Di ruangan yang bernuansa serba putih ini, terdapat dua orang pria dewasa yang sedang berbincang serius. Yang satu berpakaian formal, sedangkan satunya lagi memakai jas putih kebanggan seorang dokter.
"Berarti kita sudah telat?" Tanya pria yang berpakaian formal dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Walau begitu aku akan tetap menyayanginya. "
"Aku pun begitu. Tapi bagaimana dengan dia?"
"Tenang saja aku kembarannya, aku tahu bagaimana sifat dia dan pasti bisa menerima semuanya. "
Pria yang berpakaian formal pun mendelik sebal ke arah adiknya itu, bagaimana bisa pria yang di luar sana berdarah dingin sedangkan jika bersama keluarganya begitu hangat?
Dan ternyata pria yang berpakaian formal pun tidak berkaca, dirinya sendiri pun sama seperti adiknya.
"Segera hubungi semua keluarga agar segera berkumpul dan beritahu mereka mengenai hal ini! Dan silahkan anda bisa keluar dari ruangan saya. "
"Sialan kau! "
"Oh satu lagi, bilang kepada keponakan ku untuk tetap mengawasinya. "
"Satu jam lima puluh juta. "
Melayang lah buku yang ada di meja itu, beruntungnya dia bisa menghindar dan segera pergi dari sana.
______
Hari ini Jason berada di ruang musik, ia sedang mendaftar untuk ikut ekskul ini sebenarnya ingin mendaftar di basket namun lebih minat di musik.
Setelah melakukan serangkaian mendaftarkan, Jason kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
Entah kenapa terlintas di pikiran Jason, kalau Revan tidak berbuat ulah. Atau mungkin dia sedang berusaha melakukan sesuatu yang nantinya membuat Jason gagal tes seleksi olimpiade?
Senin depan tes akan di mulai, dan Jason sudah siap kalau bisa ingin rasanya tes itu lebih di percepat--
"PENGUMUMAN!!!" Zio berteriak di depan kelas, dengan napas ngos-ngosan.
"UNTUK YANG MENGIKUTI TES SELEKSI OLIMPIADE DI HARAPKAN MEMPERSIAPKAN DIRI, KARENA TESNYA AKAN DI LAKSANAKAN BESOK!! SEKIAN!!"
Sepertinya Tuhan mendengar harapan Jason.
"Jas lo udah siapkan?" Tanya Zio.
Dan Jason menjawab dengan anggukan.
"Ini gara-gara si Revan bilang ke kepsek tesnya suruh di percepat. " Gerutu Zio, ia masih kurang yakin dengan 'temannya' itu.
"Oh Khevan toh. Atau jangan-jangan selama ini gukhu-gukhu dan kepsek selalu menukhut apa yang Khevan pekhintahkan?" Batin Jason.
Ada sedikit kecemasan dalam diri Jason, tapi segera ia tepis Jason yakin pasti bisa dengan cara jujur. Namun jika keadaan tidak memungkinkan maka ia juga bisa melakukan dengan cara yang lebih dari apa yang Revan lakukan.
Setelah di cari tahu ternyata keluarga Alexander ini mempunyai pengaruh di sekolah, sebab mereka donatur utamanya. Dan melalui ingatan Jason asli keluarga itu sengaja melakukan itu semua agar bisa mengendalikan sekolah ini.
Dua jam berlalu, kini sudah waktunya jam pulang Jason langsung menelpon pak supir dan sekarang ia sedang menunggu di halte dekat sekolah.
Tak sengaja ekor matanya melihat mobil kakak kembarnya bersama Revan melewati Jason. Lihatlah, orang asing menjadi keluarga sedangkan keluarga menjadi orang asing. Itulah yang Jason alami selama ini.
"Capek juga bekhhakhap ya, sehakhusnya gue tau mekheka tidak akan melihat ke akhah gue. "
Satu jam sudah Jason menunggu di halte, tapi pak supir tak kunjung datang. Ia langsung menelponnya.
"Tuan muda, sa-saya minta maaf. Tuan Revan meminta saya untuk mengantarnya ke tempat les, saya sudah menolak tapi tuan besar ma-"
"Gak majikan gak bawahan sama-sama gak bisa di andalkan!! "
Terlampau kesal, Jason melempar ponsel miliknya ke jalan dan berlalu dari sana dengan jalan kaki. Pikirannya kini hanya satu! Ia harus pergi ke taman yang sunyi.
Langkahnya terhenti, kala pikirannya teringat sesuatu. Dan langsung berlari untuk kembali ke halte, Yap ponselnya yang ia lempar Jason ambil kembali namun ada yang aneh kenapa ponselnya bisa berada di bangku halte? Perasaan tadi ia melempar ke jalan.
