Bab 12 Skenario

"Hmmm, sudah dulu yah Mas. Besok aku kabarin kalau sudah sampai rumah. Nggak enak ada tuan rumahnya. Assalamualaikum." klik. Segera kuputuskan sambungan telepon sepihak.

Inilah salah satu daftar yang membuatku ingi segera menjual rumah di sana. Tidak ingin lagi dimanfaatkan oleh manusia-manusia tidak punya hati macam mereka. Dulu, aku dengan sukarela akan mengeluarkan apapun dan berapa pun untuk Ibu. Namun, itu dulu. Pengkhianatan dia dan anaknya di belakangku merubah segala. Tidak sudi aku memberikan apa pun secara gratis pada Ibu atau pun Mas Danang. Sudah cukup kebodohanku selama ini.

Saat ini aku duduk di kursi teras rumah Septia. Aku harus bersabar menunggunya. Sebab sahabatku itu sedang keluar bersama suaminya. Dia bilang mengantarkan suaminya ke loket DAMRI. Suaminya akan pergi ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Mendadak ada urusan ke luar daerah, katanya.

Kubunuh rasa jenuh dengan cara berselancar di aplikasi hijau status orang selalu menjadi daya tarik tersendiri di saat seperti ini.

Status Siska menduduki urutan pertama.

[Terima kasih banyak, Sayang. Kamu memang selalu mengerti apa yang ingin aku inginkan. Cintamu yang besar mampu membaca apa yang ada di dalam isi kepala ini meskipun tidak kuungkapkan kata-kata atau pun tidak perlu memberikan kode keras. Mungkin, semua ini karena ikatan batin kita yang kuat]

Di samping tulisan tersebut, terpajang dengan jelas gelang emas berbentuk rantai yang indah. Hatiku mencelos setelahnya.

Darahku mendidih seketika. Dadaku bergemuruh dengan hebat. Emosi bergulung-gulung di dalam hati. Bagaimana aku tidak marah?.

Baru saja Mas Danang meminta aku untuk memberikan uang dan belanjaan ibunya. Sementara uang hasil kerjanya di gunakan untuk menyenangkan hati istri mudanya. Kentara sekali kalau di ingin memeras aku! Tidak punya otak kamu, Danang!.

Dan mulai sekarang aku sudah tidak akan peduli lagi dengan nasib Ibumu, Danang! gembel-gembel lah ibumu itu.

Entah apa pekerjaanmu di sana sekarang, Danang? Tapi aku yakin gajinya besar, buktinya kamu mampu memberikan perhiasan pada istri barumu. Padahal, empat tahun bersamamu belum satu gram pun yang kamu belikan untukku. Selain mahar yang sampai saat ini masih melekat di jari manis. Dan sebentar lagi akan kuperjelas.

Aku sudah tidak sabar lagi ingin memberikan pelajaran pada mereka yang telah menyakiti dan mengkhianati ku.

"Kenapa cemberut sambil melamun begitu, Riska?." aku terkesiap saat Septia menepuk pundakku dengan pelan.

"Kapan datang?." aku nyengir kuda setelahnya.

"Dari tadi kali. Apa sih yang kamu pikirkan sampai tidak mendengar salam ku. Dan tidak menyadari kedatanganku. Ada apa, Ris?." Di rengkuhnya aku yang sudah mulai berkaca-kaca. Tak lama kemudian kami saling melepaskan pelukan.

"Yuk, masuk! kita cerita di dalam." di tuntun nya tanganku setelah Septia berhasil membuka pintu

Aku tidak dapat menyembunyikan kesedihan di hadapan Septia. Air mata pun berdesakan keluar mengaliri pipi.

"Minum dulu, Say. Ini air zam zam." Septia telah kembali dari dapurnga. Di sodorkan segelas air putih dan beberapa aneka makanan khas Timur Tengah.

Segera, kususut air mata dengan tidur yang tadi di berikan oleh Septia. Lalu ku minum air dari tanah suci tersebut. Tentu, setelah ku bacakan doa dan mengikuti adabnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?." tanya Septia setelah melihatku sedikit lebih tenang

Kuceritakan semua permasalahan yang saat ini terjadi. Termasuk sikap mama yang tidak terima dengan semua yang aku lakukan.

