Bab 14 Jual Rumah

"Kamu apa-apaan sih Ris! Siska jadi pergi kan karena ucapanmu yang keterlaluan. Pasti dia tersinggung. Kamu pikir dia wanita seperti apa?. Dia itu sepupumu sendiri. Tapi, kamu tega menuduhnya yang bukan-bukan. Kamu picik, Ris!." Mas Danang kembali menaikkan suara hingga beberapa oktaf. Kilat amarah terpancar jelas di manik berwarna coklatnya itu.

"Kenapa kamu begitu membela nya, Mas?. Ada hubungan apa kamu dengan Siska? Apa yang aku katakan tidak salah kan? kamu dan Siska bukan muhrim, tidak baik kalian berdua-duaan.

"Kamu sekarang menuduhku yang bukan-bukan. Siska itu saudara sepupumu dan dia sedang hamil, berapa kali aku katakan kalau suaminya menitipkan Siska padaku untuk mengantarnya pulang. Apa kamu sudah tidak percaya lagi dengan suamimu?."bentak Mas Danang kepadaku. Baru kali ini Mas Danang membentakku demi wanita lain, biasanya ia selalu berkata lemah lembut kepadaku dan itu hanya kedok semata. Sekarang aku tahu bagi Mas Danang aku tidak ada artinya.

"Kenapa harus ribut hanya perkara sepele sih Mas? kalau kamu mau mengantar Siska silahkan aku tidak akan mencegahmu. Dan itu menyakinkan aku kalau semua yang aku tuduhankan tentang Siska dan kamu ternyata benar." aku sudah tidak peduli lagi skenario atau rencana yang aku buat dengan Septia, hanya mengikuti alur saja. Entah bagaimana ke depan nya, biar jadi urusan nanti.

Terlihat Mas Danang menghela nafas kasar dan berusaha meredakan amarah yang sempat meletup tadi "Sudahlah aku capek dan pengen istirahat. Aku minta maaf De, Mas khilaf. Tapi apa yang kamu tuduhkan pada Mas itu tidak benar. Aku bersumpah atas nama Ibu, aku tidak pernah selingkuh."

Aku terkejut mendengar kalimat Mas Danang yang menggunakan kata sumpah untuk menyakiniku agar aku percaya kepadanya. Sungguh berani sekali Mas Danang, apa ia sama sekali tidak takut, apa ia tidak tahu akibatnya jika sudah bermain dengan kata sumpah? padahal sudah jelas aku tau tentang perselingkuhan kamu dengan Siska, Mas.

"Hati-hati loh, Mas. Jangan main-main dengan kata sumpah. Apalagi kamu membawa-bawa nama Ibu." peringatku kepadanya.

"Itu menunjukkan jika apa yang aku katakan itu benar!." ucapnya santai.

"Terserah," ucapku tak peduli dan berlalu meninggalkan Mas Danang yang masih berdiam diri di tempatnya.

***

"Kamu sudah yakin mau menjual asetmu?." tanya Septia menatap ku dengan serius. Sedangkan aku mencomot kue bolu pandan yang berada di atas piring. Sungguh tidak pernah gagal, bolu buatan Septia. Dia benar-benar berbakat.

"Yakin, nunggu apalagi? aku sudah muak dengan semua ini." jawab ku dan mengunyah kue bolu buatan sahabat ku itu.

"Kalau begitu aku punya kenalan yang ingin membeli sebuah bangunan dan tempat usaha. Seperti ia akan cocok melihat rumah dan toko mu yang terawat dan memiliki tempat yang tragis."

"Baguslah! kamu hubungi saja dia! kalau bisa secepatnya. Aku tidak ingin terlalu lama menyimpan benalu di sekitar ku."

"Tenang aku hubungi dia sekarang!." ucap Septia lalu mengutak-ngatik layar handphone nya dan menghubungi seseorang.

Tinggal urusan bagaimana supaya Mas Danang pergi dari rumah ku.

***

Setelah semalaman aku menginap di rumah Septia. Deringan panggilan Mas Danang berkali-kali tidak aku indahkan.

Rencana nya hari ini aku akan menemui calon pembeli yang ternyata adalah sepupu suami Septia.

