Bab 18 Perjanjian

"Ternyata banyak juga yah belanjaan ibu?." Mas Danang mengeluh saat mengeluarkan uang sebanyak enam ratus ribu di depan meja kasir milik ku. Mata pria itu menatap nanar ke arah sembako dan teman- temannya yang teronggok di bawah meja kasir.

"Barang nya kan memang banyak, Mas. Lagian, kamu hanya membayar sekali saja sudah menggerutu. Lah aku, setiap bukan ngasih secara gratis ke Ibu diam saja. Perhitungan banget sih jadi anak. Aku yang menantu saja tidak perhitungan ngeluarin uang sebanyak itu setiap bulannya. Padahal, anaknya jarang banget ngasih nafkah. Kurang baik apa coba aku sebagai menantu dan juga istri? Eh, Mas kira-kira kamu sanggup nggak menyelingkuhi aku kalau tahu seperti ini?." Aku mendongak menatap suamiku yang kembali menegang.

Mas Danang terlihat susah payah menelan ludah nya sendiri. Sepertinya pertanyaanku cukup menohok membuat Mas Danang kembali sport jantung. Hahahaa rasakan Mas!. Laki-laki itu segera membuang pandangannnya ke arah lain. Ia menghindari tatapan ku.

"Ya sudah, Mas. Kamu antarkan belanjaan ibu ini sekarang. Ini kunci motor nya!." ucapku menyerahkan kunci motor jadul, Mas Danang memicingkan mata menatap kunci tersebut.

"Loh kok ini? Yang motor mati mana?." Mas Danang menelisik wajah ku.

"Di jual, ada yang mau. Maaf yah aku nggak ngomong dulu sama kamu." lagi-lagi aku berbicara dengan santai tanpa beban atau rasa bersalah sama sekali.

Padahal orang yang sebenarnya membawa motor matic ku adalah Septia, sahabatku. Sebab, waktu itu Septia di minta suaminya menginap di rumah saudara yang rumahnya pun tidak jauh dari tempatku. Namun saat itu tidak ada kendaraan, jadi lah Septia meminjam motor matic ku.

Mas Danang mendelik, aku menangkap ekspresi suamiku dalam hati dan tertawa terbahak-bahak.

"Kok nggak ngomong-ngomong sih!." Mas Danang berdecak kesal, masih belum menerima kalau motor matic milikku di jual.

"Maaf aku lupa. Lagian tidak masalah aku tidak ijin kamu, Mas. Kan itu barang-barangku yang aku beli dengan uangku sendiri."

"Iya, nggak bisa gitu dong. Itu kan beli setelah menikah. Kalau misalnya bercerai pun masuk ke daftar harta gono gini."

Tanpa pikir-pikir Mas Danang telah membongkar rahasianya sendiri. Harta goni gini dia bilang? dasar manusia nggak punya otak. Aku yang nyari duit kamu yang sibuk meminta bagian. Kamu pikir akan dapat harta gono gini, Mas? Jangan mimpi, Mas! kamu hanya akan dapat kekecewaan dan gigit jari doang, Mas!, sumpah ku dalam hati.

"Kalau sudah di jual gimana dong?." aku pura-pura memasang wajah sedih.

"Ya sudah gimana lagi." Mas Danang tidak berdaya setelahnya. Laki-laki itu pun menjatuhkan bobot tubuhnya di atas karung beras milik ibunya yang ada di bawah meja.

"Eh, tapi jadikan menjual rumahnya, Sayang?." lagi-lagi setelah Mas Danang tidak mendapatkan motor nya, ia mengingatkan ku kembali perihal uang 50 juta.

Aku terdiam seolah sedang memikirkan sebuah keputusan yang besar dan sulit.

"Tapi harus ada perjanjian hitam di atas putih, Mas. Agar aku yakin keputusan yang aku ambil ini benar. Kamu siapkan menandatanganinya, Mas?." Aku menelisik wajah Mas Danang yang sedang berpikir saat ini.

"Baiklah, Apa itu isinya? kapan aku harus menandatanganinya?." Setelah sempat merenung akhirnya Mas Danang menangukkan kepala.

"Secepatnya. Isinya rahasia untuk saat ini. Tapi yang jelas aku harus ngeprint dulu di tukang fotocopyan."

Setelah menemui kata sepakat, akhirnya Mas Danang pun berpamitan padaku untuk mengantarkan barang-barang milik ibunya.

Setelah memastikan Mas Danang sudah jauh dari tokonya, aku menghubungi nomer sahabatku. Dengan suara pelan aku berbicara pada Septia.

"Septia, motorku tolong jangan di kembalikan dulu ya. Simpan saja dulu di sana. Pokoknya jangan di bawa ke sini." aku langsung berbicara pada inti nya setelah membalas salam dari Septia.

"Kenapa memang?." Septia heran, mungkin biasanya orang yang di pinjam barang itu akan menagih secepatnya, tapi aku malah berbeda dengan kebanyakan.

"Aku tidak bisa menceritakan di sini. Nanti kalau ketemu kita bahas. Saat ini tolong jaga motor itu dari siapapun." klik sambungan telepon ku putuskan setelah mendengar Septia menyanggupi permintaan ku tersebut.

Aku menangkupkan kedua tangan ke arah wajahnya sendiri. Aku mulai terdiam memikirkan perjanjian apa yang seharusnya aku tulis di atas yang akan di tandatangani oleh Mas Danang nanti.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya aku menemukan beberapa ide. Lalu dia pun tersenyum setelah nya.

***

Pov Author

Sesampainya di rumah dengan hati yang berbunga-bunga, Danang mengucapkan salam dengan sedikit berdendang-dendang, raut senyuman tidak menghilang dari wajahnya.

"Sumringah sekali kamu Nang, ada apa?." tanya Bu Zainab membuka pintu seraya memicingkan mata. Heran dengan kehadiran anaknya yang terlihat berbunga-bunga.

"Bagaimana aku tidak bahagia, Bu? Riska mau ngasih aku uang 50 juta dengan mudahnya." Danang menggotong sekarung beras di depan pintu ke arah dapur milik ibunya.

"Yang bener kamu, Nang? semoga Riska tidak berubah pikiran ya. Memangnya uang nya mau kamu pake untuk apa?." Tanya Zainab karena ia merasa tidak merasa di libatkan sehingga ia tidak tahu apa-apa.

"Yah bener lah Bu, uangnya mau kami gunakan untuk kebutuhan kami berdua, Bu. Nanti Ibu kami belikan emas yah." Danang mencoba bernegosiasi dengan ibunya.

"Iyah lah, Ibu ikuti apa keputusan mu." Bu Zainab pasrah. Yang ada di pikiran nya hanya satu, kebahagiaan nya sendiri sebab sebentar lagi akan memiliki keturunan dari darah daging nya sendiri.

"Memang kamu bilang apa, sehingga Riska mau memberikan kamu uang?."

"Nggak ada, Danang cuman butuh uang untuk modal usaha gitu aja." jelas Danang memberitahu Ibunya tentang alasan yang di berikan kepada Riska, sehingga Riska mau memberikan nya modal untuk usaha.

***

"Mas ini surat perjanjian di antara kita. Silahkan pelajari point nya dan kalau sudah tolong segera tanda tangani." Riska mengamati Danang yang sedang serius membaca surat penting tersebut.

"Banyak amat point nya, De. Sudahlah Mas langsung tanda-tangan saja. Malas membaca nya, panjang." Tanpa berniat membaca aturan-aturan yang Riska buat, Danang segera membubuhi tanda tangannya di atas kertas yang telah di tempeli materai.

Riska melihat Danang yang bersemangat saat membubuhi tanda-tangan di kertas perjanjian tersebut dengan senyum bahagia.

"Oh Iyah Mas, tadi aku sudah bereskan pakaian mu untuk besok kita pulang kampung. Kamu sekarang istirahat saja." ucap Riska tiba-tiba. Lalu ia berbaring di ranjang dan mencoba untuk tidur tanpa mempedulikan raut wajah Danang sekarang.

Deg.

Danang menegang, ia lupa untuk menghubungi Siska jika ia akan ikut pulang kampung. Saking senangnya Danang akan mendapatkan uang lima puluh juta, Danang lupa untuk meminjam handphone milik Ibu nya dan menghubungi Siska.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mery Andriayani

Mery Andriayani

senang2 saja dulu kau danang

2024-01-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!