Bab 2 Mencari Bukti

Setelah masuk kamar, kamar yang dulu menjadi saksi bisa kisah cinta kami itu kini menjadi tujuan utamanya. Mataku memindai seluruh isi kamar bisa jadi sedikit menemukan barang bukti. Lalu mataku menatap lemari. Lekas, kubuka lemari kayu itu, tempat menyimpan barang-barang Mas Danang.

Mataku terus memindai isi lemari. Namun tidak aku temukan sesuatu. "Kamu pintar sekali, Mas. Tapi pasti akan ku temukan bukti itu. Awas saja jika kamu memang benar sudah menikah lagi! aku tak akan tinggal diam."

Kemudian mataku menatap laci di bagian bawah lemari. Semoga, di tempat ini ada petunjuk.

Laci ini penuh dengan barang-barang bekas milik Mas Danang. Aku sempat menegur nya supaya membuang saja barang-barang bekas itu, namun Mas Danang melarang. Di sana ada beberapa topi, ikat pinggang, dua buah dompet yang telah usang, jam tangan yang tidak lagi terpaksa dan tiga buah dompet dan tas selempang yang sudah tidak di gunakan lagi.

Satu persatu kubuka isi dompet tersebut. Tapi, masih nihil. Tidak ada apa-apapun yang bisa memberikan petunjuk tentang siapa istri baru Mas Danang. Lalu aku beralih memeriksa tas selempang pertama. Masih tak ada apapun kosong. Tidak putus asa, aku pun membuka tas kedua, saat kurasa seperti ada beberapa barang-barang di dalamnya. Ada foto kopi KTP. Milik siapa?.

Ya Tuhan... inikah petunjuk yang engkau berikan? dadaku kembali bergemuruh. Kali ini lebih berisik dari sebelumnya, setelah mengetahui siapa pemilik fotokopi KTP tersebut. Siska Aulia. Nama pemilik tanda pengenal tersebut. Kapan Mas Danang bertemu dengan sepupuku? Ada urusan apa lelaki itu menyimpan data pribadi adik sepupuku? kenapa harus dia yang kamu jadikan maduku, Mas? Berbagai spekulasi bermunculan di dalam sini.

Benarkah sepupu ku yang menjadi maduku? Tega kamu Siska! padahal, orang tuaku lah yang membiayai hidup hingga kamu bisa mencari uang sendiri. Tapi, begini balasannya? Di mana letak hati nurani mu saat menikah dengan suami sepupu mu sendiri? Apa yang ada di pikiran mu hingga sanggup menyakiti wanita yang begitu menyanyangimu, Siska? Setan mana yang berhasil menggelapkan mata hati mu, Siska? Tubuhku luruh ke lantai seiring dengan hancurnya perasaanku.

Hatiku hancur berkeping-keping mengetahui kenyataan ini. Air mataku pun bak aliran sungai yang sangat deras. Aku di sakiti oleh orang yang paling ku sayangi sekaligus.

Apa salahku hingga kalian tega berbuat seperti ini padaku? Apa doaku pada kalian semua hingga sampai hati menusukku dari belakang seperti ini.

Ku tatap jarum jam dinding. Sudah satu jam lamanya aku menangis.

Baiklah, kalau ini cara kalian membalas kebaikanku. Maka jangan salahkan aku kalau suatu saat terjadi sesuatu dengan kalian semua!

Segera kuhapus air mata. Aku pastikan tidak akan ada lagi air mata setelah ini. Sudah cukup kalian menghancurkan aku lagi. Bodoh kalau aku terus menangis, sementara mereka merasa bahagia. Tidak akan aku biarkan kalian bahagia setelah pengkhianatan ini.

***

Menjelang Maghrib Mas Danang kembali menghubungiku. Ini sudah kelima kalinya. Namun, aku masih enggan untuk berbicara padanya. Mengabaikan kembali sepertinya lebih baik untuk kesehatan mental ku saat ini.

Lebih baik aku segera ambil air wudu dan menunaikan kewajiban tiga rakaat.

Di atas sajadah aku menumpahkan segala keresahan dan kegundahan di dalam hati. Ku adukan segala lara di hidup ini pada Sang penguasa kehidupan. Ya Allah tuntun hambamu ini untuk bisa melewati semuanya

Di atas ranjang aku mencoba menenangkan diri dengan membaca Al-quran, lalu berusaha mentadaburi.

