Bab 20 Misi

"Semoga saja cepat menular yah, Ris. Tapi kok bibi ragu sih. Bibi tidak begitu yakin kamu akan dapat keturunan. Soalnya sudah lebih dari 4 tahun kan? Dan belum ada tanda-tanda mau hamil ya? jangan-jangan kamu susah memiliki momongan. Itu perlu waspada lo Ris. Jangan-jangan kamu mandul, Ris?."

Refleks Riska melepas kan genggaman tangan mereka.

Jleb!.

Ucapan Narti bagai sembilah pisau tajam yang mampu menusuk hati Riska hingga ke palungnya. Sakit sekali rasanya. Luka parah tidak berdarah, darahnya menggelegak seketika sampai ke ubun-ubun. Emosi yang sejak tadi Riska tahan kini meletup-letup kembali. Tanpa sadar Riska mengepalkan kedua tangan kuat-kuat. Dadanya naik turun sebab kata-kata tajam tersebut.

Riska berusaha untuk tenang karena ia tahu para pengkhianat itu tidak bisa di kasari, bisa-bisa dia hilang harga diri karena marah-marah di depan banyak orang.

Dalam hati ia merapalkan istigfar berulang kali hingga emosi nya sedikit meredam. Nafas yang memburu sedikit lebih tenang saat ini.

"Aku tidak mandul, Bi. Pernah hamil dan melahirkan juga. Hanya saja Allah lebih sayang anak itu dari pada aku. Kalau sampai saat ini aku belum hamil aku justru bersyukur, Bi. Sebab aku yakin akan ada hikmah di baliknya. Allah maha tahu yang terbaik untuk hambanya. Ya siapa tahu pernikahan kami tidak berlangsung lama begitu. Misalnya, aku jadi janda juga tidak repot dengan urusan anak." Riska menoleh kan muka nya ke arah Danang yang tiba-tiba terdiam di tempatnya.

Mungkin laki-laki itu kaget dengan kata cerai yang tiba-tiba meluncur dari bibir Riska, memang dia juga menginginkan perpisahan tapi setelah anaknya lahir dengan tujuan memiliki waktu untuk menguras harta Riska. Riska sudah bisa menebak jalan pikiran laki-laki yang sudah membersamainya selama 4 tahun ini. Sayang nya sebelum itu terjadi, Riska akan mengajukan secepatnya tidak harus menunggu anak itu lahir.

"Memangnya kalian mau bercerai?." ucap Narti dengan hati-hati.

"Tidak menutup kemungkinan, Bu. Aku tahu perceraian itu di benci Tuhan. Tapi, kalau memang suatu saat aku menemukan sesuatu yang tidak beres, perselingkuhan misalnya. Tentu, aku tidak akan segan-segan untuk menggugat cerai Mas Danang. Ya nggak, Mas? " sindir Riska sembari menyenggol lengan Danang.

Danang justru mendelik ke arah Riska setelah susah payah dia menelan ludah. Riska mengedipkan bahu.

"Tapi, aku percaya kok, Mas Danang bukan tipe-tipe laki-laki punya selingkuhan. Ya nggak, Siska?." Riska menatap wajah sepupu nya yang terlihat salah tingkah. Narti membuang muka ke arah lain. Ruang tamu mendadak panas. Tidak ada seorang pun yang berucap. Berbeda dengan situasi di belakang atau di bagian dapur, di sana suara riuh terdengar dari orang-orang yang rewang hingga ke ruang tamu ini.

Tak lama kemudian Narti pergi ke belakang lagi.

"Ngomong-ngomong ke mana suamimu, Siska? kok nggak kelihatan?." Siska yang sedang menunduk menatap layar handphone itu mendongak. Lalu, dia menatap Danang. Seolah sedang meminta jawaban dari suaminya tersebut.

"Ris, suaminya Siska itu kan orang sibuk. Jadi tidak setiap waktu bisa ikut bepergian bareng istrinya." seperti dugaan Riska, Danang yang menjadi juru bicara Siska.

"Kenapa Mas yang menjawab? seolah paham betul bagaimana suaminya Siska? Memang sedekat apa hubungan kalian?." lagi-lagi Danang dan Siska salah tingkah.

"Biasanya sesibuk apapun suami, kalau untuk acara anak pasti akan menemani istrinya. Masak sih tidak bisa izin barang sehari pun. Ah, jangan-jangan slentingan yang kudengar itu benar. Tapi semoga memang benar-benar sibuk ya, bukan karena sibuk dengan istri tuanya."

