Bab 4 Mulai Penyelidikan

Mas Danang memang sudah satu tahun belakangan tidak memberikan nafkah lahir. Bukan tanpa alasan, tapi aku meminta nya untuk membantu di toko. Pertama kali kami pulang ke sini, Mas Danang pernah merintis usaha dengan berjualan bakso. Rame di awal tapi makin ke sini kian sepi karena banyak saingan. Lalu beralih menjadi pedagang es cream. Sayangnya kurang prospek di daerah kami. Terakhir berganti jualan buah. Lagi-lagi bangkrut. Akhirnya aku meminta nya untuk membantu di toko.

Toko sembako yang kubangun dari hasil uang jamsostek yang kudapatkan selama bekerja dulu semasa gadis. Aku dan Mas Danang sama-sama bekerja di pulau Jawa. Kamu satu perusahaan lalu kami saling mengenal dan menikah. Namun beberapa bulan setelahnya perusahaan tersebut bangkrut. Akhirnya, kami pulang ke kampung halaman Mas Danang. Kebetulan tanah tempat aku tinggal adalah hasil warisan dari kakek. Sebagai ganti dari Ayahku yang telah tiada terlebih dahulu. Kakek hanya memiliki dua anak. Ayah dan adiknya.

Sedangkan, uang jamsostek Mas Danang di gunakan untuk merehab rumah yang kami tempati saat ini serta untuk modal bakso.

"Riska! kenapa kamu melamun? kamu jangan berpikir yang macam-macam, Nak. Suamimu di sana cari nafkah bukan yang lainnya."

Bu, mungkin aku percaya seandainya aku tidak mendengar langsung obrolan kalian tadi sore. Sayangnya, kini aku sudah tidak bisa percaya sedikitpun pada kalian berdua.

"Bu, untuk beberapa hari kedepan Riska mau pulang kampung, ke rumah mama. Nanti Riska izin sama Mas Danang. Besok pagi Riska anterin belanjaan untuk Ibu."

"Lalu bagaimana dengan tokonya? Apa kamu mau tutup juga? Sayang loh pendapatan perhari nya."

Ibu terlihat keberatan setelah mendengar jika aku akan pulang kampung otomatis pasti akan tutup toko.

"Ada acara keluarga di sana, Bu. Aku tidak mau ngoyo (arti: memaksakan diri) dalam mencari uang. Mas Danang kan sudah bisa menafkahi aku. Lalu untuk siapa aku bekerja terlalu ngoyo? Lagian, di sana hanya beberapa hari saja kok."

Lagi-lagi aku berbohong. Sebenarnya, bukan acara keluarga tapi aku ingin melakukan penyelidikan kepada sepupuku, Siska Aulia. Dan aku juga bukan pulang ke rumah melainkan ke alamat Siska yang ada di daerah Sukajadi.

"Oh yah sudah kalau memang itu maumu. Tapi jangan lama-lama di sana. Ibu takut kalau sendiri di sini."

***

Pagi-pagi sekali aku datang ke rumah Ibu untuk mengantarkan belanjaan dan uang pegangan dari Mas Danang.

"Bu, ini belanjaan serta uang pegangan Ibu." ku serahkan tiga lembar uang berwarna merah dan beberapa kantong sembako. Memangnya jumlahnya sedikit-sedikit, tapi semua ada. Jumlahnya juga sudah tidak sebanyak yang biasa aku beri. Itu karena ulahnya sendiri.

"Riska, kenapa hanya segini? ini mana cukup untuk pegangan Ibu selama satu bulan ke depan?."

"Bu, Ibu kemarin dengar sendiri kan kalau Mas Danang hanya memberi uang satu setengah. Kalau di bagi dua jadi berapa?. Tujuh ratus lima puluh ribu bukan? empat ratus lima puluh aku kasihkan dalam bentuk sembako sisanya tiga ratus ribu. Kalau masih kurang, Ibu bisa minta uang pada Mas Danang. Aku mau pamit ke kampung halaman Bu, Assalamualaikum." Tanpa melihat ekspresinya segera kuraih punggung tangan Ibu mertua kemudian berlalu begitu saja.

Aku tahu kalau Ibu pasti cukup kesal. Karena biasanya aku tidak pernah perhitungan tentang kebutuhan Ibu bahkan aku selalu memberi lebih, walaupun uang pemberian Mas Danang hanya sedikit.

Tapi karena kemarin mereka membahas tentang harga diri suami adalah bisa mencari nafkah dengan uangnya sendiri. Aku akan melakukan apapun seperti yang mereka katakan.

Sebenarnya tidak ada yang salah jika suami menafkahi istrinya justru itu adalah kewajiban tapi aku tidak terima dengan alasan Mas Danang mencari nafkah karena ingin mendua di perantauan.

