Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama

Pekatnya malam kian terasa. Namun, rasa kantuk pun sepertinya enggan mendatangiku. Sebab otak ku masih terus saja berpikir bagaimana cara menyampaikan pada Mama tentang pengkhianatan Mas Danang dengan Siska di belakangku.

Apabila aku memaksa menyampaikan, khawatir Mama kembali drop sebab kepikiran. Dan sungguh aku tidak mau itu terjadi. Namun, menyimpan masalah ini seorang diri berarti aku siap di hakimi oleh wanita yang mengandung dan melahirkan ku. Mama akan terus menganggap aku istri pembangkang.

Pilihan yang serba sulit. Ini bagai makan buah simalakama untukku. Siapkah beliau mendengar semua ini?.

Di atas lantai ubin, aku mondar mandir tak jelas. Namun, belum aku temukan jalan keluarnya dari permasalahan nya ini. Sementara, kegundahan terus merajai hatiku. Segera kubawa langkah kaki menuju dapur. Mungkin setelah meneguk segelas kopi maka ide pun akan muncul.

"Ris, belum tidur kamu, Nak." Mama datang menghampiri aku yang sedang mengaduk kopi di dalam gelas.

Aku mendongak, lalu menatap wajah teduh yang selalu kurindukan itu. Aku menggeleng pelan.

"Mama sendiri kenapa belum tidur?." Seulas senyum kupersembahkan untuk Mama.

"Mama ingin pipis," wanita yang pernah mempertaruhkan nyawa nya sendiri itu segera masuk ke kamar mandi.

Kutarik kursi di depan meja makan. Lalu menjatuhkan bobot tubuh ini di atasnya.

Sesekali kupijit pelipis yang berdenyut nyeri. Aku gamang. Antara ingin menyampaikan atau menutup rapat pengkhianatan mereka dari mama. Ku pandangi kepulan asap di atas minuman berwarna hitam pekat tersebut dengan pikiran terus melayang.

"Ada apa sebenarnya dengan mu, Nak? Tidak biasanya kamu seperti ini? ada sesuatu yang mama tidak tahu?." Tanya mama bersamaan dengan deritan kursi yang di tarik. Aku menoleh, menatap Mama yang kini sudah duduk di sampingku.

"Mama mau kopi, teh manis, wedang jahe atau bandrek? barang kali Mama mau ikut ngopi." Siapa tahu setelah duduk berdua seperti ini aku memiliki celah untuk menyampaikan pada Mama.

"Ehhmm....sepertinya enak minum bandrek. Mama mau minum bandrek saja, Nak." Aku menganguk.

Lalu aku segera berjalan menuju lemari penyimpanan makanan yang tidak jauh dari tempat duduk. Aku simpan serbuk minuman dari Jawa Barat yang berbahan dasar dari jahe tersebut aku mendapatkan kiriman dari teman di tanah Pasundan sebelum datang ke rumah mama.

"Siska sudah menikah Mah?." Ku Letakkan secangkir bandrek di hadapan mama.

"Kamu belum tahu ya? Iya, Siska sudah menikah waktu mama berangkat umroh. Pihak suaminya menginginkan pernikahan mereka dipercepat takut kehilangan Siska katanya. Bahkan menikahnya pun tidak disini, Siska menikah di pihak mempelai pria, dari sini hanya keluarga inti saja." penjelasan Mama mampu membuatku tersenyum beberapa saat.

Pandai sekali mereka mengarang cerita, jelas tidak menikah disini. Mereka disini artinya siap dicap pelakor, oleh orang-orang sekitar sebab telah lancang menikah dengan suami sepupunya sendiri, dan sepertinya mereka mempercepat proses pernikahannya sebelum Mama pulang dari tanah suci agar mereka memiliki alasan untuk tidak mengajak mama dalam perkawinan tersebut.

Mama umroh berarti baru berjalan sekitar 4 bulan yang lalu. Segera ingatanku berjalan melewati tembok-tembok dan mesin lorong waktu hingga beberapa bulan yang lalu, Aku pun segera menyerah peristiwa apa saja yang terjadi saat itu, Dan aku yakin dan aku paham sebelum kepergian Mama ke Tanah Suci, Ibu sudah bilang mau datang ke acara hajatan saudara Ibu yang ada disebrang pulau, Aku tidak bisa ikut karena harus pulang kampung untuk melepas keberangkatan mama ke Tanah Suci.

Akhirnya dengan berbesar hati aku pun pulang kampung sendiri dan mama memahami alasan Mas Danang saat menelponnya sehari setelah keberangkatan Mama. Saat aku pun pulang ke rumah, di tengah jalan aku mendapatkan kabar kalau suami dan orang tua sahabatku di masa putih abu-abu meninggal dunia. Aku pun bertakziah kediamannya yang terletak di daerah Kabupaten. Melihat Nessa yang begitu sedih , aku pun menemaninya hingga 3 malam atas saran dari Mas Danang.