Aku dan Septia pergi menggunakan mobil travel menuju ke kampung halaman mertua.

"Ris, kamu sudah mantap untuk bercerai dengan Mas Danang?." tanya Septia membuka obrolan.

"Yakin, Tya. Aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan laki-laki model Mas Danang. Untuk apa mempertahankan laki-laki macam dia. Aku sudah muak dengan kelakuannya. Mempertahankan hubungan dengan nya sama saja aku mempertahankan luka yang tidak berkesudahan. Bukankah menikah itu untuk bahagia? untuk apa di pertahankan kalau hanya menyakiti." keputusanku sudah bulat untuk menggugat cerai Mas Danang.

"Apapun keputusan mu aku akan mendukung dan berusaha untuk membantu. Mungkin ada hikmah di balik kamu belum memiliki keturunan lagi walaupun usia pernikahan mu sudah 4 tahun."

Aku mengangguk, Septia benar. Mungkin ini hikmah kenapa Allah tidak kunjung memberiku keturunan lagi pada pernikahan kami. Setelah sempat melahirkan dan bayi kami meninggal dunia dari dalam kandungan. Dulu aku selalu berdoa meminta di berikan keturunan lagi. Namun kini Aku bersyukur saat itu Allah tidak mengabulkan doa ku.

Tidak menutup kemungkinan jika aku memiliki anak, Mas Danang tetap akan setia dan tidak akan banyak bertingkah, kalau sudah watak nya seperti itu mungkin sulit untuk berubah. Anak akan jadi korban perceraian orang tuanya.

Akhirnya 3 sampai 4 jam perjalanan kami telah sampai di tempat kediaman ku.

"Rumah nya bersih, cantik dan terawat saya suka." puji calon pembeliku itu tersenyum setelah selesai berkeliling melihat kesekeliling rumah.

"Jadi deal nih Pak, harga sesuai kesepakatan di awal tadi?." tanyaku memastikan.

"Siap Mbak. Saya akan transfer sebagai bukti jadi dan sisa nya saya akan kirim setelah saya melihat toko nya." ucap calon pembeliku itu.

"Baik Pak, terima kasih. Nanti bisa di kontek lagi aja sekalian membawa notaris untuk balik nama."

"Baik Mbak, kalau gitu saya pamit undur diri. Tya kamu mau bareng saya?." tanya Deni, calon pembeliku dan juga sepupu suami Tya.

"Duluan aja, nanti suamiku jemput Mas." jawab Septia.

"Oke kalau begitu, saya duluan yah!."

"Iyah." jawab kami bersamaan. Deni pun berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Lalu mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumah.

"Syukurlah semua nya berjalan lancar, Ris." ucap Septia kemudian mendaratkan bokong nya ke sofa.

Aku pun ikut duduk di samping Septia.

"Makasih yah Tya, berkat bantuan mu semua berjalan lancar!."

"Apaan sih Ris, kayak sama siapa aja. Kita kan sahabat. Dan sahabat itu harus saling membantu." jawab Septia tulus seraya tersenyum.

"Tetap saja aku makasih banget sama kamu. Entah bagaimana jika tidak ada kamu, mungkin aku tidak bisa berpikir jernih untuk menghadapi para pengkhianat itu."

"Lalu selanjutnya apa?." tanya Septia.

"Aku akan memberikan syok terapi di acara 4 bulanan Siska besok di kampung. Aku dapat pesan kalau Mas Danang akan pulang ke sini dan besok aku akan mengajaknya untuk menghadiri acara 4 bulanan Siska di sana." jelas ku panjang lebar.

"Baguslah, aku dukung apa yang kamu lakukan. Tapi kamu harus perhatikan kesehatan Ibu mu, takut nya justru terjadi hal yang tak di inginkan jika mendengar kabar itu. Aku berdoa semoga Ibu mu kuat."

"Aamiin," jawabku tersenyum. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti Septia. Dia ada saat aku sedang dalam keadaan sulit, dan aku berjanji aku akan membalas kebaikan Septia nanti.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

sukses Thor, ceritanya simpel bagus tdk bertele tele

2024-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!