"Nak Riska," Suara Ibu mertua itu terdengar sangat khawatir. Aku yakin Bu Zainab ke sini karena panggilan anaknya yang berulang kali aku abaikan.

Seandainya aku tidak mendengar langsung dari mulut Ibu mertua, sudah pasti sampai saat ini aku masih beranggapan menjadi satu-satunya istri Mas Danang. Dan aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di muka bumi ini sebab memiliki suami dan mertua yang sangat pengertian. Sayangnya itu semua hanya kamuflase.

Ketukan di pintu semakin terdengar nyaring dan sering. Aku pun segera mengatur penampilan agar terlihat seperti orang yang sedang bangun tidur.

"Waalaikumsalam, Bu," kubuka pintu depan dengan lesu. Sebisa mungkin aku akting seperti seseorang yang sedang sakit. Tidak sepenuhnya aku bohong dalam hal ini. Bukankah aku memang sedang sakit hati begitu dalam?.

"Nak, kamu sakit?." Ibu menatapku dengan Iba. Ya Allah.... pandai sekali manusia di depanku ini berlakon.

"Sedikit pusing, Bu." kuraih punggung tangan Ibu. Meskipun sakit hati, sopan santun tetap harus di kedepankan bukan?.

Kutatap punggung Ibu yang masuk ke dalam rumah. Lalu Mertua ku duduk di sofa ruang taku yang baru aku beli beberapa minggu lalu.

"Kamu baru bangun tidur, Nak?." Aku mengangguk seraya membetulkan letak sweater hitam yang kukenakan.

"Pantas telepon dari Danang kamu abaikan. Kamu sudah minum obat?." Aku menggelengkan kepala.

"Sudah makan?." Aku kembali menggeleng.

"Gimana mau sembuh kalau kayak gini. Ayo makan dulu, lalu minum obat. Kamu di sini harus sehat. Suamimu di sana biar tenang dalam bekerja." ucapan mertua ku terdengar manis sekali. Melihat perlakuannta padaku, tidak akan ada orang percaya kalau Bu Zainab tega menyakitimu.

"Ayo cepat makan terus minum obat!. sebenarnya Ibu mau ngomong sesuatu yang penting. Tapi, kalau kamu sakit begini. Ibu jadi tidak tega mau menyampaikan nya."

Aki penasaran apa yang ingin ibu sampaikan. Apa soal Mas Danang yang menikah lagi? atau mau bilang aku harus mundur dari pernikahan ini?

"Ibu, kalau mau ngomong, ngomong aja. Aku tidak apa-apa kok." Aku rasa lebih cepat Ibu jujur agar aku bisa mengambil langkah. Tapi, apa mungkin Ibu mau jujur padaku mengenai hal ini? Rasanya mustahil.

"Kamu minum obatlah dulu," Ibu memijat pundakku pelan setelah aku duduk di sisinya.

"Ibu sudah makan? aku tadi masak sop kambing. Tadinya mau aku antar, tapi mendadak sakit jadi urung. Nanti Ibu bawa ya. Aku masak itu memang buat ibu." sesakit hati apapun aku tetap harus membagi menu itu dengan ibu. Dimakan sendiri terlalu banyak. Aku tidak mungkin makan sop kambing seorang diri.

"Benarkah? kamu memang tahu cara menyenangkan hati mertua. Ibu jadi makin sayang sama kamu, Ris," senyum Ibu lebar, wajahnya terlihat sumringah.

Dulu aku bahagia melihat wajahnya yang sumringah seperti itu. Sayangnya, saat ibu aku tidak lagi bisa merasakan itu seperti dulu lagi. Sakit hari menutup rasa empati ku padanya.

"Tapi bagaimana kalau aku tidak bisa memberikan keturunan pada Mas Danang, Bu?." dengan segera aku menyahut demikian ingin tahu apa reaksinya.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

anak sama ibu sama penghianat

2024-01-19

0

Moms Shinbi

Moms Shinbi

lanjut terus Thor menuju balas dendam 😂

2024-01-08

0

guntur 1609

guntur 1609

manusia yg gak tahu diri itu cocoknya dibuang ke sampah sj

2023-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!