Aku menyadari mengapa dia begitu bersemangat, menyuruh ku untuk tetap menemani Nessa sampai Nessa tidak lagi bersedih karena kehilangan suami dan.kedua orang tuanya. Aku kira karena tulus ternyata hanya modus agar dia bisa tenang menjalani akad nikah untuk kedua kalinya. Rupanya waktu itu dia dan ibu sedang mempersiapkan hari pernikahannya dengan Siska. Rupanya mereka sudah menyusun rencana sedemikian rupa.

Dan setelah kami sama-sama pulang ke rumah, tiba-tiba Mas Danang ingin mencari uang di Kota. Rupanya karena itu hanya alasan untuk bisa tinggal bersama Siska di tempat itu. Kurang ajar kamu, mas! dan terlalu bodoh nya aku yang begitu percaya begitu saja dengan semua akal bulusnya.

Sesak tiba-tiba menjalar ke seluruh dada ini. Amarah kembali menguasai diri ini. Aku tidak pernah menyangka orang-orang di sekelilingku adalah pengkhianat.

Segera kuteguk kopi yang sudah hangat-hangat kuku ini hingga tandas. Kupejamkan mata dan kurapalkan istighfar berulang kali di dalam hati.

"Sejak saat itu Mama belum pernah bertemu lagi?." Setelah sedikit tenang, aku mencoba mengorek informasi kembali dari mama. Mama hanya menggelengkan kepala seraya menyesap minuman hangat di depannya.

"Bi Narti atau Siska ngasih kabar ke mama waktu itu?." seharusnya begitu. sebab Siska diperlakukan seperti anak sendiri oleh mama. Bagi mama, Siska adalah anak keduanya.

"Ya mereka menelpon Mama waktu di merah. Mereka memohon restu dan minta maaf tidak menunggu kepulangan Mama sebab keluarga suaminya terus mendesak."

Itu bukan tiba-tiba tetapi memang sudah di rencanakan sedemikian rupa oleh mereka. Jahatnya mereka semua. Awas kalian, Bi Narti, Siska, Mas Danang, Ibu. Aku tidak akan tinggal diam lagi setelah ini. Lihat saja nanti. Terutama kamu, Mas! Pengorbanan ku selama ini sama sekali tidak pernah kau hargai. Manusia tidak tahu terima kasih!.

"Apa yang menjadi ganjalan di hatimu, Nak?." Aku menoleh menatap mama yang sedang mamandangiku dengan seksama.

"Mama nggak aneh dengan pernikahan Siska yang mendadak?." Sedikit saja ku buka pikiran mama.

Terdapat lipatan di kening mama pertanda mama heran dengan pertanyaanku, lalu beliau menggelengkan kepala kuat.

"Bisa jadi Siska itu menikah cepat-cepat bukan karena suaminya yang terus mendesak. Tapi karena dia takut keburu perutnya membesar karena di undur lagi. Atau siapa tau mereka mereka sengaja menikahkan Siska karena sebenarnya Siska menikah dengan pria beristri." ucapanku berhenti sebab ingin melihat bagaimana respon mama.

"Hus! ngawur saja kalau ngomong!." mama memukul tanganku yang sedang tertumpu di atas meja.

"Tidak mungkin! Siska berbuat demikian Riska. Siska itu wanita baik-baik. dia sama seperti kamu tidak suka neko-neko. Dia gadis baik-baik. Jadi tidak mungkin dia hamil duluan. Mama mengenal dia sama seperti mengenalmu. Jangan membuat fitnah. Mama harap kamu tidak lagi suka iri dengan Siska. Hingga kini Siska ini tidak pernah berubah, dia tetap baik dan masih menganggap mama sebagai ibu kedua baginya. Jadi jangan pernah berpikir ataupun menuduh yang macam-macam tentang Siska. Mama tidak suka!." mama terus saja beragumen. Tanpa ingin mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu.

Ya, memang waktu kecil aku nyaris tak bisa akur dengan Siska. Sebab dia selalu di belikan barang yang serupa dari mama. Namun bukan itu poinya saat ini. Tapi kejujuran ku sepertinya tidak akan pernah di terima oleh mama saat ini. Bahkan beliau berpikir aku masih suka iri dengan sepupuku itu.

Sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan semua masalah ku di depan mama. Siska baru di jelekkan begitu saja, mama sudah marah. Beliau tidak terima anak angkat yang merangkap sebagai keponakan nya di jelek-jelekkan.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Mery Andriayani

Mery Andriayani

huh sabar riska

2024-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!