Riska melirik suaminya lagi terlihat Danang kesusahan menelan ludahnya sendiri.

Kemudian pandangannya di alihkan ke arah Siska yang tertunduk menatap layar handphone nya.

"Kamu menunggu telepon dari siapa, Siska? apa dari suamimu?." tanya Riska kembali memancing emosi keduanya.

"Ah aku yakin suamimu itu sedang sibuk. Kamu yang sabar Siska, biasanya laki-laki seperti itu adalah tipe laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Masak untuk acara anaknya saja dia tidak mau libur, apa itu tidak keterlaluan?." ucap Riska membuat keduanya menatap tak suka dengan apa yang di ucapkan Riska.

Kemudian tanpa rasa bersalah, Riska menyuapkan makanan ke mulut suaminya. Seperti keinginan Riska, Siska mendelik ke arah suaminya. Sementara Danang tidak bisa berbuat apa-apa selain mengunyah makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Riska yakin hati Danang pun tersiksa karena merasa serba salah. Bingung di satu sisi istri sah dan satu lagi istri siri nya.

"Mas, nggak niat gitu nyuapin aku? Sudah lama Mas tidak melakukan itu. Suapin aku dong!." Sebenarnya Riska jijik melakukan itu, namun Riska ingin sekali membuat Siska cemburu melihat kemesraan mereka.

Danang terdiam sesaat sebelum akhirnya mengambil lambang sari dan menyuapkan ke mulut Riska.

"Dih, kaya pasangan pengantin baru aja, Mbak. Lebay!." Siska sewot seketika, hati nya panas melihat suaminya bersama istri tuanya.

'Siska, Siska, baru segitu saja di goda kamu udah sakit hati, bagaimana jadinya kalau kamu yang ada di posisi aku?. Mungkin, bukan hanya cemburu yang kamu rasakan, lebih dari itu. Bisa jadi kamu gantung diri karena tidak sanggup di khianati hahahaa.' Batin Riska tertawa miris, bagaimana tidak, karena dia ada di posisi orang yang di khianati. Tapi tenang saja, Riska tidak bodoh dan masih punya iman sehingga dia tidak akan melakukan tindakan bodoh dan di benci Tuhan.

***

Malam ini, rumah Narti rame dengan sanak saudara, tetangga kiri-kanan yang ikut mendoakan untuk calon bayi Siska. Riska dan Danang pun ada di antara mereka. Jangan di tanya bagaimana perasaan Riska saat ini? hancur tak terperih. Tapi Riska tidak menunjukkan kelemahan di hadapan mereka. Dia berusaha mati-matian untuk tegar di saat suaminya khusyuk mengikuti acara tersebut. Bersabar dan menahan emosi itu yang Riska lakukan saat ini.

Tepat di saat orang-orang yang rewang mengeluarkan makanan untuk menjamu tamu undangan setelah acara pengajian, Riska menyelinap masu ke kamar mandi Narti yang ada di samping kamar Siska. Di sana Riska menjalankan aksinya. Ingin bermain-main sedikit saja. Agar mereka bertiga merasakan sanksi sosial dari masyarakat.

[Kamu masih mencintai dia, Mas? katanya kalau anak ini lahir kamu mau menceraikannya? Gimana sih!."] Rekaman suara Siska yang berdurasi pendek yang sengaja Riska potong segera di kirimkan ke Mbak Ningsih-perempuan yang terkenal biang gosip di kampung ini. Kebetulan dia juga hadir di sini.

Setelahnya, Riska ke luar dari kamar mandi dengan pura-pura memegangi perut. Wajahnya pun di buat selemah mungkin agar menyakinkan kalau wanita itu memang tidak baik-baik saja.

"Mbak, kenapa? sakit perut?." Tanya Siska yang pertama melihat Riska keluar dari toilet.

"Iya, nih. Nggak tahu makan apa?. Ah ingat. Mungkin karena tadi di jalan makan rujak yang terlalu pedes kali yah. Makannya perut ku sakit."

'Duh mengapa aku jadi pandai berbohong begini? kalian bertiga sih yang membuat aku jadi pandai berdusta seperti ini.' Riska merutuki di dalam hati.

"Aku ambilkan obat dulu, ya. Tunggu di sini." Riska mengangguk saat Siska masuk ke kamar nya.

Detik berikutnya mulai terdengar kasak kusuk dari mulut Ibu-Ibu rewang yang ada di dapur. Riska melongok ke arah dapur. Mbak Ningsih sedang menunjukkan vidio kiriman Riska tadi ke orang-orang yang ada di sekitar nya.

"Ya Allah... Jadi ini alasan suaminya nggak bisa datang? ternyata istri kedua. Pantas saja, Oalah jubule hanya jadi istri simpanan, toh. Tapi gaya nya Ibu nya itu selangit. Masih lebih baik aku!." Suara Mbak Inah menggelegar memenuhi ruangan dapur.

Riska masih pura-pura tidak peduli tapi hatinya bersorak senang. Setidaknya dia berhasil menyebarkan rahasia busuk Siska. Biarlah ibu-ibu yang mencaci dan alam menghukum Siska dan ibunya.

"Memang ada apa? Ada berita apa?." Mak Butet yang baru masuk dari depan pun penasaran dengan apa yang sedang di bicarakan ibu-ibu di belakang.

"Lihat ini. Ternyata Siska itu istri kedua. Tapi dia malah tega menyuruh suaminya menceraikan istri tua nya. Jahat yah." Mbak Ningsih mulai angkat bicara lagi.

"Memang... dimana-mana istri kedua itu ingin berkuasa. Cuman aku tidak menyangka Siska bisa menjadi pelakor. Mengerikan, tapi Ibu nya gaya nya selangit akhir-akhir ini. Apa dia tidak tahu kalau anaknya itu perusak rumah tangga orang? sungguh menjijikan." Riska tersenyum tipis saat mendengar suara Bi Jum.

Dalam diri Riska tersenyum puas mendengar suara-suara sumbang di dapur. Saatnya pura-pura tidak tahu. Riska pun memegang perut hingga pura-pura jongkok di depan kamar Siska. Agar akting itu menyakinkan sepupu plus madu nya tersebut .

"Siska, ada apa sih di dapur? kok orang-orang pada heboh." Siska yang baru membuka pintu kamar pun memicingkan mata ke arahnya. Riska yang pura-pura lemas pun hanya bisa menatap heran ke arah dapur. Sungguh akting yang sangat luar biasa.

"Memang ada apa? Nggak tahu malah." Siska menyodorkan obat pereda mules. Lalu Riska yang sedang berjongkok pun di bantu berdiri.

"Ya udah Mbak tunggu di sini. Aku ambilkan air minum." Siska menyuruhnya duduk di atas sofa ruang tengah yang berada tepat di depan kamar Siska. Riska pun mengangguk dan mengikuti perintahnya.

.

.

.

"Siska kemana suami kamu kok nggak ikut datang?." Siska yang hendak mengambil gelas membalikkan badan. Menatap Mbak Ningsih lalu tersenyum tipis ke arah wanita yang memiliki predikat sebagai biang gosip tersebut. Pasti, setelah ini dia akan menjadi bahan bulan-bulanan Mbak Ningsih.

"Mbak suamiku itu orang sibuk. Sehingga tidak ada waktu untuk ikut ke sini." ucap enteng Siska. Orang-orang mulai mencebikkan bibirnya. Melihat reaksi mereka, Siska pun memicingkan mata.

"Oh ya? bukan karena dia sedang sibuk dengan istri tuanya?." Mbak Ningsih terus saja mengejar Siska. Wajah sepupu Riska pun berubah drastis. Merah seketika. Dalam benak nya dia bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba Mbak Ningsih menanyakan ha itu? apa yang sebenarnya terjadi?.

"Mbak Ningsih ada-ada aja. Suamiku itu benar-benar sibuk. Mana mungkin sama istri tuanya." Dari suara nya Siska mulai terlihat tak tenang. Senyum terpaksa pun berusaha ia suguhkan.

"Siska, sudahlah tidak usah di tutupi. Kami semua yang ada di sini sudah tahu kok. Kamu itu istri kedua. Ini kalau nggak percaya dengarkan ini!." Mbak Ningsih memutarkan rekaman tersebut.

Siska mematung di tempatnya berdiri. Tubuhnya membeku sesaat. Bibirnya ingin membantah, tapi suara nya tertahan di tenggorokan. Otaknya berusaha keras menyerap apa yang di dengar oleh telinganya.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mery Andriayani

Mery Andriayani

rasain siska

2024-01-02

1

Dimas Satria Wahyu Nugroho

Dimas Satria Wahyu Nugroho

up lagi thor,,,seruuuuu

2023-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!