Tidak mau ribet ia segera pergi dan mencari taman yang sepi untuk merenung segala hal.
"Terima kasih anak kecil, aku sudah mendapatkan semuanya. "
__________
Semilir angin menerpa wajah tampan Jason membuat rambutnya ikut terbawa angin, ia pejamkan mata dan menikmati angin dan suasana yang sunyi ini.
Duduk di bawah pohon besar dengan pemandangan bunga yang tumbuh di sembarang tempat, rumput hijau terhampar luas di hadapannya.
"Keluakhga Alexandekh bakal ngadain pesta setelah olimpiade, dan pasti gue gak bakalan di ajak sih.. tapi--"
"Permisi, boleh saya duduk di sini?"
Jason mendongak, seketika kedua alisnya menyatu.
"Disini kotokh paman. "
"Gak papa, boleh?"
"Yaudah kalau maksa. " Pandangan Jason kembali terfokus ke depan tanpa mempedulikan orang yang di sebelahnya.
"Kamu kenapa belum pulang nak?"
"Males. "
"Kenapa? Paman kalau pulang kerja langsung ke rumah sebab ada kebahagiaan di sana. "
"Itu paman, beda kalau aku. Di khumah bukan ada kebahagiaan yang ada hanya siksaan.. " suaranya begitu lirih, dan Jason merasakan ada usapan lembut di kepalanya.
"Kalau ada masalah boleh kok cerita sama paman. " Ujarnya sambil tersenyum hangat.
"Kita gak saling kenal, kita okhang asing aku gak mungkin bekhcekhita. Kalau begitu aku pamit dulu paman. " Jason membalas senyuman orang itu dan pergi dari sana.
"Orang Asing ya? " Pria itu terkekeh.
"Kita memang tidak saling mengenal karena itu bukan jiwa kamu yang asli. "
"Namun begitu aku akan tetap menerima mu dan menyayangi mu. "
Jason tiba di rumah pukul tujuh malam, disambut dengan hangatnya keluarga Alexander tanpa memikirkan satu anggota lagi yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berkumpul.
Ingin sekali Jason menyingkirkan Revan sekarang juga. Tapi ia tidak punya bukti apa-apa untuk membuat mereka membenci Revan.
"Masuk rumah gak ada sopan santunnya!!" Sinis Dimitri yang sedang mengelus Revan.
"Bukan ukhusan lo!!"
"Ck, Bun acara pesta nanti dia gak ikut kan?" Tanya Rexi.
"Kakak gak boleh gitu, Jason harus ikut dia kan adik kakak juga. " Timpal Revan.
"Cih, adik kakak cuman kamu Revan. "
"Jason sini, duduk ikut gabung sama kita. " Ajak Revan.
"Sokhkhy, gue gak mau deket-deket sama okhang bodoh entakh ketulakhan bodoh lagi. "
"JASON! KETERLALUAN KAMU!" sentak Robert.
Namun sentakan itu tidak diindahkan oleh Jason, ia melenggang pergi untuk ke kamarnya. Muak melihat drama keluarga ini.
Walaupun dirinya tidak akan di ajak, Jason akan tetap hadir dan lihatlah nanti apa yang akan ia lakukan untuk mempermalukan mereka semua di depan banyak orang.
_______
"Aku akan pulang ke Indonesia besok!!" Final seorang remaja yang terlihat berada di layar laptop.
"Tidak! Jangan sekarang!"
"Kenapa? Kamu tidak becus menjaganya! Bertahun-tahun dia tersakiti! Aku tidak tahan dengan semua ini!"
"Ini belum waktunya!! Dan apa kamu tidak mendengarkan penjelasan dari om hah!" Sentak remaja yang sedang melakukan video call dengan orang yang berada di layar laptop itu.
"Aku paham! Walau begitu aku akan tetap menerimanya! Kamu--" tunjuk orang yang berada di layar laptop itu kepada kembarannya.
"Tolol sekali!" Dengan sepihak orang yang berada di layar laptop itu mematikan video call-nya.
"Iya gue emang tolol.. "
Lelaki itu merebahkan tubuhnya di ranjang dengan menatap langit-langit kamar.
"Maafin gue Jas, semua keluarga udah tau semuanya. Ternyata hidup lo berdua begitu menyakitkan. "
"Semua akan di mulai ketika acara pesta yang di adakan oleh keluarga Alexander. "
"Ares dan Jason.. " gumamnya.
_________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments