keberadaan mereka tidak jauh darinya.
Jason berjalan melewati mereka dengan menampilkan raut wajah dingin di tambah kini tidak ada lagi berjalan sembari menunduk.
"Aneh banget dia, "
"Iya sih, sejak kembali sekolah gue juga lihat perubahan tapi kali ini benar-benar drastis. " Timpal Geri panjang lebar.
Salah satu kebiasaan Jason dulu sering menyapa mereka namun tidak pernah di balas sapaan itu oleh mereka.
Setelah kepergian Jason, baru lah si kembar dan Revan datang menghampiri mereka.
"Kok bisa adek lo naik motor?" Tanya Geri.
Namun tidak ada jawaban dari si kembar, justru mereka pergi meninggalkan yang lainnya.
"Gue ke perpus. " Ucap Eros tiba-tiba.
"Aku ikut ya kak.." pinta Revan, namun di abaikan oleh Eros.
Sejak dulu memang Revan begitu susah mengendalikan Eros, bahkan Eros tidak pernah berbicara dengannya. Revan kesal dengan dirinya sendiri karena gagal mengendalikan satu orang itu.
Sedangkan yang lainnya sungguh gampang untuk di kendalikan. Namun begitu Revan tetap gencar mendekati Eros agar mendapatkan perhatian darinya.
___________
Bel istirahat berbunyi Jason, Eros, Revan dan tujuh murid lainnya baru keluar dari ruangan khusus. Mereka semua baru saja menyelesaikan tes seleksi untuk olimpiade.
Dengan raut wajah dan tatapan yang sama seperti tadi pagi Jason pergi ke kantin, berbeda dengan Revan yang sedang berusaha mengajak bicara Eros.
"Kak kita ke kantin yu.. "
"Revan lapar, yang lainnya juga ad--"
Eros pergi meninggalkan Revan tanpa mendengarkan ucapannya. Revan mengepalkan kedua tangannya, "Gue gak akan nyerah!!"
Di kantin Jason duduk sendiri sembari memakan bakso dengan khidmat tanpa ada gangguan dari siapapun. Tidak jauh dari tempat duduk Jason, seperti biasa kakak kembar Jason dan yang lainnya pun sedang makan di kantin.
Jason melihat wajah Revan yang sedang menahan kesal, "Cih, capekh. "
Pengumuman hasil tes akan di umumkan tiga hari lagi, kita lihat saja bagaimana hasilnya.
Setelah selesai memakan semua makanannya, Jason pergi ke kantin dan melewati meja yang di tempati Revan.
"Kakak yakin pasti bakalan kamu yang akan mewakili sekolah ini bersama Eros. " Ucap Rexi.
"Iya kak Revan juga yakin kok, kan biasanya juga Revan dan tidak ada yang bisa menyaingi Revan. " Jawabnya dengan angkuh dan percaya dirinya.
Sementara Jason yang mendengar itu tersenyum smirk, silahkan berbahagia terlebih dahulu karena kedepannya hanya akan ada kesengsaraan.
________
Pulang sekolah Jason langsung duduk di meja makan dan request makan spaghetti karena dia ingin makan itu di rumah bukan di restoran.
"Mentang-mentang gue gak pekhnah makan di sini, lo semua jadi seenaknya sama gue? Ingat! Gue tuan muda yang asli disini bukan Khevan!"
Chef di rumah itu menatap Jason dengan angkuh, karena ia hanya melayani majikannya di rumah ini dan selama ini Jason tidak pernah meminta apapun bahkan makan di meja makan pun tidak pernah.
Dan sekarang dengan tiba-tiba Jason meminta spaghetti. Ia hanya mengingat pesan Revan boleh melayani siapapun kecuali Jason.
"Tapi maaf, saya tida bisa melayani anda. Saya patuh terhadap ucapan tuan muda Revan. "
"Bodoh bin tolol!"
Brak!
Jason bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar. Pantas saja selama Ares memasuki raga Jason tidak ada hormat dari para maid ataupun bodyguard ternyata ini masalahnya.
Hanya bi Tita dan pak supir yang baik hati terhadap Jason.
Maka jangan salahkan Jason nantinya jika dirinya juga tidak berlaku baik terhadap mereka.
Setelah berganti pakaian Jason turun ke bawah dan ia melihat di meja makan ada Revan sendiri sedang memakan spaghetti. Dan lihatlah bagaimana chef itu melayani tuan mudanya dengan telaten.
Sret
"Spaghetti satu. " Pesan Jason, dan chef itu tidak bergeming. Ia masih setia berdiri di sebelah Revan.
"Lo dengekh gue gak!!" Mata Jason begitu tajam, dia melihat Revan memberi kode kepada chef itu dan akhirnya chef itu kembali ke dapur dan memasak spaghetti.
"Hebat juga ya bisa mengendalikan semua okhang. "
"Benar sekali, enak loh bisa membodohi mereka semua. "
"Ya.. ya.. ya, tekhsekhah lo. "
Tidak jauh dari mereka ada seseorang mendengar pembicaraan kedua remaja itu dan mengepalkan kedua tangannya dengan amarah yang membara.
__________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments