Bab 5 Memulai

Selepas maghrib di kamar penginapan.

Iseng, aku baca status orang-orang yang ada di pertemanan salah satunya Siska dengan penuh percaya diri dia memposting dirinya yang sedang nongkrong di sebuah Cafe. Dengan posisi saling menggenggam tangan. Dan aku tahu betul itu jam tangan suamiku. Jam tangan itu khas. Aku pun segera bersiap menuju TKP. Kebetulan tempatnya tidak terlalu jauh dari posisi saat ini. Sebab saat ini sudah melihatnya.

Aku pun segera keluar dari penginapan dengan menggunakan hoodie. Sehingga bisa menutupi kepala ini. Tidak lupa mengenakan masker. Sempurna sudah penyamaranku.

Dengan langkah pasti, aku masuk ke Cafe tersebut. Lalu memilih tenpat duduk yang tidak terlalu jauh dari mereka. Lihat apa yang akan terjadi setelah ini Mas! dan kamu Siska! aku tidak tahu sanksi apa yang akan di berikan oleh keluarga besar kita terhadap perbuatanmu ini.

Aku ke kafe tidak sendiri tapi di temani teman kerja ku dulu, Septia saat ini tinggal ikut suaminya. Hubungan kami baru terjalin kembali setelah bertemu di media sosial berwarna biru. Setelah sebelumnya Lost contact.

Mas Danang tidak begitu kenal dengan Septia. Karena tidak satu departemen dengannya. Satu keuntungan untukku. Sehingga kemungkinan Mas Danang tidak mengenaliku. Aku pun sengaja mengajaknya agar bisa menenangkan aku di saat emosi nantinya. Tidak menutup kemungkinan emosiku akan meledak.

Sebelumnya tadi siang kami ketemuan dan saling melepas rindu. Aku pun sudah sedikit banyak menceritakan apa yang tengah terjadi pada rumah tanggaku.

Di pintu masuk Cafe pandanganku menyapu ke seluruh penjuru tempat nongkrong tersebut. Tidak jauh dari Mas Danang ada tempat duduk yang kosong. Sepertinya, Tuhan merestui usahakan untuk menyelidiki mereka.

Tak berselang lama pelayan pun datang menghampiri kami yang baru menjatuhkan bobot tubuh di kursi yang berbahan dasar dari bekas ban mobil. Bagiku, bentuk kursi ini menambah keunikan tersendiri di Cafe ini.

Aku menggelengkan kepala saat pelayan menanyakan pesanan untuk ku. Ya, aku sengaja tidak memesan makanan sebab tidak ingin membuka masker. Takut sewaktu-waktu Mas Danang menangkap basah diri ini. Berbeda dengan Septia, sahabatku itu memesan beberapa menu yang dia sukai.

Tujuan aku ke sini hanya duduk dan mendengar apa yang mereka perbincangan. Sekalian mengumpulkan barang bukti bila sewaktu-waktu di butuhkan.

"Mas, terima kasih banyak ya, kamu sudah bisa membuatku bahagia. Terima kasih sudah memilih menghabiskan waktu bersama ku selama ini," Suara manja Siska terdengar sangat jelas dari posisi dudukku saat ini.

Berada tepat di belakang tubuh lelaki yang masih sah menjadi suamiku itu, memudahkan mata ini mengikuti gerak-geriknya.

"Itu kan sudah menjadi kewajiban ku, Sayang. Sudah tugasku untuk membuatmu bahagia. Ibu hamil harus selalu bahagia. Bahkan, ini amanat dari ibuku. Bukankah kamu kemarin mendengar sendiri perintah ibu?."

Siska menganguk dan tersenyum.

Ada yang nyeri di dalam sini saat tangan Mas Danang mengelus perut Siska dengan lembut.

Riska, kuat. Sabar! aku berusaha keras menenangkan diri sendiri. Septia mengelus punggung tanganku. Seolah ia sedang memberiku kekuatan.

Hening, tidak ada obrolan lagi di antara dua manusia pengkhaianat itu sebab mulut mereka tengah sibuk mengunyah makanan setelah saling menyuapi. Panas seketika menjalar ke seluruh tubuh saat melihat pemandangan yang menjijikan itu. Bohong kalau aku tidak cemburu. Mas Danang masih sah menjadi suamiku.

Septia mengusap punggung tanganku. Aku pun segera membuang pandangan ke arah lain sembari mengingatkan diri sendiri bahwa mereka layak melakukan itu karena mereka memang pasangan suami istri. Namun, aku tidak membenarkan perbuatan mereka yang menikah secara diam-diam.

Puluhan kali atau mungkin ratusan kali aku mencoba untuk menenangkan hati dengan cara membaca istighfar di dalam sini.

"Mas, seandainya tidak tumbuh benih kamu di dalam sini terlebih dahulu. Apakah kamu mau menikahi aku?."

