Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku

Jam setengah 12 malam aku sampai ke klinik tempat Mama di rawat.

"Cepat amat kamu sampai ke sini, Ris? siapa laki-laki ini? kemana suamimu? kenapa pulang tidak sama suami tapi sama pria lain. Istri macam apa kamu? sakit Ibu mu bisa tambah parah lihat kelakuan mu seperti ini?." cerocos Bi Narti begitu aku sampai di depan rawat Mama. Bahkan ia tak segan mencaciku. Tangan yang hendak salaman pun aku tarik kembali.

"Aku sengaja cepat-cepat ke sini karena tidak mau merepotkan Bi Narti terlalu lama. Bukankah bibi punya kehidupan sendiri! Meskipun dulu kalian yang selalu merepotkan Mama sangat lama! Ya walaupun saat itu Mama juga punya kehidupan sendiri juga!. Laki-laki ini adalah supir travel sekaligus sepupu temanku. Kenapa aku pulang sendiri dan tidak bersama Mas Danang. Karena Mas Danang sedang asyik bersama selingkuhannya! bersama perempuan murahan! lebih baik aku pulang sendiri dari pada mengganggu hubungan mereka. Bukan karena takut, bukan. Tapi karena aku tidak mau mengemis cinta pada pria yang sudah tidak memiliki harga diri. Karena menurutku laki-laki yang selingkuh itu hanya pria murahan dan tidak memiliki harga diri, begitu pun pasangannya. Sama-sama murahan dan sampah!. Ups, maaf aku keceplosan. Jadi curhat deh sama Bibi," wajah Bi Narti mendadak pucat seketika mendengar ucapanku. Di dalam hati aku tersenyum berhasil mengaduk-aduk perasaannya.

"Eh Bi apa kabar Siska? masih betah sendiri? kapan rencananya mau menikah? Nasihatilah Bi. Jangan terlalu pemilih, takutnya malah saat laki-laki yang tidak berkualitas eh, tapi wanita secantik Siska mah gampang cari pasangan. Dan kebanyakan perempuan seperti Siska inj malah dapat orang kaya sekalipun menjadi istri simpanan atau menjadi istri kedua, sebaiknya kasih tahu Siska. Menjadi istri kedua itu sangat tidak enak sama sekali. Di mana-mana hanya di cap sebagai pelakor, terus tidak akan pernah dapat harta apapun kalau ketahuan sama istri sahnya. Aku harap bibi bisa mewanti-wanti pada anak gadisnya agar jangan sampai menjadi istri kedua. Jangan sampai menjadi wanita murahan yang akan merusak rumah tangga orang."

Suaraku pelan tapi penuh penekanan di beberapa kalimat.

"Kamu jangan ngelantur yah kalau ngomong, Ris! Siska adalah wanita baik-baik. Tidak mungkin dia seperti itu." Bi Narti membuang muka ke sembarang arah.

"Semoga saja begitu, ya. Bi. Tapi benar deh. Kalau menjadi istri kedua dia tidak akan pernah mendapatkan apapun selain cap pelakor."

Bi Narti kembali pias.

"Muka bibi kenapa pucat? Bibi sakit? bibi kalau capek bisa pulang karena sudah ada aku di sini. Terima kasih sudah bersedia di repotkan. Aku janji lain kali tidak akan pernah merepotkan B Narti lagi. Walaupun dulu kalian selalu merepotkan kami."

Segera kutarik tangan Septua untuk masuk ke dalam kamar rawat Mama. Tak pedulikan lagi wanita yang pernah melahirkan maduku itu.

"Aku yakin perempuan itu mentalnya langsung down!." ucap Septia saat kami berjalan bersisian.

Aku tersenyum miring, ini belum seberapa lihat nanti kedepannya.

***

Sudah 2 minggu aku berada di rumah Mama. Tapi aku tidak berniat untuk meninggalkan rumah masa kecil ini. Sebenarnya Mama sudah lama pulang dari rumah sakit. Kondisinya pun mulai membaik meskipun belum benar-benar sehat seperti semula. Dan aku enggan meninggalkan beliau. Bukan tanpa sebab, aku berlama-lama di sini. Pengkhianatan Mas danang enggan membuatku kembali pulang ke rumah, bahkan Mas Danang sudah berkali-kali menghubungiku untuk segera pulang.

"Nak, Mama sudah membaik. Sebaiknya kamu pulang saja! Bukan maksud Mama mengusirmu, bukan. Mama senang di tungguin kamu. Tapi sekarang kamu bukan lagi Riska anak gadis Mama. Kamu sudah menikah Nak, sudah menjadi istri orang. Sungguh Mama ndak papa kamu tinggal pulang, Nak." Mama terus saja membujukku.

Kuhela nafas dalam untuk menetralisir rasa sesak di dada ini. Lalu kupejamkan mata sejenak. Ini kali ke enam beliau menyuruhku pulang sejak kesembuhannya. Aku tidak tahu lagi harus menjawab apa. Sebab tidak mungkin aku menceritakan alasan yang sesungguhnya pada Mama. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kalau mama tahu, pernikahan ku sedang tidak baik-baik saja. Apalagi beliau baru saja sembuh dari sakitnya.

Pandanganku lurus ke depan. Meskipun tangan terus menyiram tanaman hias yang telah ku tanam sejak sebelum menikah.

"Beruntung kamu mendapatkan suami yang baik seperti Nak Danang. Dan mertua sebaik Bu Zainab. Jadi Mama harap kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Nak Danang. Pulanglah! memang saat ini Danang sedang tidak ada di rumah. Tapi setidaknya taati perintahnya. Bukankah dia sudah sering meminta mu pulang? sebaik-baiknya istri adalah yang patuh dan taat pada suaminya!." ujar Mama lembut menasehatiku.

Aku diam. Tidak tahu harus berkata apa-apa lagi. Citra Mas Danang sebagai menantu yang baik sudah melekat kuat di benak Mama. Itu semua terjadi karena aku tidak pernah mengeluhkan atau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Mama. Aku berhasil menutupi keburukan Mas Danang. Dan selama ini Mas Danang juga menunjukkan sikap yang baik setiap bertemu dengan Mama.

Memang Mas Danang jarang sekali menjenguk Mama ke sini, namun Mas Danang sering menanyakan kabar Mama dan selalu menunjukkan segala sikap perhatian pada mertuanya ini. Seandainya aku tidak pernah tahu pengkhianatan dan kebohongan Mas Danang, mungkin aku juga akan sama dengan anggapan Mama kalau Mas Danang adalah laki-laki yang baik.

"Suami adalah pakaian untuk istrinya begitu pun sebaliknya. Jadi sebisa mungkin kalian harus menutup rapat segala kekurangan pasangan nya. Jangan pernah menceritakan apapun termasuk kepada orang tuamu sendiri! cukup hanya kalian berdua saja yang tahu!." Nasihat itu yang selalu aku ingat, membuatku tak pernah menceritakan kejelekan Mas Danang. Termasuk nafkah lahir yang jarang di kasih.

"Jangan membuat Nak Danang menjadi suami yang tak di hargai." Lanjut Mama melanjutkan nasehatnya.

'Mama, apa Mama sanggup menyuruhku pulang jika mama tahu bagaimana kelakuan Mas Danang saat ini. Dia sudah menikah lagi tanpa sepengetahuan Riska, Mah. Bukan wanita yang menjadi istri kedua nya adalah keponakan kesanyangan Mama sendiri. Apakah Mama akan terus meminta ku untuk taat pada Mas Danang?.' ingin sekali aku berucap demikian dan jujur, namun rasanya tak sanggup jika mama kembali drop. Takut Mama kaget mendengarnya lalu menjadi beban pikiran beliau.

Seandainya tidak ingat nasehat dokter, mungkin sudah aku ceritakan semua nya pada Mama. Namun dokter mengatakan dan mewanti-wanti agar Mama tidak boleh memikirkan hal-hal berat, takut beliau drop.

"Riska, kamu dengarkan kata mama?."

Aku yang sedang menyiram tanaman dan memunggungi Mama pun hanya menganguk pada orang tunggal ku itu. Bingung harus menjawab apa.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Masiah Cia

Masiah Cia

kenapa tdk jujur saja sm ibumu

2023-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!