"Sudah jangan nangis terus. Mereka tidak pantas untuk di tangisi. Sudah saatnya kamu bangkit. Sini aku kasih tau sesuatu." Septia pun menceritakan apa yang di liatnya akhir-akhir ini. Lalu, dia pun memberikan ide agar aku melakukan sesuatu.

"Bagaimana, setuju?." aku mengangguk dengan antusias. Ingin tahu apa yang akan terjadi setelah aku lakukan hal itu.

"Yuk kita berangkat, eh. Tapi sebelum itu kamu cuci muka terus dandan yang cantik." Aku mengangguk menuruti saran Septia.

Sepuluh menit kemudian kami kembali meninggalkan rumah menuju rumah makan tersebut.

"Lihat itu! benarkan? mereka selalu makan di sini di jam segini." jari telunjuk Septia mengarah kepada kursi yang di huni oleh sepasang pengkhianat itu. Dari luar terlihat jelas Siska dan Mas Danang makan di rumah makan milik saudara suami Septia.

Dadaku bergemuruh hebat saat melihat Mas Danang menyuapi Siska dengan mesra. Hatiku sakit melihat semua ini. Biar bagaimana pun rasa cinta masih ada di dalam sini. Bohong kalau aku tidak terluka dengan semua ini.

"Singkirkan dulu rasa cemburumu, atur napas. Tenangkan hatimu dulu lalu hampir mereka dengan cara yang elegan." Septia membisikan kalimat itu tepat di samping telingaku.

Septia benar, sekarang bukan waktunya untuk cemburu. Danang sudah tidak layak di cintai. Aku harus membunuh rasa ini.

Segera kuatur napas agar emosiku menurun kadarnya. Lalu dengan langkah pasti aku berjalan menuju meja Danang dan Siska. Di belakangku Septia sudah siap dengan segala dokumentasi.

"Mas Danang, Siska! kalian sedang apa makan berdua di sini? ada hubungan apa kalian?." aku tidak mengendalikan emosi di sini. Otakku tidak bisa berjalan sesuai rencana. Aku benar-benar marah kepada mereka berdua. Cemburu kembali muncul ke permukaan.

Mereka mendongak, menatap ku dengan wajah pucat pasi. Tidak kuhiraukan tatapan orang-orang di sekitar.

"Kamu bilang tidak punya uang untuk Ibumu, tapi kamu punya uang untuk mentraktir sepupu ku. Siska ini istri orang lho, Iyah kan Siska? Eh atau dia istri muda mu?." aku menatap keduanya dengan nyalang. Dapat kulihat wajah Siska merah padam. Begitu pun dengan Mas Danang, wajah itu terlihat pias.

Otakku benar-benar buntu, apa yang aku lakukan di luar skenario awal.

"Mbak,... Mbak ini tidak seperti yang Mbak bayangkan." Siska berusaha beringsut dari tempat duduknya. Tubuhku berusaha menggapai tubuhku yang berdiri mematung di samping tempat meja makan.

Ya Allah... aku sudah melenceng jauh, bagaimana aku mau menjalankan rencana kalau emosiku besar begini. Aku memejamkan mata sejenak lalu mengambil napas panjang dan mengeluarkan perlahan. Emosiku harus turun. Aku harus percaya dengan ucapan mereka agar rencanaku berjalan sesuai keinginan.

"Sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?." kutatap Siska dengan lekat.

Dari ekor mataku pun bisa melihat Mas Danang sudah bisa menguasai keadaan. Wajah pucatnya kini sudah berlangsung normal.

"Sayang... sebenarnya begini. Tadi, aku, Siska dan suaminya janjian bertemu di sini. Aku mau di traktir suaminya Siska. Tapi tiba-tiba suami Siska di telepon bosnga untuk segera kembali ke tempat kerja. Karena sudah terlanjur di sini ya Mas sama Siska makan bareng aja. Toh dia kan adik sepupu mu." betapa pandai laki-laki itu bersandiwara. Baiklah aku ikuti apa mau mu, Mas.

"Oh gitu. Aku kira kalian selingkuh. Maaf yah sudah menuduh yang bukan-bukan." aku menyunggingkan senyum palsu. Sepertinya aku memang harus menurunkan ego agar semua berjalan sesuai rencana.

Segera ku tarik kursi di samping Mas Danang.

 .

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mery Andriayani

Mery Andriayani

buat siska cemburu lalu hempaskan mereka ber2

2024-01-01

0

guntur 1609

guntur 1609

mantap

2023-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!