Sedangkan aku di sini hanya sebagai sapi perah untuk memenuhi kebutuhan ibunya.

Ibu, mungkin suatu hari nanti ibu dan anakmu itu akan menyesal karena sudah tega mengkhianatiku.

Aku berjalan keluar rumah mertua sambil tersenyum miring. Tunggu saja sebentar lagi pengkhianatan kalian akan terbongkar.

[Mas, aku izin ke rumah mama.] pesan kukurimkan ke nomer Mas Danang setelah berada di dalam mobil travel.

Caraku meminta izin ini salah. Seharusnya aku izin dulu baru pergi. Bukan malah seperti ini. Dan seharusnya tidak ada kebohongan hatiku yang terlanjur sakit tidak lagi memperdulikan prosedur siang seharusnya.

[Sama siapa, Sayang?.] Mas Danang membalas pesanku dengan segera.

[Sendirian, Mas.]

[Hati-hati di jalan yah, Sayang. Jaga hati dan jaga diri selama Mas tidak ada di dekatmu.] Membaca pesan ini sebelum mengetahui pernikahan mu, mungkin aku akan berbunga-bunga, Mas. Sebab di usia 4 tahun pernikahan kamu masih romantis. Namun saat ini rasanya aku muak.

[Seharusnya aku yang ngomong gitu ke kamu Mas, perempuan macam Aku, tidak pernah berpikir untuk selingkuh, sekalipun suami tidak memberi nafkah dengan sempurna, tapi laki-laki macam Mas Danang mudah sekali tebar pesona, bahkan tidak menutup kemungkinan, punya selingkuhan di luar, atau bisa jadi sudah punya istri baru di sana, dan seandainya kamu menikah lagi, aku tidak masalah, hanya saja aku akan....] Sengaja tidak aku teruskan, biarlah Mas Danang berpikir macam-macam.

Kaget-kaget lah membaca balasanku ini, Mas!

Aku tersenyum miring saat membayangkan wajah suamiku yang tegang di sana. Dan akhirnya aku menonaktifkan handphone dalam genggaman lalu memasukkan nya ke dalam tas.

***

Aku sudah tiba di tempat tujuan . Aku pun sengaja menyewa penginapan yang tidak terlalu jauh dari kediaman Siska dari tempat ini aku berharap bisa menemukan bukti tentang pengkhianatan mereka

Di dalam kamar aku mulai mengaktifkan handphone yang sejak tadi ku matikan lalu aku masuk ke aplikasi berlogo gagang telepon hijau ada pesan balasan dari mas Danang.

[Apa maksud kamu Sayang? jangan pernah berpikir macam-macam! aku disini setia! apa yang kamu tuduhkan bisa jadi kenyataan! Aku tidak suka dicurigai!.]

Dasar lelaki egois! sudah mah selingkuh masih saja berkelit. Aku pun memilih mengabaikan pesan darinya. Percuma juga, biarlah Mas Danang beranggapan apa tentang diriku. Aku tidak peduli.

Mengetahui diriku yang sedang online, Mas Danang pun segera menghubungi ku melalui sambungan telepon.

"Assalamualaikum, Mas. Kenapa?." Aku tidak lagi bisa berbasa basi.

"Waalaikumsalam, Apa maksud kamu menuduhku seperti itu?." dari suara Mas Danang terdengar sangat marah.

"Kenapa Mas harus marah dan panik begitu? kalau Mas tidak melakukan hal tersebut? Dengar yah Mas! Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu di sana. Sebab selama 4 bulan ini kamu sama sekali tidak pulang. Padahal jarak tempat Mas bekerja itu tidak lah jauh. Entah di sana kamu benar-benar sibuk dengan urusan pekerjaan atau sibuk ngekepin istri muda mu. Itu hanya kamu, Ibu dan Tuhan yang tahu .... Maaf aku sibuk. Besok kita sambung lagi!." klik! telepon ku matikan tanpa mendengarkan penjelasan dari Mas Danang.

Dadaku bergemuruh hebat di dalam sini. Dadaku menggelegak hingga ke ubun-ubun. Dia yang berbuat salah tapi malah di yang marah-marah. Dasar manusia egois! Akan kubuat tidak berkutik Mas!.

Sampai kapanpun mas Danang tidak akan pernah jujur kalau aku sendiri belum memiliki bukti yang kuat. Baiklah Mas kalau memang itu mau mu!.

Terpopuler

Comments

Sri Isdiyati

Sri Isdiyati

ini sudah nggak bisa ditolerir

2024-01-24

0

Endang Oke

Endang Oke

gila sampai 4 bln tdk pulang

2024-01-22

0

Moms Shinbi

Moms Shinbi

semangat RIS balas dendam

2024-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!