Innalillahi .... jadi mereka? aku bagai tersambar petir di siang bolong. Tubuhku membeku di tempat duduk. Otakku berusaha keras mencerna apa yang batu saja di dengar oleh telinga ini.

Dada yang semula sudah mulai normal kini kembali bergemuruh hebat. Sebab mengetahui fakta bahawa mereka sudah mengkhianati ku sedemikian rupa.

Ya Allah ... mengapa aku tidak tahu apa-apa tentang perselingkuhan mereka?.

Sejak kapan mereka menjalin hubungan? dimana mereka ketemuan? sehingga sudah ada anak hasil di luar nikah.

Dengan tanpa rasa malu Siska mengakui di depan umum kalau dia telah hamil duluan? dimana urat malunya sepupuku itu? Apa dia pikir membuat bayi sebelum menikah itu sebuah kewajaran? Umum, lumrah begitu kah cara berpikirnya? aku tidak menyangka sepupu yang dulu terlihat begitu polos, saat ini terlihat liar. Dan Mas Danang, pria yang kuanggap setia ternyata tidak ubahnya seorang laki-laki murahan yang begitu mudahnya mencicipi wanita yang tidak halal baginya.

"Tahu nggak, kenapa aku mau menyentuhmu sebelum menikah? karena memang aku sudah ada niat untuk menikahimu. Dan ini adalah salah satu caraku untuk bisa menikahi kamu. Ada benih di dalam sini itu sudah membuktikan adanya cinta di hati ini. Sayang." jawaban Mas danag bagaikan air cuka yang sengaja di siramkan ke atas luka di dalam sini. Hatiku perih tiada terperih.

Jawaban Mas Danang sukses membuat darahku kembali menggelegak hingga ke ubun-ubun. Aku pun beranjak dari tempat duduk. Melabraknya di sini sepertinya lebih seru lagi. Namun, urung kulakukan. Sebab Septia melarangku melalui kontak mata, gelengan kepala serta cekalan tangannya di pergelanganku.

Aku pun duduk kembali dengan dada kembang kepis. Sungguh, seandainya tidak ada yang mengingatkan sudah kulabrak dua manusia murahan yang ada di hadapan ku itu.

Septia mencondongkan tubuhnya ke arah ku, setengah berbisik dia berbicara padaku.

"Jangan gegabah. Di sini kita hanya menyelidiki. Belum saat nya untuk melabrak. Sabar dan tahan emosi," Septia menggenggam tanganku dengan erat. Aku pun mengangguk seraya mengucapkan istighfar berulang kali untuk meredam emosiku yang sudah berada di puncaknya. Bagai larva panas di dalam gunung yang menuntut untuk di muntahkan.

Jadi, Mas Danang sudah merencanakan semua ini jauh-jauh hari ? Dan aku sama sekali tidak tahu? Ya Allah... betapa bodohnya aku selama ini. Bagaimana bisa laki-laki yang ku anggap setia ternyata seorang bajingan. Kapan mereka bertemu? Dan kapan mereka mulai terpedaya setan?.

"Mas, bagaimana ya kalau Mbak Riska melihat kemesraan kita seperti ini? rasanya aku ingin melakukan siaran langsung agar dia tahu suaminya tidak lagi miliknya seorang."

Ya Allah .... terbuat dari apa hati Siska? Apa dia tidak ingat bagaimana dulu orang tuaku ikut membesarkannya? ikut membiayai sekolahnya? lalu sekarang dengan bangga dia mau menunjukkan kepada dunia bahwa dia berhasil merebut suami sepupunya sendiri. Apa yang ada di dalam otak Siska?.

"Jangan lakukan itu. Biar bagaimana pun dia kan sepupumu. Dan aku tidak mau semua tambah runyam." Rupanya hati nurani Mas Danang masih berfungsi.

"Kamu masih mencintainya, Mas? katanya kalau anak ini lahir kamu mau menceraikannya? gimana sih!." Siska merajuk. Dia membuang muka ke arah lain. Mas Danang berusaha merayunya. Sungguh pemandangan yang sangat menjijikan.

Tenang Siska! bukan dia yang akan menceraikan aku, tapi sebaliknya! Tidak sudi aku bertahan dengan laki-laki yang berkhianat seperti Mas Danang. Pria tidak tahu di untung, sudah tidak memberi nafkah tapi berani bertingkat

"Ya, Sayang. Aku ingat kok. Tapi sebelum itu terjadi kita harus menyusun rencana dulu. Kalau kita gegabah kita tidak akan menghasilkan apa yang kita inginkan. Semua harus di pikirkan masak-masak kalau mau semua berjalan sesuai rencana kita. Bukankah kamu menginginkan sesuatu dari Riska?."

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Moms Shinbi

Moms Shinbi

dasar sampah dua penghianat itu

2024-01-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!